tag:blogger.com,1999:blog-549992331473835102024-03-17T02:53:06.427+08:00 Hikmah Fenomena Cuaca dan IklimMemahami cuaca dan iklim melalui ilmu pengetahuan dan hikmah, pemahaman dasar serta cerita ilmiah update cuaca dan iklimustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.comBlogger81125tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-65028669029607553292023-11-29T07:56:00.001+08:002024-01-29T10:35:49.508+08:00FAKTOR REGIONAL DAN GLOBAL YANG MEMPENGARUHI CURAH HUJAN DI INDONESIA DAN KALIMANTAN SELATAN<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcPpoCS1YSPpQ3vH3dgo_j4b4Cd6YZDvc-p8pLqvoLYp7HFwH_T0GVwj5bWmDUE_d3ahyphenhyphenRGmWyp_fItyFNV_kDIt5lTaBDOTkJejkPm8I8D3zgha7_bRqtSxrIbaZWBH6HNZpdLL9O70caqq1aeyaO9WYdMtZ6MVMwjn-1-vMewVHSG_GCt4-mmtbe7zg/s1090/image%20(7).png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="736" data-original-width="1090" height="416" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcPpoCS1YSPpQ3vH3dgo_j4b4Cd6YZDvc-p8pLqvoLYp7HFwH_T0GVwj5bWmDUE_d3ahyphenhyphenRGmWyp_fItyFNV_kDIt5lTaBDOTkJejkPm8I8D3zgha7_bRqtSxrIbaZWBH6HNZpdLL9O70caqq1aeyaO9WYdMtZ6MVMwjn-1-vMewVHSG_GCt4-mmtbe7zg/w616-h416/image%20(7).png" width="616" /></a></div>Gambar 1. Faktor regional dan global yang mempengaruhi hujan di Indonesia<br /><b><br /></b></div><div><b>Faktor Regional dan Global Hujan di Kalimantan Selatan</b></div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, terletak di daerah tropis, di antara Benua Asia dan Australia, di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, serta dilalui garis khatulistiwa, terdiri dari pulau dan kepulauan yang membujur dari barat ke timur, terdapat banyak selat dan teluk, dikelilingi oleh luasnya lautan menyebabkan wilayah Indonesia rentan terhadap variabilitas iklim. Faktor pengendali variabilitas iklim yakni adanya interaksi antara atmosfer, lautan, dan daratan. Perubahan kondisi parameter laut di Samudra Hindia maupun Samudra Pasifik berpengaruh terhadap kondisi atmosfer di atas Indonesia, termasuk di Kalimantan Selatan yang terletak di tengah Indonesia.</div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Interaksi daratan dan lautan sangat berpengaruh bagi hujan di Kalimantan Selatan. Lautan memiliki peranan penting terhadap kondisi atmosfer berkaitan dengan sifat fisis air laut yang berupa fluida, mempunyai kapasitas panas yang besar dan albedo yang kecil. Lautan menyimpan energi dari matahari, mentransferkan panas dan kelembapan ke atmosfer. <span><a name='more'></a></span></div><div><br /></div><div>Ada beberapa faktor dominan yang mengendalikan hujan di Indonesia, antara lain (Gambar 1) : </div><div><ol><li>El Nino/ La Nina di Samudera Pasifik</li><li>Suhu Muka Laut Indonesia</li><li>IOD (<i>Indian Ocean Dipole</i>) di Samudera Hindia</li><li>Monsun (Monsun Asia dan Monsun Australia)</li><li>Variabilitas intrasesonal dan Gelombang Atmosfer (antara lain MJO, Rossby dan Kelvin)</li></ol></div><div><br /></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEpQk-uPjCmyVVYNe2-nYxEL6dWXU7KCPmOfxtUiljWEIH08x1Xza7eDfmyL-QC3CLpA5qKZIE2fIXkhRi689AdrY6Deub-UqewxJetINGX069z5yPo-8ii33vPKbUUM3ETcqKoRU3Dd5cbGiopy6BhpISbtQ-xN822L32OC3C9n-6dO7DDjcrQpDGlNU/s642/Gambar-1.jpg" style="text-align: left;"><img border="0" height="199" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEpQk-uPjCmyVVYNe2-nYxEL6dWXU7KCPmOfxtUiljWEIH08x1Xza7eDfmyL-QC3CLpA5qKZIE2fIXkhRi689AdrY6Deub-UqewxJetINGX069z5yPo-8ii33vPKbUUM3ETcqKoRU3Dd5cbGiopy6BhpISbtQ-xN822L32OC3C9n-6dO7DDjcrQpDGlNU/w590-h199/Gambar-1.jpg" width="590" /></a></div></div><div>Gambar 2. Posisi IOD dan ENSO</div><br /><div><br /></div><div><div><b>Faktor-Faktor Pengendali Curah Hujan</b></div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Curah hujan di Indonesia merupakan unsur iklim yang penting karena bervariasi antar wilayah dibandingkan dengan yang lainnya. Curah hujan rata-rata tahunan bervariasi menurut tempatnya, diantaranya Kalimantan Selatan. Faktor fenomena global dari bagian Timur seperti<i> El Nino Southern Oscillation</i> (ENSO) yang bersumber dari wilayah Ekuator Pasifik Tengah dan dari bagian barat yaitu <i>Indian Ocean Dipole </i>(IOD) yang bersumber dari wilayah Samudera Hindia barat Sumatera hingga timur Afrika (Gambar 1). Keragaman iklim juga dipengaruhi oleh fenomena regional, seperti sirkulasi angin monsun Asia-Australia, Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis atau <i>Inter Tropical Convergence Zone</i> (ITCZ) yang merupakan daerah pertumbuhan awan, serta kondisi suhu permukaan laut sekitar wilayah Indonesia (Gambar 2). Kondisi topografi wilayah Indonesia yang memiliki daerah pegunungan, berlembah, banyak pantai, merupakan topografi lokal yang menambah beragamnya kondisi iklim di wilayah Indonesia, baik menurut ruang (wilayah) maupun waktu. Kondisi Kalimantan Selatan secara lokal iklimnya dipengaruhi oleh Pegunungan Meratus yang terletak membentang di tengah-tengah Kalimantan Selatan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kondisi global dan regional juga mempengaruhi curah hujan di Indonesia. Variasi hujan yang terjadi dapat dalam variasi <b>intra-seasonal </b>(dalam satu musim atau pada skala lebih pendek) ataupun i<b>nter-seasonal</b> (antar dua musim atau pada skala yang lebih panjang).</div><div><br /></div><div>Adapun faktor-faktor global dan regional yang dominan menjadi pengendali curah hujan di Kalimantan Selatan adalah :</div><div><br /></div><div><div><b>1. Monsun Asia dan Australia</b></div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Monsun adalah penentu utama iklim di Indonesia. Iklim monsun atau musim adalah iklim yang terjadi karena pengaruh angin monsun yang berganti arah tiap setengah tahun sekali. Angin monsun bisa mengakibatkan terjadinya musim hujan dan kemarau di Asia Tenggara, Indonesia dan juga Kalimantan Selatan. Wilayah Indonesia terletak di antara 2 benua (Asia dan Australia) dan di antara 2 samudera (Pasifik dan Hindia). Indonesia termasuk ke dalam wilayah monsun yang ditentukan oleh indeks monsun.</div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5StE2R04SzpZkmgv94WWTac-iNnObXBZZAQsV1MkIeEi02jZCvQpMyZY4TBvDE6FZHBhqHoymakgmBaV0aSC3TJgEZaemcjIcxTt98AMFi_95VeXe5025Qhh4nNPLt-ec99OjTaMqv3rtlJtzjiEvtWdpaSYsrntZSY_Mp9ddxQcMqL-_f8hk1dGDHTQ/s595/png_je2vjs_3035.png"><img border="0" height="252" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5StE2R04SzpZkmgv94WWTac-iNnObXBZZAQsV1MkIeEi02jZCvQpMyZY4TBvDE6FZHBhqHoymakgmBaV0aSC3TJgEZaemcjIcxTt98AMFi_95VeXe5025Qhh4nNPLt-ec99OjTaMqv3rtlJtzjiEvtWdpaSYsrntZSY_Mp9ddxQcMqL-_f8hk1dGDHTQ/w461-h252/png_je2vjs_3035.png" width="461" /></a></div><div>Gambar 3. Ilustrasi angin monsun barat dan timur</div><br /><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Proses pergerakan arah angin permukaan tersebut secara berkala saling berkebalikan, berdampak terhadap perubahan curah hujan karena perbedaan pemanasan dalam skala luas antara dua wilayah yang berdekatan, dimana periode yang satu dengan yang lainnya memiliki pola arah angin yang saling berlawanan.</div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: justify;"><b>Angin Monsun Barat </b>atau <b>Monsun Asia </b>merupakan pergerakan angin utara dan baratan yang kaya dengan uap air/basah yang berdampak wilayah Indonesia memasuki musim hujan, Periode Desember-Februari. Angin monsun barat terjadi karena tekanan udara di Asia lebih tinggi daripada di Australia yang tekanan udaranya lebih rendah sehingga terjadi pergerakan angin dari Asia ke Australia, melewati Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Angin Monsun Timur</b> atau <b>Monsun Australia</b> merupakan pergerakan angin selatan/tenggara dan timuran yang identik dengan udara kering yang berdampak wilayah Indonesia didominasi musim kemarau, Periode Mei-Oktober. Angin monsun timur terjadi karena tekanan udara di Australia daripada di Asia, sehingga terjadi pergerakan angin dari Australia ke Asia melewati Indonesia.</div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: justify;"><b>Indeks Monsun Asia (WNPMI : <i>Western North Pacific Monsoon Index</i>),</b> secara klimatologis/rata-rata periode 30 tahunan arah angin dapat digambarkan seperti grafik klimatologis indek monsun, nilai indek negatif menggambarkan arah dari Asia memasuki wilayah Indonesia dan sebaliknya nilai indeks positif menggambarkan arah keluar dari Indonesia menuju Asia/ke utara.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">I<b>ndeks Monsun Australia (AUSMI : <i>Australia Monsoon Index</i>),</b> secara klimatologis arah angin dapat digambarkan seperti grafik klimatologis di atas. Nilai indeks negatif menggambarkan arah angin timuran/ dari timur, sedangkan nilai indek positif menggambarkan arah angin baratan/ dari barat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEinj56rijxObR0Rf9cEVLuyjF0qiam7S0RtR2QeHmjpqc2lRoReHtdrGO5n1INw5CDdJDzSNSPUYS5y65Sj1UhouW620HQ8RVopivTvGW-YsrYvJRMixi9eYvwnJJqXpG9CpuSh6dlC6Vu6eY2xwiXs9hvOc_95ax-4QYU5OaW1NcctUSCeDfZLMa137Z8"><img alt="" height="237" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEinj56rijxObR0Rf9cEVLuyjF0qiam7S0RtR2QeHmjpqc2lRoReHtdrGO5n1INw5CDdJDzSNSPUYS5y65Sj1UhouW620HQ8RVopivTvGW-YsrYvJRMixi9eYvwnJJqXpG9CpuSh6dlC6Vu6eY2xwiXs9hvOc_95ax-4QYU5OaW1NcctUSCeDfZLMa137Z8=w607-h237" width="607" /></a></div><div>Gambar 4. Indeks monsun Asia dan monsun Australia</div><div>Sumber : https://www.bmkg.go.id/iklim/dinamika-atmosfir.bmkg</div><br /><br /></div><div style="text-align: justify;">Karena pengaruh monsun Asia dan Australia, menyebabkan variasi iklim secara musiman dan bergantian di Indonesia.</div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><b>2. ENSO (<i>El Nino – Southern Oscillation</i>)</b></div><div><b><br /></b></div><div><div style="text-align: justify;">ENSO adalah fenomena iklim global yang diukur berdasarkan kondisi naik atau turunnya suhu permukaan air laut Samudera Pasifik di sekitar equator bagian tengah dan timur dari kondisi normalnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Peristiwa El Nino dan La Niña (keduanya disebut sebagai ENSO) didorong dengan peristiwa yang terjadi di Samudera Pasifik sekitar equator bagian tengah dan timur. ENSO dapat dikategorikan menjadi tiga fase. Ketiga fase tersebut yaitu fase Normal, fase El Nino dan fase La Niña.</div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: justify;">Saat keadaan Normal, disebut juga fase netral saat tidak terjadi kejadian La Niña atau El Nino. Dalam kondisi normal, angin pasat (<i>trade winds</i>) berhembus secara konstan ke arah barat dari kawasan Pasifik timur sepanjang ekuator (Gambar 5). Hembusan angin pasat ini dikenal sebagai Sirkulasi Walker timuran, yang menghasilkan juga arus laut mengarah ke barat. Pasifik barat tropis lebih hangat daripada Pasifik timur, akibatnya angin equatorial berhembus ke arah barat membantu konveksi di Pasifik barat dan subsidensi di Pasifik timur. Pada fase ENSO netral atau normal, suhu muka laut, pola hujan kawasan tropis dan sirkulasi atmosfer berada dalam kondisi rata-ratanya.</div><div><br /></div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdTNHdbdXiCL3okW_szIePGi3LCQQcWiWlGIg01Vvt2Uj33yBxrh4MfJLtqG6qt-MxE3HWtu2wTl8NUUTiQMZZ9Ds9H8L4UPtnW_tt4GMM3cqPZ_2rKMpxUXX9DT3ZmhjIhN2f_yRP7wrV16nUBUrLoSF06Ad4hrOSQwV4VFCXLNIXBcrr9XbNcCX24c0/s500/6-7_ENSO_12-07-12_neutral-outlines.png"><img border="0" height="248" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdTNHdbdXiCL3okW_szIePGi3LCQQcWiWlGIg01Vvt2Uj33yBxrh4MfJLtqG6qt-MxE3HWtu2wTl8NUUTiQMZZ9Ds9H8L4UPtnW_tt4GMM3cqPZ_2rKMpxUXX9DT3ZmhjIhN2f_yRP7wrV16nUBUrLoSF06Ad4hrOSQwV4VFCXLNIXBcrr9XbNcCX24c0/w400-h248/6-7_ENSO_12-07-12_neutral-outlines.png" width="400" /></a></div><div>Gambar 5. Fase netral ENSO</div><div>Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/</div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Pada keadaan normal, sirkulasi ini ditandai oleh dua fenomena alam. <b>Pertama,</b> kenaikan udara di Samudera Pasifik bagian barat dekat Indonesia. Saat fase netral bagian bawah atmosfer aliran udara bergerak dari timur ke barat. <b>Kedua,</b> penurunan udara di Samudera Pasifik bagian timur lepas pantai Amerika Selatan. Pada bagian atas atmosfer, aliran udara bergerak dari barat ke timur, karena adanya konvergensi pada area laut yang hangat di barat Pasifik. Konvergensi tersebut mendorong pembentukan hujan pada kawasan tersebut termasuk Indonesia. Sirkulasi Walker ini digambarkan sebagai tekanan jungkat-jungkit yang disebut Osilasi Selatan. Fase normal berarti menandakan tidak adanya anomali atas suhu muka laut dari daerah barat dan timur Samudera Pasifik. Kondisi normal ini juga mendorong terjadinya <i>upwelling </i>atau kenaikan air laut yang dingin dan kaya nutrisi di Pantai Utara Pasifik, Amerika Selatan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: justify;">Saat<b> La Niña</b>, peristiwa anomali iklim yang ditandai dengan terjadinya penurunan (pendinginan) suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur atau suhu udara (disebut juga sebagai fase dingin ENSO). Angin Pasat yang bertiup dari timur ke barat menguat maka di Pasifik Timur suhu muka laut menjadi lebih dingin. Adanya kekosongan massa air laut yang berpindah ke barat, diisi oleh massa air laut yang lebih dingin dari bagian bawah lautan Pasifik Timur. Saat La Niña aliran dari timur ke barat lebih kuat dibandingkan saat fase netral. Pendinginan suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di sana dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.</div><div><br /></div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjAWG4CT2jEHWwlmsKQXjES9CAuQC9Cw8gGTD1VJoLn82CW8-9Cvi7zqEztt69SXhW01YY0KfMpT_fx_AeoZZ8dvq7VYJUP7tSO18gFJ8BRW0IIwv6KGFrZS-WLqQPup6HfC4-lsIvfWj6-JPiz3mmQC0XVTDrvnsjV6ecuEDZHKhpFB7CfdTgVTsWbRk/s500/6-7_ENSO_12-07-12_LaNina-outlines.png"><img border="0" height="248" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjAWG4CT2jEHWwlmsKQXjES9CAuQC9Cw8gGTD1VJoLn82CW8-9Cvi7zqEztt69SXhW01YY0KfMpT_fx_AeoZZ8dvq7VYJUP7tSO18gFJ8BRW0IIwv6KGFrZS-WLqQPup6HfC4-lsIvfWj6-JPiz3mmQC0XVTDrvnsjV6ecuEDZHKhpFB7CfdTgVTsWbRk/w400-h248/6-7_ENSO_12-07-12_LaNina-outlines.png" width="400" /></a></div><div>Gambar 6.Fase La Nina</div><br /><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Saat <b>El Nino</b>, peristiwa anomali iklim yang ditandai dengan terjadinya peningkatan suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur (disebut juga sebagai Fase hangat ENSO). Angin Pasat yang bertiup dari timur ke barat melemah. Melemahnya angin Pasat timur karena meningkatnya suhu di Pasifik bagian timur. Di Indonesia curah hujan cenderung berkurang, sementara di Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur curah hujan cenderung meningkat. Fase El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.</div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjKNULRY_in6_citmkqJmgJM56-5d5inAE42z-f3OATbtdk8cgNgTsNdJ5QfzrTPa-QqUzEVCpCx4sa8fMDzTS8xi_RsDhj-hpg4sHnVvrY0DS4ia2S7Cwqe3gEha8RuJ6ePolC6pcAUhwAyL6TaWA4KMLErtmRrTNfgc5MjDDN4UUpWwLH9iTy72tABA/s500/6-7_ENSO_12-07-12_ElNino-outlines.png"><img border="0" height="198" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjKNULRY_in6_citmkqJmgJM56-5d5inAE42z-f3OATbtdk8cgNgTsNdJ5QfzrTPa-QqUzEVCpCx4sa8fMDzTS8xi_RsDhj-hpg4sHnVvrY0DS4ia2S7Cwqe3gEha8RuJ6ePolC6pcAUhwAyL6TaWA4KMLErtmRrTNfgc5MjDDN4UUpWwLH9iTy72tABA/s320/6-7_ENSO_12-07-12_ElNino-outlines.png" width="320" /></a></div><div>Gambar 7. Fase El Nino</div><br /><div><br /></div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Untuk memonitoring fenomena ENSO digunakan beberapa indeks, diantaranya <a href="https://origin.cpc.ncep.noaa.gov/products/analysis_monitoring/ensostuff/ONI_v5.php" target="_blank">ONI (<i>Oceanic Nino Index</i>)</a> dan <a href="http://www.bom.gov.au/climate/enso/soi/" target="_blank">SOI (<i>Southern Oscillation Index</i>)</a>. ONI didasarkan pada Suhu Permukaan Laut (SPL) dari rata-rata di wilayah Nino 3.4 rata-rata 3 bulanan berjalan (Gambar 8), sedangkan penentuan indeks SOI didasarkan pada perbedaan tekanan udara permukaan laut antara Tahiti dan Darwin (Gambar 1).</div><div><br /></div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLmo6nwre1phnLECSOuZSLzfuV8kzlBt9de3bnDzYVtuoQCTSN0NaIeyev9RodOorPa-FAsBJ8bDpQpWMpWSCVVTipHCvTy8_sSOEEVAgXziqzdhRrSkaJxc-TzqmHr_Ds-69ncGCVvV6M_9Kkz0Cq4CZ2VvxOzjSTUh4G9DUyKfhHhoGt7EFKSiw3Mh8/s511/nino-regions.gif"><img border="0" height="205" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLmo6nwre1phnLECSOuZSLzfuV8kzlBt9de3bnDzYVtuoQCTSN0NaIeyev9RodOorPa-FAsBJ8bDpQpWMpWSCVVTipHCvTy8_sSOEEVAgXziqzdhRrSkaJxc-TzqmHr_Ds-69ncGCVvV6M_9Kkz0Cq4CZ2VvxOzjSTUh4G9DUyKfhHhoGt7EFKSiw3Mh8/s320/nino-regions.gif" width="320" /></a></div><div>Gambar 8. Daerah Nino 3.4</div><div><br /></div><div><br /></div><div><div><b>3. IOD (<i>Indian Ocean Dipole</i>)</b></div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">IOD merupakan fenomena naik atau turunnya suhu permukaan laut di wilayah Samudera Hindia, perbandingan antara wilayah perairan Timur Afrika dengan perairan selatan ekuator Indonesia bagian barat. Selisih perbandingan Indeks/Gradien antar dua lokasi ini dinamakan sebagai DMI (<i>Dipole Mode Index</i>). Bila nilai DMI positif maka, fenomena tersebut dianggap sebagai IOD positif dan bila nilai indeksnya negatif, maka hal itu dianggap sebagai IOD negatif. IOD memiliki 3 fase yaitu fase netral, fase positif dan fase negatif. Fenomena IOD ini merupakan interaksi antara atmosfer dan lautan yang menyebabkan variabilitas iklim antar tahunan di Samudera Hindia dan mempengaruhi iklim daerah sekitar Samudera Hindia.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dua daerah yang menunjukkan anomali suhu permukaan laut terletak di ekuator bagian tenggara Samudera Hindia di sekitar Sumatera dan selatan Jawa yang disebut sebagai SETIO (<i>Southern Tropical Indian Ocean</i>) dan juga ekuator tropis bagian barat Samudera Hindia yang disebut juga WTIO (<i>Western Tropical Indian Ocean</i>).</div></div></div><div><br /></div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4x88HIQIitJJun_J9xJz-ME0sYuYBRKg1XhyI938NJ4Dat_P1ZNr_3o3bPrgWFdQRwavbHmj_WX0aQvv8tPry1ZcMXk6-p4-_7q9N1wUe8qKBg46QGRhdvEuhoTalr6Ym57TZiZvcjy7fMB_En04My5ro7YK7mv9eGICpWBoIuUccdQybNZmrrBh00b0/s771/Study-area-based-on-Saji-et-al-1999.png"><img border="0" height="205" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4x88HIQIitJJun_J9xJz-ME0sYuYBRKg1XhyI938NJ4Dat_P1ZNr_3o3bPrgWFdQRwavbHmj_WX0aQvv8tPry1ZcMXk6-p4-_7q9N1wUe8qKBg46QGRhdvEuhoTalr6Ym57TZiZvcjy7fMB_En04My5ro7YK7mv9eGICpWBoIuUccdQybNZmrrBh00b0/w400-h205/Study-area-based-on-Saji-et-al-1999.png" width="400" /></a></div><br /><div>Gambar 9. Posisi Anomali Suhu Permukaan Laut SETIO dan WTIO untuk penentuan indeks IOD</div><div><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Fase positif IOD</b> ditandai dengan suhu permukaan laut dingin di perairan timur Samudera Hindia dan hangat di perairan barat Samudera Hindia (Gambar 10). Sebaliknya, pada saat <b>fase negatif IOD</b> ditandai dengan suhu permukaan laut dingin di perairan barat Samudera Hindia dan hangat di perairan timur Samudera Hindia (Gambar 9).</div><div><br /></div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVx9LjPgXeVvTY-f_xeMGQN0BRpB55JyU5r5hyphenhyphen_DsMfyc5qtSNcAsvthFA8ZXE-ggV0xKZARYepKTtsD97NeJD1LflO9zhq-8YOqSvLWOhq5QZmmKKMZRgPfSqrJvcAooCaHSeBtO845jPVqASZPyT3gLFtO8H6G-7XT8Bf2xeg2T2C5ROJcQPQoCnAdI/s580/iod-neutral.png"><img border="0" height="283" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVx9LjPgXeVvTY-f_xeMGQN0BRpB55JyU5r5hyphenhyphen_DsMfyc5qtSNcAsvthFA8ZXE-ggV0xKZARYepKTtsD97NeJD1LflO9zhq-8YOqSvLWOhq5QZmmKKMZRgPfSqrJvcAooCaHSeBtO845jPVqASZPyT3gLFtO8H6G-7XT8Bf2xeg2T2C5ROJcQPQoCnAdI/w400-h283/iod-neutral.png" width="400" /></a></div><br /><div>Gambar 10. Fase IOD netral</div><div>Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/iod/</div><div><br /></div><div><div style="text-align: justify;"><b>IOD netral</b> terjadi Sirkulasi Walker di bagian dekat permukaan akan mengalir dari Samudera Hindia ke atas perairan Indonesia karena suhu muka lautnya sedikit lebih hangat.</div><div style="text-align: justify;"><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;"><b>IOD positif</b> terjadi apabila suhu muka laut Samudera Hindia Barat lebih besar daripada suhu muka laut Samudera Hindia Timur. Kondisi tersebut menimbulkan angin timur bergerak kuat ke Samudera Hindia Barat, sehingga curah hujan di Afrika berada di atas normal, sementara di Indonesia di bawah normal. Fase positif IOD ditunjukkan oleh nilai indeks yang berada lebih dari <b>+0,35</b>. Fase positif dari fenomena IOD ini berdampak pada kekeringan di Indonesia bagian barat, Australia dan sekitarnya, diakibatkan rendahnya curah hujan yang diterima (termasuk di Kalimantan Selatan). Sementara, proses konveksi yang biasanya terjadi di atas Samudera Hindia bagian timur yang menghangat bergerak ke arah barat menyebabkan peningkatan hujan di pantai timur Afrika dan Samudera Hindia bagian barat.</div></div><div><br /></div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiieLMmYRZI3GrddKb_D-yUOGOVfxV0JJB5zGHWavOKxmd8XQVusyHx0snA9VhJPxPh4m6ae2mBaX81ANVLNfMH-73x8BJOq4yLahkTnE2mR6ROxfssH5q1xscvXxSWvh3GyB1E6Mi5g_yv18IbJOkvYJSle3NN6ikk0nMxkXEqAKCQ08SfX-h9EMHa4AM/s580/iod-positive.png"><img border="0" height="283" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiieLMmYRZI3GrddKb_D-yUOGOVfxV0JJB5zGHWavOKxmd8XQVusyHx0snA9VhJPxPh4m6ae2mBaX81ANVLNfMH-73x8BJOq4yLahkTnE2mR6ROxfssH5q1xscvXxSWvh3GyB1E6Mi5g_yv18IbJOkvYJSle3NN6ikk0nMxkXEqAKCQ08SfX-h9EMHa4AM/w400-h283/iod-positive.png" width="400" /></a></div><div><br /></div><div>Gambar 11. Fase IOD positif</div><div><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>IOD negatif </b>terjadi apabila suhu muka laut Samudera Hindia Barat lebih kecil daripada suhu muka laut Samudera Hindia Timur. Kondisis tersebut menimbulkan angin barat bergerak kuat ke Samudera Hindia Barat, sehingga curah hujan di Afrika berada di bawah normal, sementara di Indonesia di atas normal. Fase negatif dari fenomena ini ditunjukkan oleh nilai indeks yang kurang dari <b>-0,35</b>. Fase negatif dari IOD berdampak pada curah hujan yang tinggi di sekitar wilayah timur Samudra Hindia seperti Indonesia bagian barat dan Australia (termasuk di Kalimantan Selatan). Hal itu disebabkan oleh meningkatnya suhu air di permukaan laut di wilayah perairan selatan Indonesia dan perairan barat laut Australia, sehingga menyebabkan evaporasi yang tinggi di wilayah perairan tersebut dan berakibat tingginya tingkat curah hujan di wilayah Indonesia dan Australia.</div><div><br /></div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjybyjLmFXGMZSIF_lNhvx9RA8V7RwTfaK6ckE9bir2psz7MxbPy5FrW_ZUl_pKQOPca-Y1qEnqK9esx_CAH7AhNrGETOlqyaTkCn5KjmPe9grox4Hjy7OY1letBHem3bBOeQbyAR_Nvz7_J_Dn84rJoaxvx3Mi6g3RClDi9_m5BsxX64FEZm43eYxHmg/s580/iod-negative.png"><img border="0" height="283" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjybyjLmFXGMZSIF_lNhvx9RA8V7RwTfaK6ckE9bir2psz7MxbPy5FrW_ZUl_pKQOPca-Y1qEnqK9esx_CAH7AhNrGETOlqyaTkCn5KjmPe9grox4Hjy7OY1letBHem3bBOeQbyAR_Nvz7_J_Dn84rJoaxvx3Mi6g3RClDi9_m5BsxX64FEZm43eYxHmg/w400-h283/iod-negative.png" width="400" /></a></div><div>Gambar 12. Fase IOD negatif </div><div><br /></div><div><br /></div><div><b>4. Anomali Suhu Permukaan Laut (SST : <i>Sea Surface Temperature</i>) </b></div><div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Suhu permukaan laut adalah suhu pada ketinggian milimeter di atas permukaan laut. Anomali suhu permukaan laut adalah perbedaan suhu laut di suatu lokasi pada waktu tertentu dengan suhu normal tempat itu. Suhu permukaan laut yang diamati di sekitar Kalimantan Selatan yang diindikasikan berpengaruh bagi curah hujan antara lain di Laut Jawa dan Selat Sulawesi (Gambar 14).</div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: justify;">Suhu permukaan laut diasosiasikan sebagai indeks banyaknya uap air pembentuk awan di atmosfer. Jika suhu permukaan laut panas maka uap air di atmosfer banyak akibat proses konveksi atau penguapan. Sebaliknya, jika suhu permukaan laut dingin maka uap air di atmosfer menjadi berkurang akibat kurangnya penguapan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Anomali positif </b>di sekitar Kalimantan Selatan diberikan warna merah atau nilai anomali positif yang memberikan dampak terhadap potensi penambahan tingkat penguapan di wilayah tersebut, menunjukkan potensi peningkatan hujan (Gambar 13). Sedangkan, <b>anomali negatif</b> diberi warna biru yang berkorelasi dengan rendahnya tingkat penguapan yang berdampak rendah, menunjukkan potensi hujan yang lebih kecil.</div></div><div><br /></div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYc-iHieaPNQxkF-RYplrxWAneUVwnTQd7zSqLy5hz8SFU8JwEd-zzyQeMtIjZcxZHD8CViNJlOXp8QGujSPFlabhUp6o_hKeDUY_zJQF5WLJ_bXZE8gFUnI7gyflmh8VqkZYinUbMo30YYrWljtIQyneLyUinzzvAi0O8qqj2B4csk9Rh7F0N3Q0LD4Q/s1547/Indo_SSTA_latest.webp"><img border="0" height="436" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYc-iHieaPNQxkF-RYplrxWAneUVwnTQd7zSqLy5hz8SFU8JwEd-zzyQeMtIjZcxZHD8CViNJlOXp8QGujSPFlabhUp6o_hKeDUY_zJQF5WLJ_bXZE8gFUnI7gyflmh8VqkZYinUbMo30YYrWljtIQyneLyUinzzvAi0O8qqj2B4csk9Rh7F0N3Q0LD4Q/w582-h436/Indo_SSTA_latest.webp" width="582" /></a></div><br /><div>Gambar 13. Anomali Suhu Muka Laut di Indonesia</div><div>Sumber : https://www.bmkg.go.id/iklim/dinamika-atmosfir.bmkg</div><div><br /></div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8M2olNFO5k-hsKQ00L0W0Sj-zmitSKxrkmztGtVzCRuQ_U6_sAZ98a-3UXQy4WeBrghaLwsiJODthPj9yevhzGwngJH7ilpl-ut3dmQns6cksEIM5bbL6Ly-VHYe9uf0INHkiCwvcCqJmfdGrtQtHfmMQO3FlBIEEDCDzvhsJVjtwFX2uisT1T7FIeGU/s656/sst%20Kalsel.png"><img border="0" height="493" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8M2olNFO5k-hsKQ00L0W0Sj-zmitSKxrkmztGtVzCRuQ_U6_sAZ98a-3UXQy4WeBrghaLwsiJODthPj9yevhzGwngJH7ilpl-ut3dmQns6cksEIM5bbL6Ly-VHYe9uf0INHkiCwvcCqJmfdGrtQtHfmMQO3FlBIEEDCDzvhsJVjtwFX2uisT1T7FIeGU/w551-h493/sst%20Kalsel.png" width="551" /></a></div><div>Gambar 14. Anomali Suhu Muka Laut di sekitar Kalimantan Selatan</div><div>Sumber : pengolahan reanalisis dengan https://extreme.kishou.go.jp/</div><br /><div><br /></div><div><b>5. MJO (<i>Madden-Julian Oscillation</i>)</b></div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">MJO (<i>Madden-Julian Oscillation</i>) adalah fluktuasi musiman atau gelombang atmosfer yang terjadi di kawasan tropis, MJO berkaitan dengan variabel cuaca penting di permukaan ataupun di lautan pada lapisan atas dan bawah. MJO mempunyai siklus sekitar 30-60 hari, merupakan sistem osilasi interaksi antara atmosfer dan laut yang penjalarannya bergerak dari barat ke timur di sekitar wilayah Indonesia. MJO berkaitan dengan penambahan gugusan uap air yang mendukung pembentukan awan hujan. Fenomena ini terkait dengan variasi angin, perawanan, curah hujan, suhu muka laut, dan penguapan di permukaan laut pada skala ruang yang luas. MJO merujuk pada variasi intra-seasonal, yaitu perubahan yang terjadi pada waktu pendek (yaitu dalam suatu musim atau dalam jangka waktu yang lebih pendek daripada musim tersebut).</div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">MJO mempunyai dua fase yaitu <b>fase aktif</b> dan <b>fase tidak aktif</b>. Saat fase aktif di sekitar Kalimantan Selatan, menyebabkan peningkatan curah hujan. Fase ini sering kali disertai dengan cuaca lembap, banyaknya perawanan dan hujan yang lebih sering serta dapat menyebabkan hujan lebat disertai petir dan potensial banjir. Ketika MJO aktif, akan terjadi peningkatan kecepatan angin secara signifikan terutama pada lapisan bawah 850 mb (Haryanto et at., 2022). MJO sangat mempengaruhi tingkat curah hujan yang terjadi di wilayah ekuator Kalimantan yang merupakan tempat terbentuknya awan konvektif (Yana et al., 2014). Sebaliknya, saat fase tidak aktif, Kalimantan mungkin mengalami cuaca yang lebih kering dan stabil. Hujan cenderung berkurang, dan daerah tersebut berpotensi mengalami kekeringan. </div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">MJO dapat dideteksi menggunakan diagram fase yang menunjukkan <b>lokasi harian</b> MJO dan <b>kekuatan</b> fasenya. Setiap bagian diagram mewakili wilayah geografis, semakin jauh titik dari pusat, semakin kuat kejadian MJO. Apabila berada di dalam lingkaran menunjukkan fase tidak aktif.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">MJO dapat diidentifikasi dan dimonitoring dengan memantau propagasi atau penjalaran awan berpotensi hujan yang cukup signifikan dengan arah pergerakan dari barat ke timur, dimulai wilayah barat Samudera Hindia di sekitar Afrika hingga melewati Benua Maritim Indonesia dan menghilang sinyalnya di Samudera Pasifik tengah atau timur. MJO dapat dipantau melalui diagram indeks RMM (<i>Real-time Multivariate MJO</i>) (Gambar 14). Diagram fase itu memplot nilai indeks RMM untuk menentukan lokasi dan intensitas kejadian MJO. Lokasi MJO dibagi menjadi 8 fase aktif (Gambar 14), yaitu mulai dari Afrika untuk fase 1 hingga Samudera Pasifik (<i>Western Hemisphere</i>) untuk fase 8. Wilayah Indonesia dan sekitarnya (Benua Maritim) ditunjukkan oleh fase 4 dan 5. Diagram fase menunjukkan di mana lokasi harian MJO aktif dan kekuatannya. Semakin jauh dari lingkaran atau titik pusat menunjukkan semakin besar kekuatannya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><br /></div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWZHxUAt3TnRJ9iLk2GsQadYYvShRq_lLZDt0zuYygj8M2L5M3l0HUxOBRF9EiPeu8MoftlNJXtxRbm5XVsmyF2kca3kGkv30lnd8VS8RtvA1YPn7yb9WGOy1ZN-lCEd-cT1uYAp4QAtaEBFHNlpKR7ZBsKIYigeCkBMaRhC_4pIiDwWuo3_Un9t0Zz3k/s540/obs_phase40_full.gif"><img border="0" height="448" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWZHxUAt3TnRJ9iLk2GsQadYYvShRq_lLZDt0zuYygj8M2L5M3l0HUxOBRF9EiPeu8MoftlNJXtxRbm5XVsmyF2kca3kGkv30lnd8VS8RtvA1YPn7yb9WGOy1ZN-lCEd-cT1uYAp4QAtaEBFHNlpKR7ZBsKIYigeCkBMaRhC_4pIiDwWuo3_Un9t0Zz3k/w448-h448/obs_phase40_full.gif" width="448" /></a></div><div>Gambar 14. Diagram index RMM</div><div>Sunber : https://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/</div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">MJO dapat juga dipantau menggunakan OLR (<i>Outgoing Longwave Radiation</i>). OLR adalah pengukuran radiasi inframerah yang dipancarkan dari permukaan bumi ke luar angkasa. Anomali OLR dapat merepresentasikan pergerakan MJO aktif yang berkaitan dengan aktivitas konveksi. MJO merupakan osilasi atmosferik yang berkaitan dengan perubahan pola awan, radiasi, dan hujan di wilayah tropis. Saat fase aktif MJO, terjadi peningkatan konveksi atmosfer, akibatnya, terdapat awan lebih tebal dan peningkatan hujan (Gambar 15). Hal ini mengakibatkan penurunan OLR (OLR negatif warna hijau pada gambar) karena lebih sedikit radiasi inframerah mencapai lapisan atas atmosfer. Sebaliknya, selama fase tidak aktif MJO, konveksi menurun, dan radiasi inframerah meningkat, sehingga OLR naik (OLR positif warna cokelat pada gambar). Peta OLR ini dapat dipantau observasi dan prakiraannya.</div><div><br /></div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUd_cYFtJNsv9gHi-o58Whkf28hyphenhyphen38zT7ngHWMD_RUEy_9liA7a8bLytjwMt7maxVxUZx5kVEsguNUQgsdbDvoqpNHRlaXqXwUfG0CXzRN0jkMWfTRaa047t5NFruoXicLJz-u8DKIBqw-SJdCbnrubWm4UxE7UywoFT6yFUdC7OU__b-7UEZN6xiAad8/s1135/olr.cfs.all.indonesia.10.png"><img border="0" height="346" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUd_cYFtJNsv9gHi-o58Whkf28hyphenhyphen38zT7ngHWMD_RUEy_9liA7a8bLytjwMt7maxVxUZx5kVEsguNUQgsdbDvoqpNHRlaXqXwUfG0CXzRN0jkMWfTRaa047t5NFruoXicLJz-u8DKIBqw-SJdCbnrubWm4UxE7UywoFT6yFUdC7OU__b-7UEZN6xiAad8/w449-h346/olr.cfs.all.indonesia.10.png" width="449" /></a></div><div>Gambar 15. Peta OLR untuk MJO. Di bagian kiri : observasi, Di bagian kanan : prakiraan</div><div><br /></div><div>https://ncics.org/portfolio/monitor/mjo/</div><br /><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaxbcQRzm4B3kZeFW45q1BL5fGU5ylZXGTCS3Csk-bB_75U1215Y5oHFlwkC5CPVxVOKoqCslXX8iNskfk1psqeiPg7rtQcavs7j7_O6m8atdVUoTvImg5D7g0KOK8mjyZahqZOUrejMGmT3aPm3InZLEXBqiYM5B8ILsE9F0qd74-mohsfQzPqOgtKq4/s700/fase%20MJO.png"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaxbcQRzm4B3kZeFW45q1BL5fGU5ylZXGTCS3Csk-bB_75U1215Y5oHFlwkC5CPVxVOKoqCslXX8iNskfk1psqeiPg7rtQcavs7j7_O6m8atdVUoTvImg5D7g0KOK8mjyZahqZOUrejMGmT3aPm3InZLEXBqiYM5B8ILsE9F0qd74-mohsfQzPqOgtKq4/w400-h266/fase%20MJO.png" width="400" /></a></div><div>Gambar 16. Ilustrasi sederhana tentang proses MJO</div><div><br /></div><div>https://www.abc.net.au/</div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Saat fase aktif MJO menyebabkan gerakan ke atas (<i>upward</i>) yang menyebabkan konvektif, kejadian hujan yang lebat hingga ekstrem karena MJO mendorong terjadinya awan, peningkatan hujan disertai petir. Fase tidak aktif (<i>suppressed phase</i>) terjadi saat sebelum dan sesudah fase aktif. Fase tidak aktif terjadi gerakan ke bawah dalam skala besar di atmosfer yang menahan gerakan ke atas dan menyebabkan terjadinya kekeringan di daerah tersebut.</div><div><br /></div><div><b>Sumber :</b> </div><div><br /></div><div><b>Web :</b></div><div><br /></div><div>https://www.abc.net.au/news/2020-12-11/madden-julian-oscillation-mjo-the-bearer-of-tropical-rain/12961346 diakses tanggal 10 November 2023</div><div><br /></div><div>https://www.bmkg.go.id/iklim/dinamika-atmosfir.bmkg diakses tanggal 25 Oktober 2023</div><div><br /></div><div>http://www.bom.gov.au/climate/enso/soi/ diakses tanggal 25 Oktober 2023</div><div><br /></div><div>http://www.bom.gov.au/climate/iod/ diakses tanggal 25 Oktober 2023</div><div><br /></div><div>https://www.climate4life.info/2018/11/memahami-fenomena-enso-el-nino-dan-la-nina.html diakses tanggal 27 Oktober 2023</div><div><br /></div><div>https://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/ 29 Oktober 2023</div><div><br /></div><div>https://extreme.kishou.go.jp/itacs5/analyze/form_auth 10 November 2023</div><div><br /></div><div>https://ggweather.com/enso/oni.htm diakses tanggal 10 November 2023</div><div><br /></div><div>https://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/ENSO/ENSO_Info.html diakses tanggal 23 Oktober 2023</div><div><br /></div><div><span>https://ncics.org/portfolio/monitor/mjo/ </span>diakses tanggal 23 Oktober 2023</div><div><span><br /></span></div><div>https://www.ncei.noaa.gov/access/monitoring/enso/soi diakses tanggal 20 Oktober 2023</div><div><div><br /></div></div><div>https://www.ncei.noaa.gov/access/monitoring/enso/sst diakses tanggal 20 Oktober 2023</div><div><br /></div><div>https://origin.cpc.ncep.noaa.gov/products/analysis_monitoring/ensostuff/ONI_v5.php diakses tanggal 23 Oktober 2023</div><div><br /></div><div>http://simtaru.kalselprov.go.id/web/album_peta/1/semua/desc/ diakses tanggal 23 Oktober 2023</div><div><br /></div><div><b>Jurnal :</b></div><div><br /></div><div>Haryanto YD, Fajar B, Riama NF. 2021. Pengaruh Madden Julian Oscillation (MJO) terhadap Variabilitas Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-A di Laut Natuna. Jurnal Kelautan 14 (3) : 278 -283</div><div><br /></div><div>Purwaningsih A, Anis TH, Dita FA. 2020. Kondisi Curah Hujan dan Curah Hujan Ekstrem Saat MJO Kuat dan Lemah: Distribusi Spasial dan Musiman di Indonesia," Jurnal Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca, 21(2) : 85-94.</div><div><br /></div><div>Yana SA, Ihwan MA. Jumarang, Apriansyah. 2014. Analisis pengaruh Madden Julian Oscillation, Annual Oscillation, ENSO dan Dipole Mode terhadap curah hujan di Kabupaten Kapuas Hulu. Prisma Fisika 2 : 31-34.</div><div><br /></div></div><span>
</span>ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-22582609809476269752023-11-28T17:30:00.004+08:002023-11-29T10:41:01.175+08:00POHON DAN HUBUNGANNYA DENGAN IKLIM (WORLD TREE DAY 21 NOVEMBER DAN HARI POHON NASIONAL 28 NOVEMBER )<p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi058_RXs2VD_s0usnaSseYs6cDGIqFdini-DmaeEm_ZYjVXayvPUlkhyphenhyphenm78BwN1kKcUNoa8Ip42AiL39m3Uwym7z2c5X-7DX5m_EnzhVRpPz6P0COsFEGNmWsIlTrzUOm-yL2xid2wIVhCyAymXtpYQ0nIBoQbFnvxGzaZcwosDYclH9qJmKPhT-vOSeA/s821/pohon2.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="607" data-original-width="821" height="296" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi058_RXs2VD_s0usnaSseYs6cDGIqFdini-DmaeEm_ZYjVXayvPUlkhyphenhyphenm78BwN1kKcUNoa8Ip42AiL39m3Uwym7z2c5X-7DX5m_EnzhVRpPz6P0COsFEGNmWsIlTrzUOm-yL2xid2wIVhCyAymXtpYQ0nIBoQbFnvxGzaZcwosDYclH9qJmKPhT-vOSeA/w400-h296/pohon2.png" width="400" /></a></p><p style="text-align: center;">Gambar 1. Skema faktor lingkungan respon pohon (Kallarackal dan Roby, 2012)</p><p style="text-align: justify;">Setiap 21 November diperingati sebagai hari Pohon Sedunia (<i>World Tree Day</i>). Peringatan ini dilakukan dalam rangka menghargai jasa Julius Sterling Morton, seorang aktivitis lingkungan asal Amerika Serikat yang giat mengkampanyekan penanaman pohon. Di Indonesia peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) jatuh pada 28 November, serta pada bulan Desember sebagai Bulan Menanam Nasional.</p><p style="text-align: justify;"><b>Pengertian pohon</b></p><p style="text-align: justify;">Pohon adalah tanaman yang memiliki batang dan cabang dan terbuat dari kayu. Pohon bisa hidup selama ratusan atau bahkan ribuan tahun. Pohon merupakan komponen penting dari ekosistem yang berbasiskan lahan dan hutan. Pohon mempunyai peran utama dalam menyediakan berbagai hal di dalam ekosistem. Dalam konteks perubahan iklim global, faktor lingkungan respon pohon mempunyai peranan sangat penting dalam menghadapi berbagai permasalahan antara lain : peningkatan emisi CO2 di masa yang akan datang, peningkatan suhu pada siang dan malam hari, kejadian kekeringan, kebakaran hutan, peningkatan hama dan penyakit tanaman dan kejadian ekstrem lainnya. Pohon juga melakukan mekanisme mendorong fotosintesis, pertumbuhan tanaman, penggunaan air, fenologi, komposisi spesies dan lain-lain (Kallarackal dan Roby, 2012).</p><span><a name='more'></a></span><p style="text-align: justify;"><b>Manfaat dan respons pohon terhadap lingkungan</b></p><p style="text-align: justify;">Pohon merespons berbagai faktor lingkungan, termasuk peningkatan emisi CO2, perubahan suhu, kekeringan, kebakaran serta serangan hama dan penyakit (Gambar 1). Respons pohon terhadap faktor-faktor ini meliputi peningkatan laju fotosintesis, pertumbuhan pohon, efisiensi penggunaan air, fenologi dan komposisi spesies. Respons pohon terhadap peningkatan CO2 dalam atmosfer dapat meningkatkan laju fotosintesis dan pertumbuhan pohon, namun respons ini juga dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi di tanah. Pohon juga merespons perubahan suhu dengan memodifikasi fenologi dan pertumbuhan. Kekeringan, kebakaran, dan serangan hama dan penyakit juga dapat mempengaruhi kesehatan dan kelangsungan hidup pohon, serta distribusi dan migrasi spesies pohon. Pemahaman mekanisme yang mendorong respons pohon terhadap faktor lingkungan ini akan memberikan wawasan yang penting tentang bagaimana pohon akan merespons lingkungan yang berubah di masa depan.</p><p style="text-align: justify;">Respons pohon terhadap lingkungan juga dapat mempengaruhi efisiensi penggunaan air dan CO2 oleh pohon. Studi menunjukkan bahwa peningkatan CO2 dalam atmosfer dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air oleh pohon, karena penurunan konduktansi stomata tanpa penurunan fotosintesis yang sebanding. Peningkatan CO2 juga dapat merangsang fotosintesis pada pohon, namun respons ini juga dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi di tanah. Perubahan suhu, kekeringan, kebakaran, dan serangan hama dan penyakit juga dapat mempengaruhi efisiensi penggunaan air dan CO2 oleh pohon, karena pohon akan merespons dengan memodifikasi fenologi, pertumbuhan, dan laju fotosintesis.</p><p style="text-align: justify;">Kontribusi pohon menurut Ernyasih, SKM., M.K.M, dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UMJ di web https://umj.ac.id/ antara lain :</p><p style="text-align: justify;"><b>1. Peredam Gas Rumah Kaca</b></p><p style="text-align: justify;">Pohon dapat meredam gas rumah kaca yang menjadi penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim. Pohon berfungsi menyimpan karbon yang menjadi sumber utama penyebab pemanasan global. Zat karbon akan diikat oleh pohon dan disimpan untuk menjadi bahan makanan yang akan diproses dalam fotosintesis. Tumbuh-tumbuhan membutuhkan karbon dioksida (CO2) untuk melakukan yang kemudian akan menghasilkan oksigen (O2).</p><p style="text-align: justify;"><b>2. Sumber Kehidupan Makhluk Hidup</b></p><p style="text-align: justify;">Pohon juga berfungsi untuk konservasi tanah dan mengatur siklus air. Pohon akan menyokong sistem makanan alam dan manusia. Pohon juga merupakan rumah bagi spesies yang tidak terhitung jumlahnya. Penebangan pohon akan memutus mata rantai kehidupan, beberapa jenis hewan akan berkurang dan hampir punah karena habitatnya telah rusak. Berkurangnya jumlah pohon akan mengurangi jumlah pasokan oksigen dan tingkat polusi udara akan cenderung meningkat. Jumlah pasokan air dalam tanah semakin berkurang, sehingga akan menyebabkan kesulitan bagi masyarakat memperoleh air bersih. </p><p style="text-align: justify;"><b>3. Menjaga Kualitas Udara</b></p><p style="text-align: justify;">Kualitas udara juga ditentukan oleh jumlah pohon. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pohon memiliki tempat penyimpanan zat karbon dan mensuplai oksigen. 1ha Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dipenuhi pohon besar akan menghasilkan 0,6 ton oksigen untuk 1500 orang per hari, dan dapat menyerap 2,5 ton karbon dioksida. Oksigen sangat dibutuhkan untuk pemeliharaan lingkungan, flora dan fauna, sehingga menghasilkan konservasi keanekaragaman ragam hayati yang semakin banyak.</p><p style="text-align: justify;"><b>4. Menyimpan Air</b></p><p style="text-align: justify;">Kualitas dan kuantitas air bersih juga ditentukan oleh pohon. Pohon berfungsi meregulasi siklus air. 1 hektar RTH, pohon dapat menyimpan 500 m³ air tanah per tahun dan selain itu dapat mentransfer air sebanyak 4000 liter per hari.</p><p style="text-align: justify;"><b>5. Menurunkan Suhu Udara</b></p><p style="text-align: justify;">Pohon dapat menurunkan suhu udara. Pohon dapat menurunkan suhu 5-6⁰C. Bayangkan suhu 30⁰C bisa terasa jadi 24⁰C. Rumah yang dipenuhi pepohonan rindang sepertinya tidak perlu pasang pendingin ruangan.</p><p style="text-align: justify;"><b>6. Meredam Kebisingan</b></p><p style="text-align: justify;">Menanam pohon di rumah bisa jadi solusi. Selain skill menurunkan suhu udara, pohon juga bisa meredam kebisingan antara 25-80%.</p><p style="text-align: justify;"><b>7. Mengurangi Kekuatan Angin</b></p><p style="text-align: justify;">Semakin tinggi pohon, semakin kencang angin menerpanya. Seberapapun kuat angin menerpa, pohon bisa mengurangi kekuatan angin sebesar 75-80%. </p><p style="text-align: justify;"><b>Pengaruh vegetasi terhadap lingkungan dan iklim</b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="vertical-align: inherit;">Pepohonan di hutan menutupi lebih dari 30% dari total tutupan di Bumi. Hutan dianggap sebagai salah satu simpanan terbesar di dunia untuk semua karbon yang dilepaskan ke atmosfer baik melalui proses alami dan aktivitas manusia. Sebanyak 45% karbon tersimpan di daratan tersimpan di hutan. Pohon mempengaruhi iklim dan</span><span style="vertical-align: inherit;"> juga mempengaruhi cuaca. </span><span style="vertical-align: inherit;">Tumbuhan memproses dan melepaskan uap air (diperlukan untuk pembentukan awan) dan menyerap serta memancarkan energi yang digunakan untuk mendorong cuaca. Tumbuhan</span><span style="vertical-align: inherit;"> juga menghasilkan cuaca mikro sendiri dengan mengontrol kelembapan dan suhu segera di sekitar daunnya melalui transpirasi. </span><span style="vertical-align: inherit;">Sebagian besar tumbuhan dan tanah hutan memiliki albedo yang sangat rendah, (sekitar 0,03 hingga 0,20) dan menyerap energi dalam jumlah besar. </span><span style="vertical-align: inherit;">Namun, tanaman tidak berkontribusi pada pemanasan keseluruhan karena kelebihan panas diimbangi dengan pendinginan evaporasi dari transpirasi.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Menurut Bonan et al., 2004 ekosistem terestrial dapat mempengaruhi pertukaran energi, air, dan karbon antara daratan dan atmosfer. Pertukaran energi meliputi radiasi matahari yang diserap oleh permukaan tanah, penguapan air dari tanah dan tumbuhan, serta pertukaran panas antara tanah dan udara. Pertukaran air melibatkan penguapan air dari permukaan tanah dan tumbuhan, serta transpirasi dari tumbuhan ke atmosfer. Sementara itu, pertukaran karbon melibatkan fotosintesis oleh tumbuhan yang menyerap karbon dioksida dari udara, serta respirasi yang melepaskan karbon dioksida kembali ke atmosfer. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Perubahan lahan dari banyak vegetasi menjadi sedikit vegetasi dapat mempengaruhi iklim, terutama pada suhu dan curah hujan. Studi menunjukkan bahwa pengenalan lahan pertanian telah meningkatkan suhu maksimum harian. Perbedaan albedo permukaan dan panas sensibel serta panas laten antara padang rumput dan lahan pertanian dapat mengontrol pemanasan ini. Perbedaan dalam bagaimana radiasi neto dipartisi menjadi panas sensible dan laten juga mempengaruhi iklim. Maka, perubahan lahan dari banyak vegetasi menjadi sedikit vegetasi dapat memiliki dampak signifikan pada iklim regional.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Pengaruh vegetasi di permukaan terkait erat dengan berbagai peristiwa mikrometerologi. Peristiwa mikrometeorologi yang terkait dengan vegetasi melibatkan berbagai proses fisika dan biologis yang terjadi di lingkungan sekitar tanaman. Berikut adalah penjelasan untuk beberapa peristiwa mikrometeorologi yang disebutkan:</div><p style="text-align: justify;"><b>1. Transfer radiatif</b></p><p style="text-align: justify;">Radiasi langsung dan radiasi baur (diffuse) . Tanaman menerima radiasi matahari, baik yang langsung (<i>direct</i>) maupun yang tersebar (<i>diffuse</i>). Radiasi ini diperlukan untuk proses fotosintesis. Gelombang panjang dan pendek: Tanaman juga memancarkan radiasi gelombang panjang ke atmosfer, dan ini dapat mempengaruhi suhu sekitar tanaman.</p><p style="text-align: justify;"><b>2. Neraca energi : transfer turbulen dan diffusif (H2O, CO2)</b></p><p style="text-align: justify;">Transfer turbulen yaitu adanya turbulensi udara di sekitar tanaman mempengaruhi pertukaran air (H2O) dan karbon dioksida (CO2) antara tanaman dan atmosfer. Peristiwa yang melibatkan perpindahan massa dan energi secara acak yang terjadi dalam lapisan batas atmosfer dekat tanah. Transfer diffusif adalah proses transfer difusif melibatkan perpindahan molekuler air dan CO2 melalui stomata dan permukaan tanaman.</p><p style="text-align: justify;"><b>3. Proses dan fungsi stomata (H2O dan CO2)</b></p><p style="text-align: justify;">Stomata adalah struktur kecil pada daun yang memungkinkan pertukaran gas antara tanaman dan atmosfer. Stomata membuka dan menutup untuk mengatur penguapan air (transpirasi) dan masuknya CO2 untuk fotosintesis.</p><p style="text-align: justify;"><b>4. Respirasi dan fotosintesis (CO2)</b></p><p style="text-align: justify;">Respirasi tanaman melakukan respirasi, yang menghasilkan CO2 sebagai produk sampingan. Proses ini merespon kebutuhan energi tanaman. Tanaman juga melakukan fotosintesis, di mana mereka mengambil CO2 dari udara dan mengubahnya menjadi karbohidrat menggunakan energi matahari.</p><p style="text-align: justify;"><b>5. Pergerakan massa air/H2O (tanah-tanaman-atmosfer):</b></p><p style="text-align: justify;">Transpirasi adalah proses transpirasi melibatkan penguapan air dari daun tanaman. Air yang diambil oleh tanaman dari tanah melalui akar dikeluarkan kembali ke atmosfer melalui stomata. Selain transpirasi, air dari tanah dapat menguap langsung ke atmosfer, disebut evaporasi.</p><p style="text-align: justify;">Semua peristiwa ini saling terkait dan membentuk sistem yang kompleks di dalam ekosistem. Keterlibatan vegetasi dalam pertukaran energi dan massa dengan atmosfer sangat penting untuk memahami sirkulasi energi dan air di lingkungan mikro. </p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYwo4PpTCGUIi5XIePE_Q0yao1nOzL2e9FRwiqQsKhgdxJlq_l2XERjCDTyGHWbg5Wp-6fslh4NiFgApMt4KBLMFJxDfL3aCX6liN5sjZwqEa-OkcvMYGa0fGBcSIvmJ1IDewOvE-8PGctwiqIcVwLVxNQuvHTEqcoHHcWIZ5HFUOFWGZqYazDbS_coOE/s629/pohon.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="528" data-original-width="629" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYwo4PpTCGUIi5XIePE_Q0yao1nOzL2e9FRwiqQsKhgdxJlq_l2XERjCDTyGHWbg5Wp-6fslh4NiFgApMt4KBLMFJxDfL3aCX6liN5sjZwqEa-OkcvMYGa0fGBcSIvmJ1IDewOvE-8PGctwiqIcVwLVxNQuvHTEqcoHHcWIZ5HFUOFWGZqYazDbS_coOE/s16000/pohon.png" /></a></p><p style="text-align: center;">Gambar 2. Peristiwa fisis di permukaan tanah dekat pohon/vegetasi</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEh8J9GTiO5wWa97wRafxZxyOlKpc4e7ry_-tzjOWvg-EHtNH1r5WwJEyFRdTlunB5s8jydxCkMtW9NAWItjO1JPuvHJzh0rtyf0flQYx1MIc7BRtsTWIiHLHqvjHZeB_KcYeeU1k0PG7e2vtEGdU6mYF7kh5esVAcvpqKv52GfqQ3vV6UaDux7JIZcp9bk" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="467" data-original-width="623" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEh8J9GTiO5wWa97wRafxZxyOlKpc4e7ry_-tzjOWvg-EHtNH1r5WwJEyFRdTlunB5s8jydxCkMtW9NAWItjO1JPuvHJzh0rtyf0flQYx1MIc7BRtsTWIiHLHqvjHZeB_KcYeeU1k0PG7e2vtEGdU6mYF7kh5esVAcvpqKv52GfqQ3vV6UaDux7JIZcp9bk=s16000" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Gambar 3. Mekanisme umpan balik vegetasi terhadap iklim : fluks energi permukaan, siklus hidrologi dan siklus karbon (Bonan et al., 2008)</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><p><b><i>Vegetation Feedback to Climate</i></b></p><p><span style="vertical-align: inherit;">Istilah umpan balik vegetasi terhadap iklim (<i>Vegetation feedback to climate</i>) </span><span style="text-align: left;">dapat diartikan interaksi antara vegetasi dan sistem iklim, yang mana perubahan vegetasi dapat mempengaruhi pola iklim dan sebaliknya. Feedback adalah komponen penting dalam sistem iklim bumi dan mempunyai peran dalam dinamika iklim regional. </span><span style="text-align: left;">Umpan balik vegetasi terhadap iklim mengacu pada cara tanaman dan ekosistem dapat mempengaruhi pola iklim melalui berbagai proses. Peristiwa ini interaksi dua arah yaitu : iklim mempengaruhi vegetasi, dan selanjutnya, vegetasi berdampak pada iklim. Peristiwa ini dapat mempengaruhi iklim secara lokal maupun global. </span>Menurut Bonan et al., 2008, setidaknya ada tiga proses yang dipengaruhi oleh umpan balik vegetasi terhadap iklim, yaitu a) Fluks energi permukaan, b) Siklus hidrologi dan c) Siklus Karbon (Gambar 2). Hutan mempengaruhi iklim melalui pertukaran energi, air, karbon dioksida dan spesies kimia lainnya dengan atmosfer.</p><p>Menurut Bonan et al., 2008 umpan balik vegetasi terhadap fluks energi permukaan, siklus hidrologi, dan siklus karbon menunjukkan bahwa vegetasi memiliki peran penting dalam regulasi iklim dan siklus biogeokimia di Bumi. Mekanisme umpan balik vegetasi terhadap iklim pada fluks energi permukaan, siklus hidrologi, dan siklus karbon dapat dijelaskan sebagai berikut:</p><p><b>1. Fluks energi permukaan</b></p><p>Neraca energi di permukaan bumi memerlukan energi yang didapatkan dari radiasi neto diimbangi oleh fluks panas sensible dan panas laten </p><p>Vegetasi mempengaruhi fluks energi permukaan melalui proses evapotranspirasi yang tinggi di hutan tropis. Model simulasi menunjukkan hutan tropis mempertahankan tingkat evapotranspirasi yang tinggi, menurunkan suhu udara permukaan, dan meningkatkan curah hujan dibandingkan dengan lahan padang rumput. Hal ini menunjukkan bahwa vegetasi, khususnya hutan tropis, memiliki dampak signifikan terhadap regulasi suhu dan pola curah hujan di suatu wilayah.</p><p><b>2. Siklus hidrologi</b></p><p>Vegetasi mempengaruhi siklus hidrologi melalui proses evapotranspirasi dan ketersediaan air tanah. Model-model terbaru telah memasukkan siklus hidrologi dan pengaruh vegetasi terhadap energi dan fluks air, termasuk salju, profil air tanah, dan pengaruh vegetasi terhadap siklus hidrologi. Vegetasi memiliki peran penting dalam mengatur ketersediaan air dan proses hidrologi di suatu wilayah.</p><p><b>3. Siklus karbon</b></p><p>Vegetasi juga berperan dalam siklus karbon melalui proses fotosintesis dan akumulasi karbon. Hutan tropis, misalnya memiliki kemampuan menyerap karbon yang tinggi dan mempengaruhi keseimbangan karbon di atmosfer. Selain itu, perubahan vegetasi seperti deforestasi juga berdampak pada pelepasan karbon ke atmosfer </p><p>Memahami interaksi ini sangat penting untuk memprediksi bagaimana ekosistem akan merespons perubahan iklim dan bagaimana respons ini, pada gilirannya, akan memberi masukan pada sistem iklim yang lebih luas. </p><p>Ada beberapa hal penting yang berhubungan dengan umpan balik vegetasi terhadap iklim</p></div><p style="text-align: justify;"><b>1. Efek albedo</b></p><p style="text-align: justify;">Vegetasi yang berbeda akan memiliki sifat reflektifitas yang berbeda (albedo). Contohnya hutan yang lebat memiliki albedo yang rendah karena lebih banyak menyerap sinar matahari. Sebaliknya juga daerah bersalju memiliki albedo yang tinggi, memantulkan sejumlah besar sinar matahari kembali ke angkasa. Tutupan vegetasi akan mempengaruhi reflektifitas permukaan bumi secara keseluruhan sehingga mempengaruhi pola suhu secara lokal dan global.</p><p style="text-align: justify;">Albedo permukaan bergantung pada gelombang radiasi panjang yang datang. Gambar 4 menjelaskan refleksi spektral pada berbagai permukaan. Salju sangat reflektif pada panjang gelombang tampak (0,4 hingga 0,7 <span style="background-color: white; font-family: Symbol; text-align: left;">m</span><span style="background-color: white; text-align: left;">m</span>) dan kurang reflektif dibandingkan dengan gelombang pendek nframerah dekat (near infrared). Tumbuhan memiliki reflektansi yang lebih tinggi pada near infrared dibandingkan pada visible. Fotosintesis cukup efektif menyerap energi dari visible. Ketika tanaman mengering, kandungan klorofilnya menurun dan reflektansi pada gelombang panjang visible meningkat.</p><div style="text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikXk57La-Hg5_pwNLukdp9xTvJOBKlYLL3mZNAs54CvDuNvaZsp9eGSX4_uziJxayylFXLq86coH79cF9mZ1iJ7idiPWlr01Ci8tqLUN2FOpoD9KTy7bWawgXdxHtLVbSIkuDZ6Tlti6s2MlEPaFLmXdK25iY9I0FMq-5q8_RjKONHe8b1Q3SDjcwdCcM/s400/gelombang.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="333" data-original-width="400" height="333" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikXk57La-Hg5_pwNLukdp9xTvJOBKlYLL3mZNAs54CvDuNvaZsp9eGSX4_uziJxayylFXLq86coH79cF9mZ1iJ7idiPWlr01Ci8tqLUN2FOpoD9KTy7bWawgXdxHtLVbSIkuDZ6Tlti6s2MlEPaFLmXdK25iY9I0FMq-5q8_RjKONHe8b1Q3SDjcwdCcM/w400-h333/gelombang.png" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><p>Gambar 4. Berbagai jenis albedo permukaan </p><p>Sumber : https://profhorn.aos.wisc.edu/wxwise/satmet/lesson3/surfacerad.html</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><b>2. Evapotranspirasi</b></p><p style="text-align: justify;">Tumbuhan melepaskan uap air melalui proses transpirasi, sehingga berkontribusi pada kadar air yang ada di atmosfer. Peningkatan vegetasi dapat menyebabkan tingkat evapotranspirasi yang lebih tinggi, mempengaruhi iklim lokal dan regional dengan mempengaruhi curah hujan dan kelembapan udara yang lebih tinggi.</p><p style="text-align: justify;"><b>3. Penyerapan Karbon</b></p><p style="text-align: justify;">Tumbuhan mempunyai peranan penting dalam siklus karbon, yaitu menyerap karbondioksida saat fotosintesis. Perubahan tutupan vegetasi (deforestrasi atau penghijauan) akan berdampak terhadap konsentrasi Gas Rumah Kaca di atmosfer, sehungga mempengaruhi iklim bumi secara global. </p><p style="text-align: justify;"><b>4. Feedback Looping (Putaran Umpan Balik)</b></p><p style="text-align: justify;">Perubahan vegetasi dapat memicu putaran umpan balik (<i>feedback looping</i>). Misalnya, jika pemanasan suhu menyebabkan mencairnya lapisan es, sehingga dapat melepaskan simpanan karbon ke atmosfer, yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Perubahan tutupan vegetasi dapat mempengaruhi pola cuaca lokal, sehingga menyebabkan mekanisme umpan balik yang lebih kompleks.</p><p style="text-align: justify;"><b style="text-align: left;">Metode Menyelidiki Hubungan Hutan dan Iklim</b></p><p style="text-align: justify;">Pepohonan di hutan mempengaruhi iklim melalui pertukaran energi, air, karbondioksida dan unsur-unsur lainnya. Para ilmuwan di zaman sekarang mempunyai berbagai metode untuk menyelidiki hubungan antara hutan dan iklim. Misalnya : metode <i>Eddy Covariance</i>, <i>Free-Air</i> CO2 <i>Enrichment</i> (FACE), sensor satelit dan model matematika tertentu. Pemanfaatan hutan oleh manusia telah menyebabkan perubahan iklim (<i>climate-forcing</i>) dan umpan balik (<i>feedback</i>) iklim. Perubahan iklim akan merugikan terhadap ekologi, maka pentinglah pengelolaan pepohonan dan hutan dalam konteks mitigasi iklim (Bonan et al., 2008).</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiysgG4HWw4rl71RB-oyFlowHLIBf8fDN2bWUijQLkElOVzAU3_yhZ0doSQSFkr0Tv8vNAVXAlZMVC9qTaE_C0nFRBsoIt-DSqYmDMfvcuL2vzbZ2SIlOr5mggfcYCqRWpKq7tPFNX4j9vDVXNneHoeHiIeWvZ27NSQFfeOW0623GW47MTvtt8dapcGQ_M/s768/FluxTowerLabelled_v2.12png-768x576.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="576" data-original-width="768" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiysgG4HWw4rl71RB-oyFlowHLIBf8fDN2bWUijQLkElOVzAU3_yhZ0doSQSFkr0Tv8vNAVXAlZMVC9qTaE_C0nFRBsoIt-DSqYmDMfvcuL2vzbZ2SIlOr5mggfcYCqRWpKq7tPFNX4j9vDVXNneHoeHiIeWvZ27NSQFfeOW0623GW47MTvtt8dapcGQ_M/w400-h300/FluxTowerLabelled_v2.12png-768x576.png" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>Gambar 5. Instrumen Eddy Covariance<br /><p style="text-align: justify;"><b>Dampak penebangan pohon di hutan</b></p><p style="text-align: justify;">Efek dari kejadian penebangan hutan akan mempengaruhi neraca air, lapisan batas (<i>boundary layer</i>) dan iklim di sekitarnya. Di daerah yang mempunyai banyak pepohonan dan vegetasi, albedo yang rendah dan pohon di hutan akan menyediakan banyak energi </p></div><div style="text-align: justify;"><p>Menurut web Utah State University Forestry Extention (2020), dalam 2 dekade terakhir tingkat karbon dioksida telah meningkat pada tingkatan yang belum pernah terjadi. Ada dua cara untuk dapat membantu mencegah tren ini : 1) menyerap kembali karbon dioksida dari atmosfer atau 2) mengurangi emisi karbon dioksida (beserta gas rumah kaca lainnya). Dengan adanya pohon kita dapat melakukan keduanya.</p><p>Terus menanam dan memelihara pohon adalah cara yang paling mudah untuk menyerap karbon dioksida dari amosfer karena pohon memasukkan karbon dioksida melalui proses fotosintesis. Sebagian karbon dioksida diserap digunakan sebagai energi dan dilepaskan kembali ke atmosfer, sebaliknya sebagian besarnya ditransfer ke batang dan bagian lain dari pohon menjadi penyimpanannya menjadi kayu. Pohon itu kelak menjadi sumber karbon yang menyimpan karbon di dalamnya. Semua tumbuhan akan menyimban karbon saat fotosintesis, akan tetapi pohon atau tumbuhan berkayu akan dapat menyimpan lebih lama dibandingkan dengan tanaman semusim yang juga dapat menyerap karbon hanya untuk setahun hingga tanamannya membusuk dan saat dibakar dalam api melepaskan karbon. Sebagian kecil saja simpanan karbonnya tetap di dalam tanah, sebagian besarnya kembali ke atmosfer.</p><p style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-V47Pg_-MvqY/X7xuQ97kt6I/AAAAAAAACO0/V1o9PgIseaUU9QcO6-GHCb8tdPoB3s7uQCLcBGAsYHQ/s723/carbon-cycle.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="598" data-original-width="723" height="459" src="https://1.bp.blogspot.com/-V47Pg_-MvqY/X7xuQ97kt6I/AAAAAAAACO0/V1o9PgIseaUU9QcO6-GHCb8tdPoB3s7uQCLcBGAsYHQ/w556-h459/carbon-cycle.jpg" width="556" /></a></p><p style="text-align: center;"><span style="text-align: left;">Gambar 6. Peranan siklus karbon dan peranan pohon di hutan sebagai penyimpan karbon</span></p><p><b>Bimbingan Islam dalam menanam dan merawat pohon</b></p><p>Islam mengajarkan umatnya untuk menanam dan merawat pohon. Islam mengajarkan berakhlak baik bukan hanya pada manusia dan hewan, tetapi juga akhlak yang baik kepada pohon dan tanaman. Hal tersebut dikategorikan sebagai perbuatan sedekah yang pelakunya </p><h6 class="text-center pull-right col-sm-6" style="text-align: left;"><i></i></h6><p>Dari Jabir bin Abdullah RA, dia bercerita bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah seorang Muslim menanam suatu tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya." (HR Imam Muslim).</p><p>Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah seorang Muslim menanam pohon, tidak pula menanam tanaman kemudian hasil tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia atau binatang melainkan (tanaman tersebut) menjadi sedekah baginya." (HR Imam Bukhari). </p><p>Abu Darda RA usianya sudah sangat tua. Ia sahabat Rasulullah SAW. Sehari-hari ia menghabiskan waktunya untuk bertani dan bercocok-tanam. Suatu hari lewat seseorang di depannya. Saat itu Darda sedang menanam pohon asam. Berkatalah orang itu, ''Mengapa kamu menanam pohon ini? Kamu kan sudah lanjut usia, padahal pohon itu akan berbuah dalam rentang waktu yang amat lama?'' Apa jawab Abu Darda? ''Saya hanya mengharap pahalanya, dan biarlah orang lain yang memakan buahnya.''</p><p>Dari Anas (ia berkata): Rasulullah SAW bersabda: Tujuh perkara yang pahalanya akan terus mengalir bagi seorang hamba sesudah ia mati dan berada dalam kuburnya. (Tujuh itu adalah) orang yang mengajarkan ilmu, mengalirkan air, menggali sumur, menanam pohon kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak yang memohonkan ampunan untuknya sesudah ia mati [HR. Al-Baihaqi].</p><p>Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita untuk mengasah kepekaan, dengan menamankan keyakinan pada jiwa bahwa bumi ini merupakan makhluk Allah yang hidup, sehingga ia bisa merasakan apa yang diperlakukan manusia-manusianya. Dunia Islam adalah dunia yang hijau, rahmatan lil 'alamin, memberikan manfaat dan rahmat dengan menjaga serta melestarikan pohon. </p></div></div><br /></div><div style="text-align: left;"><div><b>Sumber :</b></div><div><br /></div><div>https://academic.oup.com/bioscience/article/70/11/947/5903754 diakses 19 November 2023</div><div><br /></div><div>https://forestry.usu.edu/news/utah-forest-facts/trees-and-climate-change/ diakses 20 November 2023</div><div><br /></div><div>https://www.merdeka.com/jateng/peristiwa-21-november-peringatan-hari-pohon-sedunia-ini-sejarah-lengkapnya-kln.html diakses 20 November 2023</div><div><br /></div><div>https://muhammadiyah.or.id/mari-menambah-pahala-dengan-merawat-dan-menanam-pohon/ diakses 22 November 2023</div><div><br /></div><div>https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/11/27/p02nb7313-rasulullah-anjurkan-umatnya-bercocok-tanam diakses 23 November 2023</div><div><br /></div><div>https://tirto.id/sejarah-hari-pohon-sedunia-pada-21-november-kenapa-diperingati-glxa diakses 24 November 2023</div><div><br /></div><div>https://waste4change.com/blog/on-this-years-world-tree-day-lets-not-take-trees-for-granted/ diakses 24 November 2023</div><div><br /></div><div>https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/09/150903_majalah_pohon_dunia diakses 24 November 2023</div><div><br /></div><div>https://earth.stanford.edu/news/how-vegetation-alters-climate diakses 24 November 2023</div><div><br /></div><div>https://www.forestdigest.com/detail/2202/pohon-perubahan-iklim diakses 25 November 2023</div><div><br /></div><div>https://www.tern.org.au/what-is-an-eddy-covariance-flux-tower/ diakses 25 November 2023</div><div><br /></div><div><span style="text-align: center;">https://profhorn.aos.wisc.edu/wxwise/satmet/lesson3/surfacerad.html diakses 25 November 2023</span></div><div><span style="text-align: center;"><br /></span></div><div><span style="text-align: center;">https://umj.ac.id/opini-1/kontribusi-pohon-untuk-kelangsungan-hidup-manusia/ diakses 26 November 2023</span></div><div><br /></div><div><br /></div><div><b>Jurnal :</b></div><div><b><br /></b></div><div><span style="text-align: justify;">Bonan, G.B., R.S. DeFries, M.T. Coe, and D.S. Ojima. 2004: Land use and climate. G. Gutman et al. (eds.),Land Change Science, 301-314. Kluwer Academic Publishers.</span></div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Bonan, G.B. 2008. Forests and Climate Change: Forcings, Feedbacks, and the Climate Benefits of Forests. Science, 320(5882), 1444–1449.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kallarackal, J, Roby, T J. 2012. Responses of trees to elevated carbon dioxide and climate change. Biodiversity and Conservation, 21(5), 1327–1342. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div></div><p></p>ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-26801567290726475512023-05-19T12:02:00.060+08:002023-07-26T06:38:54.836+08:00PENGGUNAAN DRONE DALAM PENGAMATAN METEOROLOGI <span class="fullpost">
<iframe allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/JDeweaWcIuI" width="560"></iframe> </span><div>Video 1. Kegunaan drone untuk berbagai keperluan<div><div><br /></div><div><div style="text-align: justify;">UAV (<i>Unmanned Aerial Vehicle</i>) atau drone adalah suatu alat yang sedang terkenal saat akhir-akhir ini. Pesawat tanpa awak yang berukuran kecil dan ringan ini sangat diandalkan olah komunitas aerial photography dalam memotret dan merekam objek dari ketinggian. Selain kegunaan ternyata alat ini mempunyai banyak kegunaan lainnya yang belum dimanfaatkan secara penuh. Salah satu penerapannya dalam ilmu meteorologi. Meningkatnya penggunaan drone, membuat para ahli mengembangkan pesawat tak berawak ini khusus mengumpulkan data dan informasi cuaca. UAV adalah sebuah mesin terbang tanpa awak dengan kendali jarak jauh baik semi <i>autonomous, autonomous</i> (drone) atau gabungan dari keduanya. <span><a name='more'></a></span><span><a name="more"></a></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Foto udara format kecil yang dulu hanya mengandalkan <i>single image</i> (RGB) sensor, berkembang hingga ke sensor multispektral dan sensor aktif seperti LIDAR (<i>Light Distance And Ranging</i>) hingga hyperspektral penggunaan kamera non metrik yang umum digunakan pada drone untuk aplikasi pemetaan sebaiknya menggunakan sensor digital dan lensa fixed. LIDAR adalah suatu metode pendeteksian objek yang menggunakan prinsip pantulan sinar laser untuk mengukur jarak objek yang ada di permukaan bumi. LIDAR melakukan penghitungan jarak dengan mengeluarkan sinar dari laser transmitter ke suatu permukaan, kemudian menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan sinar laser tersebut untuk kembali ke receptor. Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar berikut :</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxesLkgvynr3DKlnB9dW9i1kOJlIwH93XCpwOfAX_4f502J3UbxtEwu6lQ8Abyl5GpsakJBDyMBeJkpYOcbVOAecAKXbh8Y5OFa2hROIEPddMapreEibNIA_ZXzywXJMIbNP_GitngZ59nhxKbYQScRdLQ16zopu4HlJrnjtZSUKvdFELgeidM8c3w/s1280/lidar.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxesLkgvynr3DKlnB9dW9i1kOJlIwH93XCpwOfAX_4f502J3UbxtEwu6lQ8Abyl5GpsakJBDyMBeJkpYOcbVOAecAKXbh8Y5OFa2hROIEPddMapreEibNIA_ZXzywXJMIbNP_GitngZ59nhxKbYQScRdLQ16zopu4HlJrnjtZSUKvdFELgeidM8c3w/s320/lidar.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Gambar 1. Ilustrasi LIDAR</div>Sumber : <a href="https://digiwarestore.com/id/digiware-news/43_apakah-lidar-itu-dan-bagaimana-cara-kerjanya">https://digiwarestore.com/id/digiware-news/43_apakah-lidar-itu-dan-bagaimana-cara-kerjanya</a><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost">Di era revolusi Industri keempat ini drone memantapkan dirinya sebagai peralatan yang fleksibel dengan teknologi baru. Awalnya digunakan sebagai pesawat tanpa awak dalam militer. Sekarang teknologi dapat digunakan untuk berbagai keperluan (Chong et al., 2019).</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><br /></span></div><div style="text-align: justify;">Pada awal tahun 1970an Konrad et al., 1970 mempelopori penggunaan UAV dalam meteorologi. Tujuannya agar mendapatkan penjelasan lebih tentang proses konvektif. Kemajuan teknologi memungkinankan pemggunaan drone dalam berbagai bidang dalam ilmu meteorologi (<span style="text-align: left;">Leunberger</span><span style="text-align: left;"> et al., 2020).</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost">Tahun 1991 NASA mengembangkan pesawat tak berawak yang pertama kalinya. <i>Perseus</i> nama drone cuaca pertama yang dirancang untuk terbang 60.000 feet untuk mengumpulkan data tentang penipisan ozon dan pola cuaca. Meskipun dapat mengumpulkan informasi yang berguna, layanan ini telah dihentikan pada tahun 2003.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-CwLY_n1yETk/YSHc6fOXe4I/AAAAAAAACWo/fyrk90d9IZsJ8P4RJ02trlMNEMvv6L-rgCLcBGAsYHQ/s342/twuavc3.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="211" data-original-width="342" height="197" src="https://1.bp.blogspot.com/-CwLY_n1yETk/YSHc6fOXe4I/AAAAAAAACWo/fyrk90d9IZsJ8P4RJ02trlMNEMvv6L-rgCLcBGAsYHQ/s320/twuavc3.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Gambar 2. Perseus NASA</div><span class="fullpost"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost">Penggunaan drone dalam pengamatan meteorologi adalah kemajuan yang besar dibandingkan menggunakan pengamatan manual yang biasa dilakukan. Keterbatasan suatu stasiun pengamatan cuaca adalah keadaan yang statis dan kedekatannya dengan permukaan bumi. Walaupun posisinya yang sangat tinggi stasiun tersebut, tak mampu mendapatkan informasi di atas permukaan lapisan batas (<i>boundary layer</i>).</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><b>Penggunaan Balon Cuaca</b></div><div style="text-align: justify;">Balon cuaca dapat terbang lebih tinggi, tetapi mempunyai kelemahan tidak dapat dikendalikan. Balon cuaca akan terbang tergantung arah anginnya bertiup dan menghilang. Balon cuaca tak dapat kembali lagi ke darat tempat asalnya diluncurkan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Penggunaan Satelit</b></div><div style="text-align: justify;">Penggunaan satelit juga sebagai sumber lainnya informasi cuaca. Kelemahan satelit adalah ketidakmampuan secara penuh mengukur suhu udara, kelembapan udara dan angin. Penyebabnya adalah posisi satelit sangat jauh di atas dari lapisan batas tempat terjadinya kejadian unsur-unsur cuaca itu terjadi. Pesawat terbang juga dapat digunakan untuk mengumpulkan data cuaca terutama saat badai, tetapi mahal dioperasikan dan mempunyai resiko yang tinggi bagi pilot yang menerbangkan ke arah badai.</div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-crtdRKMiFjo/YRfQk6T2wlI/AAAAAAAACV0/LJ55If1n_n0B56djKZ2yqbfAa-VMXmhewCLcBGAsYHQ/image.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="682" data-original-width="1024" height="266" src="https://lh3.googleusercontent.com/-crtdRKMiFjo/YRfQk6T2wlI/AAAAAAAACV0/LJ55If1n_n0B56djKZ2yqbfAa-VMXmhewCLcBGAsYHQ/w400-h266/image.png" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Gambar 3. Pengamatan balon udara oleh pengamat BMKG</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span style="text-align: center;">Sumber : </span><span style="text-align: center;"><a href="https://infopublik.id/resources/album/bulan-september-2019/Balon_Cuaca.jpg">https://infopublik.id/resources/album/bulan-september-2019/Balon_Cuaca.jpg</a></span></div><br /><br /></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-v1EhZPw45To/YSHcpa1rRYI/AAAAAAAACWg/EzcfniVjEtsy1A360PNo_x_IDF_WZRdJgCLcBGAsYHQ/s1000/skewt_title1.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="801" data-original-width="1000" height="256" src="https://1.bp.blogspot.com/-v1EhZPw45To/YSHcpa1rRYI/AAAAAAAACWg/EzcfniVjEtsy1A360PNo_x_IDF_WZRdJgCLcBGAsYHQ/s320/skewt_title1.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Gambar 3. Plotting Skew-T untuk menganalisis sounding dari balon</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/--oS4DkgdlRc/YSJt_XHuTmI/AAAAAAAACW4/0HbUlFxHGq8OGBJL5VM_xrqBW5Va8w_iACLcBGAsYHQ/s830/petugas-bmkg-mengamati-citra-satelit-di-ruang-operasional-_121105122420-908.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="556" data-original-width="830" height="268" src="https://1.bp.blogspot.com/--oS4DkgdlRc/YSJt_XHuTmI/AAAAAAAACW4/0HbUlFxHGq8OGBJL5VM_xrqBW5Va8w_iACLcBGAsYHQ/w400-h268/petugas-bmkg-mengamati-citra-satelit-di-ruang-operasional-_121105122420-908.jpg" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Gambar 4. Pengamat cuaca BMKG menganalisis cuaca dari gambar satelit HIMAWARI 8</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><b>Pentingnya penggunaan drone dalam pengamatan dan prakiraan cuaca</b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Di seluruh dunia ini cuaca buruk seperti kejadian badai petir, angin kencang, kabut asap dan hujan es dapat membahayakan keselamatan publik dan mempengaruhi terhadap perekonomian. Hingga sekarang, kekurangan pengamatan dengan berbagai peralatan kurang untuk lapisan batas (<i>planetary</i> <i>boundary layer/ PBL</i>) atmosfer secara akurat. Maka penggunaan drone cuaca akan dapat mengatasi menutupi kekurangan ini.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2RpJxqhlttoJJTT1jiHo2qUIZ9qSnDI22hkM4ptjSKIqiK1GqmeQfNKwxo-c90DXfQAsUziyy6uawCW8LShoPeHYrKgfBUZ-4kb4-qGtdrpl9CyWK3qi-Kzd7AE2UOJ_MRDWBm0a3TquPz2xfrODXs_LV81EIaYbbshEhSvt0QZb4zS1cqbesIhd4/s885/drone.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="732" data-original-width="885" height="328" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2RpJxqhlttoJJTT1jiHo2qUIZ9qSnDI22hkM4ptjSKIqiK1GqmeQfNKwxo-c90DXfQAsUziyy6uawCW8LShoPeHYrKgfBUZ-4kb4-qGtdrpl9CyWK3qi-Kzd7AE2UOJ_MRDWBm0a3TquPz2xfrODXs_LV81EIaYbbshEhSvt0QZb4zS1cqbesIhd4/w396-h328/drone.jpg" width="396" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Gambar 5. Cakupan berbagai sarana untuk memantau keadaan cuaca </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Sumber : <a href="https://www.meteomatics.com/en/meteodrones-weather-drones/">https://www.meteomatics.com/en/meteodrones-weather-drones/</a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-qCQLCVbfsKY/YT_RcgznAwI/AAAAAAAACZA/IkgAIOXiUSEREKqGelp_kVfAibiZCB6kACLcBGAsYHQ/s1900/weather-stations.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="859" data-original-width="1900" height="290" src="https://1.bp.blogspot.com/-qCQLCVbfsKY/YT_RcgznAwI/AAAAAAAACZA/IkgAIOXiUSEREKqGelp_kVfAibiZCB6kACLcBGAsYHQ/w640-h290/weather-stations.jpeg" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">(a)</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXXrf0r7wckbXYoEI8CVyMKWAkh-yj6SFY35LesK4R0fl9lEN7lBZ5b2O8wch8HEhbK-N3byiS2NZmTdjWFDaXcYoy0040aEUz2c3Cynb6KDnfMoQAD2f8B9zpHIRq8Iw2ld5cvFBDmejGtNwQC-V1pOiUAYQVkvT9ylmWK9x_XS-OX5i_LqM1ztDE/s942/pbl%20drone.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="582" data-original-width="942" height="378" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXXrf0r7wckbXYoEI8CVyMKWAkh-yj6SFY35LesK4R0fl9lEN7lBZ5b2O8wch8HEhbK-N3byiS2NZmTdjWFDaXcYoy0040aEUz2c3Cynb6KDnfMoQAD2f8B9zpHIRq8Iw2ld5cvFBDmejGtNwQC-V1pOiUAYQVkvT9ylmWK9x_XS-OX5i_LqM1ztDE/w612-h378/pbl%20drone.JPG" width="612" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">(b)</div><br /><span style="text-align: left;">Gambar 6. Kekurangan data berbagai sarana untuk membuat prakiraan cuaca di lapisan batas atmosfer</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="text-align: left;">(a) keterbatasan data di PBL untuk menjelaskan beberapa peristiwa cuaca </span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">(b) meteodrone dapat mengisikan keterbatasan tersebut</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Sumber : <a href="https://www.isarra.org/wp-content/uploads/2018/10/ISARRA2017_ACS1_Schluchter.pdf">https://www.isarra.org/wp-content/uploads/2018/10/ISARRA2017_ACS1_Schluchter.pdf</a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><span style="text-align: justify;">Meteodrone adalah drone yang dirancang khusus untuk penerbangan di lapisan terendah atmosfer, di lapisan batas</span><span style="text-align: justify;"> PBL sehingga dapat membantu meningkatkan keakuratan model prakiraan cuaca. Alat ini dilengkapi dengan sensor untuk mengumpulkan informasi tentang suhu udara, kelembaban udara dan angin di atmosfer. </span></span><span style="text-align: left;">Meteodrone dapat mengumpulkan data meteorologi pada atmosfer bagian bawah dan tengah. Dengan meteodrone memungkinkan melakukan pengukuran suhu, kelembapan, tekanan udara dan arah kecepatan angin beresolusi tinggi dan secara langsung. Sehingga dapat memasukkan dalam kalkulasi model cuaca dan meningkatkan keakuratan prakiraan cuaca secara nyata. Meteodrone juga dapat digunakan untuk memprediksi cuaca yang ekstrem seperti badai, banjir, dan angin kencang.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Sejak tahun 2012, Meteomatic, perusahaan drone asal Swiss telah mengembangkan sistem pengukuran drone, Meteodrone, untuk mengukur unsur kecepatan angin, arah angin, titik embun, temperatur dan tekanan udara dari PBL sampai dengan 1,5 km di atas tanah. </div></span></div></div><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><b>Bagaimana suatu meteodrone d</b><b>apat mengamati cuaca di permukaan bumi?</b></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-pBPFDrk_Fl0/YSJrfijIGLI/AAAAAAAACWw/9otbWuJRopMnEykMbyEAfxr7BK9BKummACLcBGAsYHQ/s504/lapisan-batas.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="261" data-original-width="504" height="208" src="https://1.bp.blogspot.com/-pBPFDrk_Fl0/YSJrfijIGLI/AAAAAAAACWw/9otbWuJRopMnEykMbyEAfxr7BK9BKummACLcBGAsYHQ/w400-h208/lapisan-batas.jpg" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Gambar 7. Ilustrasi sederhana lapisan batas (<i>boundary layer</i>)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div>Lapisan atmosfer terendah yang dinamakan lapisan batas (<i>boundary layer</i>) merupakan tempat sebagian besar terjadinya cuaca. Kondisi cuaca dipengaruhi oleh berbagai variabel dan faktor yang kompleks. Dengan mencoba membuat prediksi cuaca yang akurat, bagaimana cuaca selanjutnya menggunakan model cuaca yang rumit, tetapi dengan hasil model yang diharapkan sebaik data yang dimasukkan ke dalamnya adalah sangat sulit.</div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost">Meteodrone dapat diterbangkan dalam berbagai lapisan batas atmosfer dan dapat mengumpulkan data yang penting tentang suhu udara, kelembapan udara, tekanan udara, arah dan kecepatan angin. Cara lain dengan drone menurunkan sensor yang dinamakan dronesonde. Dronesonde diturunkan dengan parasut melalui ketinggian yang tinggi, melalui profil vertikal lapisan batas mengumpulkan data sampai ke bawah melalui pencitraan visual (foto dan video). </span></div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Spesifikasi tertentu diperlukan untuk suatu meteodrone. <span style="text-align: justify;">Ketinggian terbang yang tinggi sehingga drone dapat terbang pada ketinggian yang cukup tinggi untuk mengambil data cuaca di lapisan atmosfer yang diinginkan. </span><span style="text-align: justify;">Kecepatan terbang yang tinggi dari suatu drone, sehingga dapat terbang dengan kecepatan yang cukup cepat untuk mengambil data cuaca pada area yang luas dalam waktu yang singkat. </span><span style="text-align: justify;">Daya tahan baterai yang baik untuk mengambil data cuaca selama periode waktu yang diinginkan. D</span>rone harus dilengkapi dengan sensor yang sesuai untuk mengambil data cuaca yang diinginkan. Sistem navigasi yang stabil untuk mengambil data cuaca dengan akurasi yang tinggi. Kapasitas penyimpanan data yang besar untuk menyimpan data cuaca yang diambil. Sistem komunikasi yang handal, drone harus dilengkapi untuk mengirimkan data yang diambil kepada stasiun penerima data. Semua spesifikasi ini harus sesuai dengan regulasi di negara masing-masing yang digunakan untuk prakiraan cuaca.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-PeWo1vK6syk/YSCZg3NI3kI/AAAAAAAACWY/Ad23JAdSQBAyTuJ_emuC0HdWh7H1t-ypgCLcBGAsYHQ/s800/800px-Dronesonde.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="533" data-original-width="800" height="266" src="https://1.bp.blogspot.com/-PeWo1vK6syk/YSCZg3NI3kI/AAAAAAAACWY/Ad23JAdSQBAyTuJ_emuC0HdWh7H1t-ypgCLcBGAsYHQ/w400-h266/800px-Dronesonde.jpg" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost">Gambar 8. Contoh penerbangan drone </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><div><span class="fullpost">Beberapa sensor yang dapat digunakan pada meteodrone untuk mengambil data cuaca antara lain :</span></div><div><ol><li>Sensor suhu dan kelembapan: digunakan untuk mengukur suhu dan kelembapan udara pada ketinggian tertentu.</li><li>Sensor tekanan udara, digunakan untuk mengukur tekanan udara pada ketinggian tertentu.</li><li>Sensor anemometer, digunakan untuk mengukur kecepatan dan arah angin pada ketinggian tertentu.</li><li>Sensor radiasi matahari, digunakan untuk mengukur jumlah radiasi matahari yang masuk ke atmosfer.</li><li>Sensor LIDAR, digunakan untuk mengukur ketinggian dan topografi permukaan tanah.</li><li>Sensor termal: digunakan untuk mendeteksi temperatur permukaan tanah dan objek lainnya dari jarak jauh.</li></ol>Sensor-sensor tersebut dapat digunakan secara sendiri-sendiri atau dapat pula digabungkan agar dapat mengambil data cuaca yang lebih lengkap dan akurat.</div><div><br /></div><div style="text-align: center;"><span style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-hJGF_kL16Pc/YSmoRA2rb6I/AAAAAAAACX4/SarzQL8LLXw9YwoZCsBGxvN8UK87akyfgCLcBGAsYHQ/s627/drone1.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="431" data-original-width="627" height="220" src="https://1.bp.blogspot.com/-hJGF_kL16Pc/YSmoRA2rb6I/AAAAAAAACX4/SarzQL8LLXw9YwoZCsBGxvN8UK87akyfgCLcBGAsYHQ/s320/drone1.JPG" width="320" /></a></span></div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2dvRxOpGMcxA3W-23u2xSXYkyIBBhbuZ-hiiGjE1x1UlVUFS2vfkmuB0H2IbjytX_y4pD8TgbAxMl-i83L1MltyheBD9QM91Y9kmPCsEe8fbf4Ex_vH8rXVbKoHyvwkizLgz7Pi88A9yBQsk-TxbVMZnj5coUKIHgAxRlHUGk39M1Dgnmy2eip5MT/s801/meteodrone%20components.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="666" data-original-width="801" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2dvRxOpGMcxA3W-23u2xSXYkyIBBhbuZ-hiiGjE1x1UlVUFS2vfkmuB0H2IbjytX_y4pD8TgbAxMl-i83L1MltyheBD9QM91Y9kmPCsEe8fbf4Ex_vH8rXVbKoHyvwkizLgz7Pi88A9yBQsk-TxbVMZnj5coUKIHgAxRlHUGk39M1Dgnmy2eip5MT/s320/meteodrone%20components.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: center;"><span style="text-align: left;">Gambar 9. Komponen meteodrone </span></div><div style="text-align: center;"><span style="text-align: left;">Sensor dan pengukuran : suhu udara, tekanan udara, kelembapan udara relatif, titik embun serta kecepatan dan arah angin</span></div><div style="text-align: center;"><span style="text-align: justify;">Sumber : <a href="https://www.meteomatics.com/en/meteodrones-weather-drones/">https://www.meteomatics.com/en/meteodrones-weather-drones/</a></span></div></span></div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><b>Perkembangan drone dalam pengamatan cuaca</b></div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><b>Jepang</b></div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">NEDO (<i>New Energy and Industrial Technology Development Organization</i>) Jepang, telah merancangkan sistem penyediaan informasi yang berfokus pada informasi cuaca dengan ketinggian penerbangan drone yang diperlukan untuk UTM di masa mendatang (Gambar 10). Tujuan yang ingin dicapai adalah : </div><div style="text-align: justify;"><ol><li>Prakiraan cuaca yang lebih khusus menggunakan drone (pada ketinggian 0 - 150 m)</li><li>Menyiapkan prakiraan cuaca menggunakan UTM</li><li>Mengembangkan teknik prakiraan cuaca yang lebih akurat dengan drone</li></ol></div><div style="text-align: justify;">UTM adalah singkatan dari <i>Unmanned Aerial Vehicle Traffic Management </i>(Sistem Manajemen Lalu Lintas Pesawat Tanpa Awak). UTM sistem yang digunakan untuk mengatur, mengontrol, dan mengkoordinasikan lalu lintas pesawat tanpa awak (UAV/Drone) dalam ruang udara. UTM bertujuan untuk meningkatkan keamanan, efisiensi, dan efektivitas operasi drone. UTM terdiri dari beberapa komponen, berupa : sistem pengenalan dan pengenalan, pengaturan lalu lintas, pemantauan dan pengawasan pesawat tanpa awak, komunikasi drone, perencanaan rute dan pengaturan ketinggian terbang. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tahapan yang dilakukan melalui drone cuaca sebagai berikut : (1) Prakiraan cuaca melalui drone, (2) Menyediakan informasi cuaca melalui UTM, (3) Membangun teknik observasi cuaca menggunakan drone, (4) Membuat prakiraan cuaca berdasarkan informasi dari drone.</div><div style="text-align: justify;"><div><br /></div></div></div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-fOIxGWdLU04/YSlsj8NCe-I/AAAAAAAACXw/w81ngg9fsTE5FTGZ-Hpd7FuAouubxicRACLcBGAsYHQ/s768/%25E5%259B%25B31-768x410.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="410" data-original-width="768" height="214" src="https://1.bp.blogspot.com/-fOIxGWdLU04/YSlsj8NCe-I/AAAAAAAACXw/w81ngg9fsTE5FTGZ-Hpd7FuAouubxicRACLcBGAsYHQ/w400-h214/%25E5%259B%25B31-768x410.png" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Gambar 10. Ilustrasi drone cuaca menggunakan UTM</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Sumber : <a href="https://nedo-dress.jp/en/introduction/introduction_2_1_7">https://nedo-dress.jp/en/introduction/introduction_2_1_7</a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><b>Amerika Serikat</b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><b><br /></b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Tahun 2016 AS mengembangkan penelitian Meteodrone untuk pengamatan kejadian cuaca ekstrem. Bulan September 2016 lembaga meteorologi AS telah dapat menentukan kualitas data dan asimilasi pada model cuaca numerik regional dengan ditentukan beberapa studi sampling. Proyek kerjasama Meteomatic dengan NOAA-NSSL (<i>National Severe Storms Laboratory</i>) diluncurkan pada Oktober 2016 dengan tujuan mendeteksi kondisi pra-konvektif untuk peningkatan akurasi prakiraan badai di Oklahoma. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: center;"><iframe allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/_FP1uDmUhjk" title="YouTube video player" width="560"></iframe></div></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;">Video 2. Kegunaan drone untuk mengamati kejadian cuaca ekstrem (badai)</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Meteodrone terbang di langit AS untuk pertama kalinya waktu itu guna mengumpulkan data angin dan suhu udara. Saat terjadi angin kencang dengan kecepatan 70 km/jam, Meteodrone dapat membuktikan kehandalannya selama lebih dari tiga puluh penerbangan. Dengan demikian fase proyek pertama selesai dengan sukses. Data yang dikumpulkan akan diasimilasi dalam model yang memungkinkan NOAA meramalkan badai petir dan tornado dengan lebih tepat.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Menurut Hervo et al., 2023, hasil evaluasi Meteomatics selama periode Desember 2021 hingga Mei 2022 meteodrone dapat memperlihatkan kemampuannya dalam menyediakan data cuaca yang handal dan memadai untuk keperluan operasional. Meteodrone dijalankan secara otomatis 8 kali semalam di Payerne, Swiss. Hasil 864 profil meteorologinya dibandingkan secara intensif dengan pengukuran radiosonde dan penginderaan jauh. Dengan perbandingan radiosonde, pengukuran dengan meteodrone dapat diukur sesuai dengan persyaratan WMO (WMO OSCAR, 2022). OSCAR adalah <i>Observing Systems Capability Analysis and Review Tool, </i>sumber yang dikembangkan WMO untuk mendukung aplikasi observasi Bumi, penelitian dan koordinasinya secara global. Maka, meteodrone dapat dikatakan suatu "terobosan" yang dapat memberikan peningkatan signifikan bagi prediksi cuaca secara numerik resolusi tinggi.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Korea Selatan</b></div><div style="text-align: justify;"><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;">Drone cuaca juga telah dikembangkan oleh Lembaga Meteorologi Korea (KMA/ <i>Korean Meteorological Administration</i>). Drone melakukan pengamatan permukaan dengan memfoto gambar seperti halnya observasi data suhu udara dan kecepatan angin. Drone tidak mengamati pada suatu titik yang tetap, tetapi dapat melakukan penerbangan sampai dengan ketinggian 2,5 km dan dapat merancang suatu misi monitoring. Meteodrone ini dapat bertahan pada kencangnya angin di lapisan udara atas dan suhu di bawah minus 20 derajat Celsius. Dengan peralatan ini memungkinkan pengamatan cuaca di daerah yang sulit dijangkau yakni di daerah pesisir dan gunung.</div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: center;"><iframe allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/ea012aT8J3s" title="YouTube video player" width="560"></iframe></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: left;">Video 3. Praktek Pengamatan Cuaca dengan Meteodrone di Korea Selatan</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Pengamatan meteodrone di Indonesia</div><div><br /></div><div><b>Contoh penggunaan meteodrone di kampus ITERA</b></div><div><br /></div><div><br /></div></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-XHJUvj2eE20/YSJw_XtN1JI/AAAAAAAACXA/OGRqu4ZGjd4cbiiBdYYEomrOy4zDP3pRQCLcBGAsYHQ/s1024/WhatsApp-Image-2021-07-01-at-15.15.32-1024x1024%2B%25281%2529.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1024" data-original-width="1024" height="400" src="https://1.bp.blogspot.com/-XHJUvj2eE20/YSJw_XtN1JI/AAAAAAAACXA/OGRqu4ZGjd4cbiiBdYYEomrOy4zDP3pRQCLcBGAsYHQ/w400-h400/WhatsApp-Image-2021-07-01-at-15.15.32-1024x1024%2B%25281%2529.jpeg" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Gambar 11. Contoh analisis cuaca vertikal oleh ITERA</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Sumber : <a href="https://mkg.itera.ac.id/">https://mkg.itera.ac.id/</a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both;">Menurut <a href="https://www.itera.ac.id/upt-mkg-itera-amati-cuaca-gunakan-meteodrone/" style="text-align: center;">https://mkg.itera.ac.id/</a> sejak 07 Maret 2021 jam 10.00 WIB, Tim UPT MKG ITERA melaksanakan uji coba perdana pengukuran profil vertikal udara di kampus ITERA menggunakan drone. Drone dengan jenis quadcopter ini diterbangkan setinggi 120 meter untuk melihat dinamika atmosfer pada ketinggian tersebut. Drone ini dilengkapi sensor-sensor yang dapat mengambil data berupa ketinggian, tekanan, suhu, dan kelembapan. pengambilan data ini nantinya akan dilakukan secara rutin pada waktu yang sama. Diharapkan nantinya data-data yang diperoleh ini dapat digunakan untuk keperluan penelitian.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Ada banyak keuntungan menggunakan drone untuk pengamatan cuaca. Menggunakan UAV atau drone dapat memperoleh data cuaca secara <i>real-time</i> dan akurat dengan biaya yang lebih murah daripada pengamatan cuaca konvensional. Meteodrone dapat diterbangkan melakukan pengamatan cuaca pada kondisi cuaca yang ekstrem atau sulit dijangkau sehingga data lebih lengkap dan akurat. Data cuaca tersebut dapat dimanfaatkan pada berbagai bidang seperti halnya pertanian, transportasi dan penerbangan. Pengambilan keputusan dan perencanaan dapat dilakukan lebih baik dan efektif.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="text-align: left;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="text-align: left;">Sumber :</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="text-align: left;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="text-align: left;">Web :</span></div></div><div><span class="fullpost"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><a href="https://www.prophotouav.com/meteorologists-storm-weather-drones/">https://www.prophotouav.com/meteorologists-storm-weather-drones/</a> diakses 19 Agustus 2021</div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><a href="https://uas.noaa.gov/News/Articles/ArtMID/6699/ArticleID/824/Using-Drones-to-Help-Improve-Weather-Forecasts/">https://uas.noaa.gov/News/Articles/ArtMID/6699/ArticleID/824/Using-Drones-to-Help-Improve-Weather-Forecasts/</a> diakses 20 Agustus 2021</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><br /></span></div><div><span class="fullpost"><a href="https://www.droneblog.com/how-drones-are-helping-with-weather-forecasting/">https://www.droneblog.com/how-drones-are-helping-with-weather-forecasting/</a> diakses 20 Agustus 2021</span></div><div><span class="fullpost"><br /></span></div><div><span class="fullpost"><a href="https://digiwarestore.com/id/digiware-news/43_apakah-lidar-itu-dan-bagaimana-cara-kerjanya">https://digiwarestore.com/id/digiware-news/43_apakah-lidar-itu-dan-bagaimana-cara-kerjanya</a> diakses 22 Agustus 2021</span></div><div><span class="fullpost"><br /></span></div><div><span class="fullpost"><a href="https://www.meteomatics.com/en/meteodrones-weather-drones/">https://www.meteomatics.com/en/meteodrones-weather-drones/</a> diakses 13 Mei 2023<br /><div style="text-align: justify;"><br /></div></span></div><div><span class="fullpost"><div><a href="https://www.itera.ac.id/upt-mkg-itera-amati-cuaca-gunakan-meteodrone/">ttps://www.itera.ac.id/upt-mkg-itera-amati-cuaca-gunakan-meteodrone/</a> diakses 14 Mei 2023</div><div><br /></div><div><div><a href="https://www.instagram.com/p/CNXCVuaHiiw/" target="_blank">https://www.instagram.com/p/CNXCVuaHiiw/ </a> diakses 15 Mei 2023</div><div><br /></div></div><div><a href="https://www.arl.noaa.gov/research/boundary-layer-characterization/blc-small-uas/">https://www.arl.noaa.gov/research/boundary-layer-characterization/blc-small-uas/</a> diakses 15 Mei 2023</div><div><br /></div><div><a href="https://nedo-dress.jp/en/introduction/introduction_2_1_7">https://nedo-dress.jp/en/introduction/introduction_2_1_7</a> diakses 15 Mei 2023</div><div><br /></div><div><br /></div><div>Jurnal :</div><div><br /></div><div><span class="fullpost">Hervo, M., Pasquier, J., Hammerschmidt, L., Weusthoff, T., Fengler, M., and Haefele, A.2023. First evaluation of a 6-months Meteodrone campaign, EGU General Assembly 2023, Vienna, Austria, 24–28 Apr 2023, EGU23-11813, https://doi.org/10.5194/egusphere-egu23-11813, 2023.</span></div><div><span class="fullpost"><br /></span></div><div><span class="fullpost">Konrad, T., M. Hill, J. Rowland, and J. Meyer, 1970: A small, radio-controlled aircraft as a platform for meteorological sensors. Appl. Phys. Lab. Tech. Dig., 10, 11–19.</span></div><div><span class="fullpost"><br /></span></div></span></div><div><span class="fullpost">Leunberger D, Haefele A, Omanovic N, Fengler M. 2020. Improving High-Impact Numerical Weather Prediction with Lidar and Drone Observations. Bulletin of the American Meteorological Society 101(7)</span></div><div><span class="fullpost"><br /></span></div><div><span class="fullpost">J. Chong, Seungho Lee, Seungsook Shin, S. Hwang, Young-tae Lee, Jeoungyun Kim, Seungbum Kim, 2019. </span>Research on the Meteorological Technology Development using Drones in the Fourth Industrial Revolution. </div><div><br /></div></div></div><div><br /></div><div>Youtube :</div><div><br /></div><div><div><span class="fullpost"><a href="https://www.youtube.com/watch?v=Mrz6XPieLWY">https://www.youtube.com/watch?v=Mrz6XPieLWY</a> diakses 21 Agustus 2021</span></div><div><span class="fullpost"><br /></span></div><div><span class="fullpost"><a href="https://www.youtube.com/watch?v=_FP1uDmUhjk">https://www.youtube.com/watch?v=_FP1uDmUhjk</a> diakses 21 Agustus 2021</span></div></div><div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div><br /></div>
<br /></div> <br />ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-63565744000863174622022-05-29T11:30:00.000+08:002023-10-29T12:23:55.668+08:00FENOMENA URBAN HEAT ISLANDS (UHI), ANALISIS DAN MITIGASINYA<div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCDb5zusj6epNcjTps1szgyu1oSB7BWJw7-R7WultsQYhqKDWjAcv5_BklLmcuCu_zdXSJdmkgiKD34lZcYymV1poLIKR5y9hM2AKuzNJkf_FCwfxosJ3qNM0MqyBOH6WNcGKCQKK9iLEARYHn1bfc5Dyh1UIVvfAYs2knw4p5Eg-I5bEYfrHftmTh/s458/UHI%20profile.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="260" data-original-width="458" height="158" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCDb5zusj6epNcjTps1szgyu1oSB7BWJw7-R7WultsQYhqKDWjAcv5_BklLmcuCu_zdXSJdmkgiKD34lZcYymV1poLIKR5y9hM2AKuzNJkf_FCwfxosJ3qNM0MqyBOH6WNcGKCQKK9iLEARYHn1bfc5Dyh1UIVvfAYs2knw4p5Eg-I5bEYfrHftmTh/w277-h158/UHI%20profile.PNG" width="277" /></a> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjD3S7uIk_eShoBsYCaCnTYo-ctG6K66N8w_t4Hx3EDIYSzhS5xMOTqtvCxzz0oj2379ysI_60Tnc5eeBnRkUwn9-fOxD9u6ae85ZRHcwK4hONIXrxVRl2qywzA6VTqBaccRirKCsYttaN8p5gAPK2i9EAqtT-0kN9H-iJhQp475zyL_oEiMLALZDVE/s320/urban_heat_island.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="240" data-original-width="320" height="177" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjD3S7uIk_eShoBsYCaCnTYo-ctG6K66N8w_t4Hx3EDIYSzhS5xMOTqtvCxzz0oj2379ysI_60Tnc5eeBnRkUwn9-fOxD9u6ae85ZRHcwK4hONIXrxVRl2qywzA6VTqBaccRirKCsYttaN8p5gAPK2i9EAqtT-0kN9H-iJhQp475zyL_oEiMLALZDVE/w236-h177/urban_heat_island.jpg" width="236" /></a></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><span style="text-align: center;">Gambar 1. Profil dan ilustrasi Urban Heat Island (UHI)</span></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><b>Pengertian UHI</b></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><b><br /></b></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><i>Urban Heat Islands</i> (UHI) adalah kondisi daerah kota atau metropolitan yang secara signifikan lebih panas dibandingkan dengan daerah pedesaan di sekitarnya. UHI dicirikan dengan "pulau" udara permukaan panas yang terpusat di area urban dan semakin turun temperaturnya di daerah sekelilingnya pada daerah sub urban/rural (Gambar 1). UHI terjadi karena peningkatan suhu udara perkotaan (urban) dibandingkan di wilayah sub urban dan <i>rural</i>/ pedesaan (Effendy dan Santosa, 2008). </div><span><a name='more'></a></span><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><b>Penyebab UHI</b></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Proses pembangunan yang diiringi dengan pertambahan jumlah penduduk akan mempengaruhi luasan lahan yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan sehari-hari serta mempengaruhi suhu yang memicu adanya fenomena pulau bahang (<i>Urban Heat Island</i>). Proses urbanisasi yang terjadi di kota-kota besar membawa pengaruh terhadap peningkatan jumlah penduduk. Akibat proses urbanisasi adalah adanya alih fungsi lahan dari lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun. Menurut Tursilowati (2008), UHI disebabkan beberapa faktor yang membedakan antara daerah urban dan non urban misalnya : pelepasan energi antropogenik dari sistem AC, emisi energi dari perindustrian, kendaraan bermotor, perbandingan banyaknya permukaan campuran dan perbedaan kapasitas panas material bangun material dengan struktur alam.</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Faktor pemicu terjadinya UHI, di antaranya (Gambar 2):</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><ol><li><b>Berkurangnya vegetasi.</b> Umumnya daerah perkotaan cenderung memiliki lebih sedikit pohon dan lahan hijau dibandingkan dengan daerah pedesaan. Pepohonan dan vegetasi memberikan efek penyejuk melalui evaporasi (penguapan) yang membantu menurunkan suhu permukaan. Berkurangnya pohon akan menyebabkan suhu udara lebih panas.</li><li><b>Penyerapan panas</b>. Di perkotaan memiliki lebih banyak permukaan tidak tembus air seperti beton dan aspal yang dapat menyerap dan menyimpan panas dari sinar matahari. Permukaan pada bahan yang gelap akan menyerap radiasi matahari dalam jumlah besar. Besar atau kecilnya penyerapan panas pada suatu permukaan dapat dinyatakan dengan albedo. Albedo adalah rasio radiasi matahari yang dipantulkan oleh permukaan terhadap total radiasi matahari yang masuk, dinyatakan dalam bentuk rasio. Albedo yang besar menyatakan besarnya pemantulan radiasi yang datang pada suatu permukaan. Permukaan yang memiliki warna gelap cenderung menyerap panas sehingga memiliki nilai albedo yang rendah.</li><li><b>Aktivitas manusia</b> dalam bidang transportasi, industri, dan banyaknya penggunaan pendingin udara (AC) menghasilkan panas, yang berkontribusi pada peningkatan suhu keseluruhan di daerah perkotaan.</li><li><b>Desain bangunan di daerah perkotaan</b> sering dibangun dengan bahan yang menyerap dan menyimpan panas seperti beton dan kaca. Desain yang padat di daerah perkotaan dapat menahan panas dan menghambat sirkulasi udara.</li></ol></div><span><a name="more"></a></span><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZ6y333eKGHl_C2jsbRyuGD9-UyI-JBIHpFidgb35k8psefoSlwYjAJU9N2Ga9wOIak5SbNRMRnZiWCTHFZNVCRjIcqzqGakJ_UQQlQhe84yCj-dDswp6EXHwL2mMSCZEx8uNLUBZSEZXhRV-QeOv379zXCMVIUKrO1aNy_WvnMBSl54H84yvPlOyY/s464/2.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="300" data-original-width="464" height="259" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZ6y333eKGHl_C2jsbRyuGD9-UyI-JBIHpFidgb35k8psefoSlwYjAJU9N2Ga9wOIak5SbNRMRnZiWCTHFZNVCRjIcqzqGakJ_UQQlQhe84yCj-dDswp6EXHwL2mMSCZEx8uNLUBZSEZXhRV-QeOv379zXCMVIUKrO1aNy_WvnMBSl54H84yvPlOyY/w400-h259/2.jpg" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Gambar 2. Bagaimana peristiwa UHI terjadi</div><br /><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><b>Proses UHI</b></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Suhu udara perkotaan mengalami peningkatan tajam, sedikitnya vegetasi dan evaporasi menyebabkan di perkotaan tetap bertahannya panas di sekitarnya (Gambar 2). Dominannya material yang tak bisa menyerap energi Ultra Violet cahaya matahari dengan baik. Misalnya : infrastruktur jalan dan bangunan yang mempunyai warna gelap, mesin AC yang mengeluarkan panas, kendaraan bermotor yang merefleksikan energi panas. Hal ini didukung oleh semakin mengecilnya RTH, jalur sungai dan danau buatan. Semua faktor ini mendukung terjadinya UHI. Jadi secara umum, UHI bukan hanya mengacu pada peningkatan suhu udara, tetapi UHI dapat juga mengacu pada panas relatif sebuah permukaan atau material di atasnya. UHI secara tidak tak langsung meningkatkan perubahan iklim lokal karena modifikasi atmosfer dan permukaan pada daerah urban. Pada malam hari suhu di daerah UHI tetap tinggi. Hal ini dikarenakan bangunan, trotoar dan jalanan tempat parkir menghalangi panas yang berasal dari tanah ke langit yang dingin. Panas terperangkap di daerah lebih rendah sehingga suhu menjadi hangat.</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Penjelasan lebih lanjut tentang UHI sebagai berikut :</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><iframe allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/bwHX7Gxw8_k" title="YouTube video player" width="560"></iframe></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><b>Sejarah pertama kali UHI</b></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Fenomena UHI pertama kali dijelaskan oleh Luke Howard pada tahun 1810-an. Disebut dengan "pulau panas" karena bentuk fenomena UHI bila digambarkan secara spasial profilnya berbentuk isoterm, seperti pulau dengan suhu tertinggi di pusat kota dan menurun di pinggir kota, sejalan dengan kepadatan bangunan yang tinggi di pusat kota dan menurun di pinggir kota (Gambar 3). Perbedaan suhu biasanya terlihat pada malam hari dibandingkan dengan siang harinya, dan lebih terlihat saat udara yang lemah. UHI ditandai dengan terjadinya peningkatan suhu di kota, dimana pusat kota mempunyai suhu lebih tinggi dibandingkan dengan daerah di sekitarnya. UHI bila digambarkan secara spasial berbentuk isoterm seperti sebuah pulau dengan suhu tertinggi di pulau tersebut dibandingkan areal sekitarnya (Gambar 3). Pola spasial isoterm biasanya mengikuti daerah terurbanisasi. Untuk menentukan <span style="text-align: left;"> intensitas heat island diukur dari perbedaan antara suhu udara pedesaan dan suhu tertinggi di daerah perkotaan.</span></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: center;" trbidi="on"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjBpnqOtPrW7kQGmdTJhMoujWx6-b4bIytXywqrtoCrLhqzrmmpoDHiRavr-WMxsN9uqwmQ-Piduxk_CKLLH9Nv8A6vLbg0BYUX9a-Sov9uh7_9LUQ9b8qUeCy3GT7jv9KF-62YLrkt-TLVhBpu51wSsVBM-5lo0Rv4cni39rBfEuNDBoQQgzaclXx8" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="353" data-original-width="535" height="260" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjBpnqOtPrW7kQGmdTJhMoujWx6-b4bIytXywqrtoCrLhqzrmmpoDHiRavr-WMxsN9uqwmQ-Piduxk_CKLLH9Nv8A6vLbg0BYUX9a-Sov9uh7_9LUQ9b8qUeCy3GT7jv9KF-62YLrkt-TLVhBpu51wSsVBM-5lo0Rv4cni39rBfEuNDBoQQgzaclXx8=w395-h260" width="395" /></a></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Gambar 3. Fenomena UHI dalam bentuk isoterm (Vooght dan Oke, 2003)</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaFh3n4hOz5Zr57idyj68HzYNdVtujNzEvSfqh0p-t4WYnM6Dbf3uZiEAYU16b-AsmzXnLXnrOyiWnVRcf6yHS4E2N-1EWzDr1Mkm4Jj5paFtqzUClJ5AEJUGERfY4vrNxXYUq_bO3A62J0DQVSf0wCwTtyOYXRWJxT4ZFUCM7NTvfNg3kSlpcau3l/s540/Atlanta_thermal.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="379" data-original-width="540" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaFh3n4hOz5Zr57idyj68HzYNdVtujNzEvSfqh0p-t4WYnM6Dbf3uZiEAYU16b-AsmzXnLXnrOyiWnVRcf6yHS4E2N-1EWzDr1Mkm4Jj5paFtqzUClJ5AEJUGERfY4vrNxXYUq_bO3A62J0DQVSf0wCwTtyOYXRWJxT4ZFUCM7NTvfNg3kSlpcau3l/s320/Atlanta_thermal.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Gambar 4. Fenomena UHI dalam bentuk gambar termal </div><br /><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><span><a name="more"></a></span><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><b><br /></b></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><b>Diurnal UHI</b></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><b><br /></b></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">UHI pada malam hari akan meningkat daripada siang hari karena perbedaan rata-rata pendinginan antara wilayah perkotaan dan pedesaan (pinggir kota). Perbedaan ini akan makin menguat saat Intensitas UHI secara umum meningkat saat matahari tenggelam, tetapi puncaknya tergantung pada keadaan cuaca dan waktu setempat. Dalam beberapa kasus, nilai intensitas yang bernilai negatif yang disebut <i>Cool Island</i>, karakteristik dalam perkotaan yang lambat dalam meningkatkan suhu akibat adanya halangan radiasi yang masuk dibandingkan di daerah pinggiran pedesaan yang memiliki lahan terbuka (Gambar 5). Intensitas UHI terlihat jelas dengan perbedaan suhu perkotaan dan pedesaan (Hermawan, 2015).</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1zkZRg88h5Wk5RUErT52ka60APeasJT35-EzDBUPqYcJs7rGYMoijLoGzaIbEsGD7pq_o4ZWlWtURL8BBhFj8nEAG-0bHtdDhEc-tILmlpsPZ_ZD6FRLg01aqWiB9L68WM-N2UfyF25ckH3jlhwgyb6Lm-1IJVa3ucUPTC0UY_gEPWJFmq9_qcBZs/s741/UHI%20TEMP.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="495" data-original-width="741" height="323" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1zkZRg88h5Wk5RUErT52ka60APeasJT35-EzDBUPqYcJs7rGYMoijLoGzaIbEsGD7pq_o4ZWlWtURL8BBhFj8nEAG-0bHtdDhEc-tILmlpsPZ_ZD6FRLg01aqWiB9L68WM-N2UfyF25ckH3jlhwgyb6Lm-1IJVa3ucUPTC0UY_gEPWJFmq9_qcBZs/w483-h323/UHI%20TEMP.jpg" width="483" /></a></div><br />Gambar 5. Diurnal suhu udara dan intensitas heat island (<span style="text-align: left;">°C) (Hermawan, 2015)</span></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><span style="text-align: left;"><br /></span></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Perbedaan temperatur udara di daerah perkotaan dan pinggir kota dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu : <b>Pertama</b>, faktor meteorologi misalnya : kondisi awan, kelembapan udara dan kecepatan angin. <b>Kedua </b>kondisi struktur perkotaan seperti ukuran kota, kepadatan area terbangun, rasio ketinggian bangunan, jarak antar bangunan, lebar jalan, dan material bangunan.</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Melalui empat sifat termal benda yang mempengaruhi suhu permukaannya, yaitu: (a) konduktivitas termal (<i>thermal conductivity</i>), (b) kapasitas termal (<i>thermal capacity</i>), (c) kebauran termal (thermal diffusivity), dan (d) ketahanan termal (thermal inertia/ <i>thermal resistency</i>). Dengan menggunakan hasil interpretasi citra dapat menunjukkan kawasan perkotaannya lebih hangat dibandingkan dengan daerah lainnya jika dibandingkan dengan area lainnya. Perbedaan nilai UHI diakibatkan oleh peningkatan suhu permukaan atau suhu udara.</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Menurut Oke (1992) ada beberapa skala pendekatan untuk mengkaji iklim kota (dalam konteks UHI), yaitu :</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><div dir="ltr" trbidi="on"><b>1. <i>Urban Boundary Layer</i> (UBL)</b></div><div dir="ltr" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" trbidi="on">Yaitu bagian atmosfer dengan skala lokal hingga meso, karakteristiknya dipengaruhi oleh permukaan kota secara umum Secara fisik dapat digambarkan bahwa lapisan ini adalah rata-rata ketinggian bangunan (atap) suatu kota hingga ke atas.</div><div dir="ltr" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" trbidi="on"><b>2.<i> Urban Canopy Layer</i> (UCL)</b></div><div dir="ltr" trbidi="on"><b><br /></b></div><div dir="ltr" trbidi="on">Skala atmosfer ini menghasilkan skala mikro yang prosesnya dipengaruhi oleh bangunan-bangunan yang ada dalam kota (Gambar 6). Secara fisik, lapisan ini adalah lapisan dari ketinggian bangunan (atap) hingga ke bawah.</div></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><b><br /></b></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8-7L7ZnmupeNJKtY4YtwQxr4v9mUIVta3kwDeadl90G5-1CF6yfXnXX1ac92cO2ttWXs8iEq7Nx8tVlyPoDbTXLfijZfzpFwLuwDpJjWMYPuYnEi8h9EUjqwdmbPxq4mjC0qCYhpkZvIm8qZ7HQSpZzJhp46z9shZgnPcj7QJyZWdjylwVWdvqdTH/s640/a-c-Schematic-of-the-urban-boundary-layer-UBL-including-its-vertical-layers-and_W640.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="448" data-original-width="640" height="340" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8-7L7ZnmupeNJKtY4YtwQxr4v9mUIVta3kwDeadl90G5-1CF6yfXnXX1ac92cO2ttWXs8iEq7Nx8tVlyPoDbTXLfijZfzpFwLuwDpJjWMYPuYnEi8h9EUjqwdmbPxq4mjC0qCYhpkZvIm8qZ7HQSpZzJhp46z9shZgnPcj7QJyZWdjylwVWdvqdTH/w486-h340/a-c-Schematic-of-the-urban-boundary-layer-UBL-including-its-vertical-layers-and_W640.jpg" width="486" /></a></div><br />Gambar 6. Ilustrasi skala iklim kota</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><b><br /></b></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><b>3. <i style="text-align: left;">Building Canopy </i><i style="text-align: left;">Layer</i><span style="text-align: left;"> </span><span style="text-align: left;">(BCL)</span></b></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><b><span style="text-align: left;"><br /></span></b></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Skala atmosfer dalam mikro yang sangat kecil meliputi (10 - 150 m). Pada skala yang sangat kecil detik ke menit. </div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Jenis UHI dapat dibedakan atas UHI atmosfer (<i>Boundary Layer Heat Island</i>) dan UHI permukaan (SUHI). <span style="text-align: justify;">Voogt dan Oke 2003 mengusulkan skala pendekatan untuk UHI pada skala mikro yaitu </span><i style="text-align: justify;">Surface Urban Heat Island</i><span style="text-align: justify;"> (SUHI)/ UHI permukaan, selain mempelajari perbedaan suhu pemukaan antara perkotaan dan pedesaan, juga mempelajari variasi temporalnya (Gambar 7). SUHI menggambarkan suhu permukaan di wilayah perkotaan daripada daerah pedesaan, diilustrasikan dengan gambar termal (Gambar 4). Sedangkan pada skala UHI atmosfer (<i>Boundary Layer Heat Island</i>) digambarkan dalam peta isoterm (Gambar 3) atau grafik.</span></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><div trbidi="on"><span class="VIiyi" lang="id"><span class="JLqJ4b" data-language-for-alternatives="id" data-language-to-translate-into="en" data-number-of-phrases="1" data-phrase-index="0"><span class="Q4iAWc"><div trbidi="on"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhShOxHw4YQETLGR_h1ql3oFCAo3LysM2bPDzVA-TAu2TVa7iZwMrRy3HIt51N-j2TW0n6mOWxPtpVcuDczCIqgAoByc8UDbkUmhe7fXXtWo-ROaPdap78QaDvhQPW99FNmld-IrWp8BvedzY7zgDlFu-oS5PU5ZVYB-7TUIiSdL-fhpkjfEXVxh92_/s709/uhi%20profil.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="463" data-original-width="709" height="339" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhShOxHw4YQETLGR_h1ql3oFCAo3LysM2bPDzVA-TAu2TVa7iZwMrRy3HIt51N-j2TW0n6mOWxPtpVcuDczCIqgAoByc8UDbkUmhe7fXXtWo-ROaPdap78QaDvhQPW99FNmld-IrWp8BvedzY7zgDlFu-oS5PU5ZVYB-7TUIiSdL-fhpkjfEXVxh92_/w521-h339/uhi%20profil.jpg" width="521" /></a></div><div trbidi="on"><span style="text-align: center;">Gambar 7. Profil suhu udara di daerah yang berbeda, dengan formasi UHI saat siang hari (kuning) dan malam hari (biru) (Voogt dan Oke 2003)</span></div><div trbidi="on"><span style="text-align: center;"><br /></span></div><div trbidi="on"><span style="text-align: center;">Saat pagi hari SUHI menampilkan amplitudo dan variasi yang besar, terutama di perkotaan. </span><span style="text-align: center;">Saat siang hari suhu permukaan sangat bervariasi tergantung dari tipe permukaan, sedangkan suhu udara di siang hari sangat sedikit variasinya. Saat malam hari suhu permukaan lebih panas pada permukaan perkotaan </span><span style="text-align: center;"> </span><span style="text-align: center;">(Gambar 7)</span><span style="text-align: center;">. UHI biasanya paling kuat saat malam hari.</span></div><div trbidi="on"><span style="text-align: center;"><br /></span></div><div trbidi="on"><span style="letter-spacing: 0.2px; text-align: center;">Tipe UHI dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan jangkauan horizontal, lapisan vertikal dan skala waktu (Kim et al., 2021). Yaitu : UHI permukaan (SUHI), UHI lapisan kanopi dan UHI lapisan batas (UBL).</span></div><div trbidi="on"><span style="letter-spacing: 0.2px; text-align: center;"><div trbidi="on"><br /></div></span></div><div trbidi="on"><span style="text-align: center;"><br /></span></div><div trbidi="on">Tabel 1. Tipe UHI berdasarkan Jangkauan Horizontal, Lapisan Vertikal dan Skala Waktu</div><div trbidi="on"><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><table class="tg"><thead><tr><th class="tg-0pky">Tipe Heat Island</th><th class="tg-0pky">Jangkauan horizontal</th><th class="tg-0pky">Lapisan vertikal</th><th class="tg-0pky">Satuan Perkotaan</th><th class="tg-0pky">Skala Waktu</th><th class="tg-0pky">Metode Koleksi Data</th></tr></thead><tbody><tr><td class="tg-0pky"><i>Boundary Layer<br />Heat Islands</i></td><td class="tg-0pky">Makro > 100 km<br />Meso 10 - 100 km</td><td class="tg-0pky"><i>Urban Boundary<br />Layer</i> (UBL)<br />(250 - 2500 m)</td><td class="tg-0pky">Kawasan urban<br />Perkotaan</td><td class="tg-0pky">Jam - hari<br />Jam - 1 hari </td><td class="tg-0pky">Data historis cuaca<br />Remote sensing</td></tr><tr><td class="tg-0pky"><i>Canopy Layer<br />Heat Islands</i></td><td class="tg-0pky">Lokal 0,5 - 10 km</td><td class="tg-0pky"><i>Urban Canopy<br />Layer</i> (UCL)<br />(25 - 250 m)</td><td class="tg-0pky">daerah sekeliling<br />blok</td><td class="tg-0pky">Menit - jam</td><td class="tg-0pky">Stasiun cuaca stasioner<br />Stasiun cuaca sementara yang tetap<br />pengukuran mobil stasiun cuaca</td></tr><tr><td class="tg-0pky"><i>Surface<br />Heat Islands</i></td><td class="tg-0pky">Mikro 10 m - 0,5<i> km</i></td><td class="tg-0pky"><i>Building Canopy<br />Layer</i> (BCL)<br />(10 - 100 m)<br /><i>Land Surface<br />Layer </i>(LSL)<br />(<10 m)</td><td class="tg-0pky">bangunan, jalan</td><td class="tg-0pky">Detik - menit</td><td class="tg-0pky">stasiun cuaca sementara<br />pengukuran mobil stasiun cuaca<br />thermal imaging camera<br />remote sensing</td></tr></tbody></table><br /><style type="text/css">
.tg {border-collapse:collapse;border-spacing:0;}
.tg td{border-color:black;border-style:solid;border-width:1px;font-family:Arial, sans-serif;font-size:14px;
overflow:hidden;padding:10px 5px;word-break:normal;}
.tg th{border-color:black;border-style:solid;border-width:1px;font-family:Arial, sans-serif;font-size:14px;
font-weight:normal;overflow:hidden;padding:10px 5px;word-break:normal;}
.tg .tg-0pky{border-color:inherit;text-align:left;vertical-align:top}
</style></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><span style="letter-spacing: 0.2px;">Konsep UBL untuk menjelaskan UHI pada skala meso, sedangkan UCL pada lapisan ketinggian atap bangunan di kota. BCL diasumsikan lapisan antara manusia dan permukaan, LSL cakupannya pada lingkungan termal, terutama suhu permukaan tanah (LST). Sebagai catatan, sebagian besar peneliti lebih fokus pada UCL dan BCL dikarenakan adanya keterbatasan peralatan dan lokasi stasiun cuaca yang dapat digunakan.</span></div></div><div trbidi="on"><br /></div></span></span></span></div></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><b>Pengamatan dan penelitian tentang UHI</b></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><b><br /></b></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><div dir="ltr" trbidi="on">Seiring meningkatnya suhu 1,5 <span face="Roboto, "helvetica neue", helvetica, arial, sans-serif" style="background-color: white; color: #4d5156; font-size: 14px;">°</span>C di permukaan bumi menandakan terjadinya ketidakseimbangan ekosistem dan iklim yang telah dibentuk bertahun-tahun. Peningkatan intensitas UHI mencapai 1,5 <span face="Roboto, "helvetica neue", helvetica, arial, sans-serif" style="background-color: white; color: #4d5156; font-size: 14px;">°</span>C adalah nilai yang cukup besar bagi perhatian terhadap kesehatan dan kenyamanan manusia. Prakiraan pemanasan global kenaikan suhu 3,5 hingga 6 <span face="Roboto, "helvetica neue", helvetica, arial, sans-serif" style="background-color: white; color: #4d5156; font-size: 14px;">°C </span>akan tetapi untuk daerah perkotaan besar terukur hingga 6 hingga 8 <span face="Roboto, "helvetica neue", helvetica, arial, sans-serif" style="background-color: white; color: #4d5156; font-size: 14px;">°C</span> lebih panas daripada daerah pedesaan di sekitarnya. Dampak UHI di daerah pusat metropolitan berkembang pesat dan berlipat ganda, tidak hanya pada skala horizontal tapi juga pada skala vertikal (El Sayyed, 2012). Maka sangatlah penting penelitian dan pengamatan terhadap UHI. Fenomena UHI merupakan suatu fenomena yang banyak dikaji oleh para pengkaji iklim di dunia, termasuk di Indonesia. </div><div dir="ltr" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" trbidi="on">Pengukuran UHI dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain :</div><div dir="ltr" trbidi="on"><ol><li><b>Pengamatan melalui observasi suhu udara permukaan</b>. Pengamatan menggunakan dua lokasi yang berbeda yaitu di perkotaan dan di pedesaan terdekat. Selisih nilainya digunakan untuk menentukan nilai UHI. Penggunaan jaringan sensor di lapangan yang ditempatkan di lapangan sehingga dapat dipantau nilai suhu udara secara <i>real time.</i></li><li><b>Penggunaan inderaja/ remote sensing melalui citra satelit.</b> Menggunakan citra satelit kita dapat memetakan suatu wilayah dengan resolusi spasial yang tinggi. Melalui perbandingan citra permukaan di daerah perkotaan dan pinggiran/ sub urban intensitas UHI dapat ditentukan</li><li><b>Penggunaan simulasi model</b>. Model numerik dapat digunakan kedua lokasi yang kita bandingkan, di perkotaan dan pedesaan, sehingga nilai UHI dapat dihitung. </li></ol><div>Pengukuran dan analisis UHI dapat dimodelkan secara statistika. Beberapa model statistika yang dapat digunakan antara lain :</div><div><ol><li><b>Regresi linier</b>, dengan memodelkan suhu udara dengan variabel lingkungan (misalnya : waktu, penggunaan lahan dan pola angin). Suhu udara sebagai variabel respon dan unsur lingkungan lainnya sebagai variabel prediktor. Permodelan ini akan membantu dalam identifikasi faktor-faktor tersebut kontribusinya pada UHI dan prakiraan intensitas UHI di suatu lokasi.</li><li><b>Regresi secara spasial</b>. Melalui analisis korelasi spasial akan dapat mengidentifikasikan hubungan spasial suhu udara dengan variabel lingkungan lainnya dengan mempertimbangkan faktor spasial (jarak dan luasan pengukuran). Pengukuran suhu udara dapat diperhitungkan secara spasial untuk prediksi UHI yang lebih akurat.</li><li><b>Model spasial dengan basis fisis</b>, bisa digunakan dengan memodelkan distribusi suhu udara suatu wilayah dengan faktor-faktor lingkungan berupa topografi, penggunaan lahan dan angin. Model ini memperhitungkan perbedaan karakteristik fisik di daerah perkotaan dan pedesaan.</li></ol></div></div></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"></div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><b>Beberapa Contoh Penelitian tentang UHI</b></div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><b>Pengamatan Observasi</b></div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><b>Kasus I </b></div><div style="text-align: justify;" trbidi="on">Pengamatan menggunakan observasi di lapangan dilakukan oleh beberapa ahli. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh El Sayyed 2012 di Kuala Lumpur. Beliau melakukan pengamatan dengan menggunakan jaringan stasiun cuaca dan survey travel beberapa kampus yang ada di sana. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglWhEzk8G3frUbr2Hr1rAnkUHK81DsQoS3WH0sEGVqJ29UB_P54GF0IX6ioEqgfQkm9ZV3wyEMjxsie0IcdymtiSzCMcghZk9-bfy9nQ-2lo-8QlNkoMqY12JjaQtbs_ZG1QpvdNJjzVjjLJXTeM-YkSacDc92PBkxrWRx_sSzEFmdkYPw6NBCpYtP/s760/Kuala%20Lumpur%20UHI.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="693" data-original-width="760" height="292" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglWhEzk8G3frUbr2Hr1rAnkUHK81DsQoS3WH0sEGVqJ29UB_P54GF0IX6ioEqgfQkm9ZV3wyEMjxsie0IcdymtiSzCMcghZk9-bfy9nQ-2lo-8QlNkoMqY12JjaQtbs_ZG1QpvdNJjzVjjLJXTeM-YkSacDc92PBkxrWRx_sSzEFmdkYPw6NBCpYtP/s320/Kuala%20Lumpur%20UHI.png" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;">Gambar 8. Wilayah penelitian UHI menggunakan jaringan stasiun cuaca dan travel di Kuala Lumpur (El Sayyed, 2012)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Penelitian El Sayyed 2012 mencatat pengamatan stasiun cuaca dan travel membandingkan 7 hari berbeda suhu udara selama pengamatan di berbagai titik di Kuala Lumpur 20 - 26 Desember 2004. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiYgh7Acmrv0I4fOs6soPbkXLPVqDizKmlqsp9Ey8_8KUSuz_lVNCWsKEjOLxBi0HkUJthQgx9ikpFTd6zdkKCzRJY9Jqc8j-gvFhkaNL72vvMBxagFhWt9QCPFq3Q8UBV-C3fHozjqcT4pyAi9C6DwmlCm8g3zItGRLdHbC292LW9aL7WKA7HjUXXm" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="422" data-original-width="766" height="338" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiYgh7Acmrv0I4fOs6soPbkXLPVqDizKmlqsp9Ey8_8KUSuz_lVNCWsKEjOLxBi0HkUJthQgx9ikpFTd6zdkKCzRJY9Jqc8j-gvFhkaNL72vvMBxagFhWt9QCPFq3Q8UBV-C3fHozjqcT4pyAi9C6DwmlCm8g3zItGRLdHbC292LW9aL7WKA7HjUXXm=w613-h338" width="613" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEglDG5v-2a_9HRwv75Kwmo1a2SxliHhrm7xllaUpgtgKA55RIfH_e_Jpfu98YKKn34r9JCfz5p8wa_579EAxPp9XlyfemzQdA1Ca6B04i3uSvYlDNmFxWHMGz6EPns4W5hLwH5Hk1FJxk_QMkBSOdHXfWHnbi28byu9qqiyFxexQ6ysJZ5r6Z1cIbfa" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="416" data-original-width="755" height="333" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEglDG5v-2a_9HRwv75Kwmo1a2SxliHhrm7xllaUpgtgKA55RIfH_e_Jpfu98YKKn34r9JCfz5p8wa_579EAxPp9XlyfemzQdA1Ca6B04i3uSvYlDNmFxWHMGz6EPns4W5hLwH5Hk1FJxk_QMkBSOdHXfWHnbi28byu9qqiyFxexQ6ysJZ5r6Z1cIbfa=w604-h333" width="604" /></a></div>Gambar 9. Pencatatan suhu seluruh stasiun (atas) dan pencatatan suhu di pusat kota (bawah) tanggal saat survey 20 - 26 Desember 2004<br /><br /></div>Hasil pengamatan menunjukkan intensitas UHI terparah pada hari Minggu (<i>Sunday</i>) di Kuala Lumpur, dengan intensitas bervariasi dari 3,9°C sampai dengan 5°C. Inti UHI terletak di tengah kota (Puduraya). Pada saat hari kerja cenderung lebih panas daripada hari libur, tetapi di pusat kota, Puduraya malah lebih panas dan padat pada hari libur. Adanya perbedaan peningkatan intensitas UHI kota Kuala Lumpur lebih dari satu derajat Celcius (1,5°C), merupakan nilai yang cukup besar yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan manusia di sekitarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><b>Kasus II</b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Pengamatan UHI di Kota Jakarta dan sekitarnya oleh Zulfikar et al., 2022. Pengamatan menggunakan 6 titik stasiun cuaca di Jakarta dan sekitarnya menggunakan data tahun 1993 - 2018 berupa suhu udara dan kelembapan udara harian, yang dihubungkan dengan data indeks ENSO (<i>El Niño-Southern Oscillation</i>) sebagai indikator kejadian El Niño, La Niña ataukah Netral serta dihubungkan dengan THI (<i>Thermal Heat Index</i>).</div></div><div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgpnTIfHBNbPF7y8dQPII1Pyz1NH7SXW7IR9x9Rs6bSqmkawr9Ncda3hH7iQ-XA75PQE3AXu1u-SgytxWMiZ1QThbaCs7zmj-CSg4aDGfr3XLs2GBt8QwZxclsc4MdBKLlEAiFCM6W1vTq90RiPM1503FE8DvfCWD67pD5BORGkawYUvM3VHIkIFZ6K" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="340" data-original-width="597" height="193" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgpnTIfHBNbPF7y8dQPII1Pyz1NH7SXW7IR9x9Rs6bSqmkawr9Ncda3hH7iQ-XA75PQE3AXu1u-SgytxWMiZ1QThbaCs7zmj-CSg4aDGfr3XLs2GBt8QwZxclsc4MdBKLlEAiFCM6W1vTq90RiPM1503FE8DvfCWD67pD5BORGkawYUvM3VHIkIFZ6K=w339-h193" width="339" /></a></div><div style="text-align: center;">Saat Netral</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhIad8JEwknfKNLhy-oG6jtOfMLcbQph9VnYC-00Q8UbzfM5Nd9atKlDdWdCKb7MLNXtjCqPw658rrEnSFP48GucmGVYbWK8f4uJGiTkOHDNZBiXsqwIlrqCZg4aZNlSjPvCzsshVhsgDbYYLNCUG5ZVjYYgX8XHn72J8P0F2e9KUOjADr7ms40cWVB" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="343" data-original-width="579" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhIad8JEwknfKNLhy-oG6jtOfMLcbQph9VnYC-00Q8UbzfM5Nd9atKlDdWdCKb7MLNXtjCqPw658rrEnSFP48GucmGVYbWK8f4uJGiTkOHDNZBiXsqwIlrqCZg4aZNlSjPvCzsshVhsgDbYYLNCUG5ZVjYYgX8XHn72J8P0F2e9KUOjADr7ms40cWVB=w356-h211" width="356" /></a></div><div style="text-align: center;">Saat <span style="text-align: justify;">El Niño</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjsmG2rblavlAG1xp0kAniJNZwNdQbwhMzOLQWKhK5xcrUpk_V9rKDmiltLxXtzHEMBI9EXtxjvckB4A_puOKAMv37UqRJkJjKcJHSkYeKIIHq3wzx2UkQMnI8Z8zw-3Z0nR6Fo2ENUrUd_yo3U-gZ0dismPQwstUSg0ASM7uacI00E3LRj5c_GHOPf" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="357" data-original-width="640" height="189" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjsmG2rblavlAG1xp0kAniJNZwNdQbwhMzOLQWKhK5xcrUpk_V9rKDmiltLxXtzHEMBI9EXtxjvckB4A_puOKAMv37UqRJkJjKcJHSkYeKIIHq3wzx2UkQMnI8Z8zw-3Z0nR6Fo2ENUrUd_yo3U-gZ0dismPQwstUSg0ASM7uacI00E3LRj5c_GHOPf=w338-h189" width="338" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="text-align: justify;">Saat La Niña</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /><br /></div></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEh3-x4awreFCtUzqnb3SHy-BFbv5nt1BrRfmkHWXNpH6EcjEwv0-dj0i5D1hGqFnbGEM-Y7pDr8B4KkQSPFZs1R49mOVe2g3D7Iors9d25D4JAKRAZeRWlUokK9RI0XHfd1_1vx0ITbx9BeJdnYPrr45TRmrwv0E6V_88P3UaFYTZxotq4S_GtB2lRm" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="306" data-original-width="621" height="232" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEh3-x4awreFCtUzqnb3SHy-BFbv5nt1BrRfmkHWXNpH6EcjEwv0-dj0i5D1hGqFnbGEM-Y7pDr8B4KkQSPFZs1R49mOVe2g3D7Iors9d25D4JAKRAZeRWlUokK9RI0XHfd1_1vx0ITbx9BeJdnYPrr45TRmrwv0E6V_88P3UaFYTZxotq4S_GtB2lRm=w470-h232" width="470" /></a></div></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Gambar 10. Hasil penelitian Zulfikar et al., 2022 : Pengurangan UHI Urban dan Rural, Hubungan intensitas UHI dengan perbedaan THI</div><br /><br /></div><div style="text-align: justify;">Hasil penelitian menunjukkan intensitas UHI di Jakarta 0,2°C sampai dengan 3,2°C, dengan lebih tinggi di daerah Urban dibandingkan sekitarnya, Hubungan antara intensitas UHI dengan perbedaan THI menunjukkan nilai yang positif tinggi dengan korelasi antara 0,7 sampai dengan 0,986. Kenaikan 1°C pada intensitas UHI akan menaikkan beda THI sebesar 0,9 pada saat El-Nino, La-Nina, atau Netral. </div><div><div style="text-align: justify;"><div><br /></div></div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><b>Penginderaan Jauh</b></div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;" trbidi="on">Penelitian tentang UHI juga banyak dilakukan oleh berbagai peneliti di dunia dengan menggunakan penginderaan jauh. Penggunaan informasi dari penginderaan jauh akan sangat berguna untuk menjelaskan dampak dari UHI (Zhou et al., 2010). Citra dari penginderaan jauh dengan resolusi spasial sedang misalnya dari TM (<i>Landsat Thematic Mapper</i>) dan ASTER (<i>Terra Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer</i>). Pengamatan suhu permukaan menggunakan Citra Satelit Landsat juga dapat diaplikasikan pada metode UHI (Naf dan Hernawati, 2018). UHI dapat diamati sebagai suatu fenomena atau kejadian peningkatan suhu udara di wilayah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan mencapai suhu 3-10°C.</div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><span class="VIiyi" lang="id"><span class="JLqJ4b" data-language-for-alternatives="id" data-language-to-translate-into="en" data-number-of-phrases="1" data-phrase-index="0"><span class="Q4iAWc"> Di sisi lain, sensor dengan resolusi temporal tinggi, seperti <i>Moderate-Resolution Imaging Spectrora-diometer</i> (MODIS) pada satelit Terra dan Aqua serta <i>Advanced Very High Resolution Radiometer</i> (AVHRR) pada satelit. Satelit NOAA, memberikan kemungkinan untuk memantau variasi UHI pada skala temporal yang berbeda. Para peneliti telah menemukan bahwa UHI memperoleh gambaran yang jelas pada skala diurnal, bulanan, dan musiman.</span></span></span></div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><span class="VIiyi" lang="id"><span class="JLqJ4b" data-language-for-alternatives="id" data-language-to-translate-into="en" data-number-of-phrases="1" data-phrase-index="0"><span class="Q4iAWc"><br /></span></span></span></div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><span class="VIiyi" lang="id"><span class="JLqJ4b" data-language-for-alternatives="id" data-language-to-translate-into="en" data-number-of-phrases="1" data-phrase-index="0"><span class="Q4iAWc">Penerapan data/teknik Penginderaan Jauh bisa juga dengan menggunakan sensor termal pada satelit atau drone sehingga memungkinkan dilakukan estimasi Suhu Permukaan Tanah (<i>Land Surface Temperature</i>/ LST). </span></span></span></div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><span class="VIiyi" lang="id"><span class="JLqJ4b" data-language-for-alternatives="id" data-language-to-translate-into="en" data-number-of-phrases="1" data-phrase-index="0"><span class="Q4iAWc"><br /></span></span></span></div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><b>Contoh Penelitian dengan Penginderaan Jauh</b></div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><b>Kasus III</b></div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><span class="VIiyi" lang="id"><span class="JLqJ4b" data-language-for-alternatives="id" data-language-to-translate-into="en" data-number-of-phrases="1" data-phrase-index="0"><span class="Q4iAWc">Menurut Putra et al., 2021, mendeteksi UHI dengan peningkatan suhu permukaan menggunakan data penginderaan jauh melalui <i>Landsat</i> dan data tata guna lahan di Kota Jakarta. Dengan asumsi daerah yang terdampak UHI suhu permukaan lebih dari 30</span></span></span>°C, memperlihatkan adanya peningkatan luasan UHI sejak tahun 2008 hingga 2018. Luasan UHI mulai dari 36,5% (2008), 84,7% ((2013) dan 93,7% (2018). Studi ini menyatakan lahan yang banyak dipergunakan (untuk perumahan, komersial dan jasa, industri dan fasilitas pergudangan dan transportasi) diidentifikasi peningkatan UHI lebih signifikan. Kajian ini direkomendasikan untuk dilanjutkan dengan menggali lebih dalam faktor-faktor lain seperti kepadatan penduduk, intensitas dan intensitas bangunan serta jenis kegiatan sosial ekonomi pada masing-masing penggunaan lahan.</div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><span class="VIiyi" lang="id"><span class="JLqJ4b" data-language-for-alternatives="id" data-language-to-translate-into="en" data-number-of-phrases="1" data-phrase-index="0"><span class="Q4iAWc"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQTwch8pjwCfNhFR9AX2s4VfA1tPReYkZfi3v2eJG4XGqcJaa0-iUeTbT0V-jEhfXjBrH8rt-6dhX8N_d85Hv2BEltEghQ2HMcl9ldDwy2-lc5pFOnyZUAWp2aAQMhvdk6QxGiIxqysrsYNNAztd5yN-VxYo6vN9hNZ_7pUm66tvU6cZ9CxM5ZywC4/s609/jakarta%20UHI.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="229" data-original-width="609" height="229" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQTwch8pjwCfNhFR9AX2s4VfA1tPReYkZfi3v2eJG4XGqcJaa0-iUeTbT0V-jEhfXjBrH8rt-6dhX8N_d85Hv2BEltEghQ2HMcl9ldDwy2-lc5pFOnyZUAWp2aAQMhvdk6QxGiIxqysrsYNNAztd5yN-VxYo6vN9hNZ_7pUm66tvU6cZ9CxM5ZywC4/w611-h229/jakarta%20UHI.PNG" width="611" /></a></span></span></span></div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><span class="VIiyi" lang="id"><span class="JLqJ4b" data-language-for-alternatives="id" data-language-to-translate-into="en" data-number-of-phrases="1" data-phrase-index="0"><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Gambar 11. Pengamatan UHI di Kota Jakarta</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div></span></span></div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><span class="VIiyi" lang="id"><span class="JLqJ4b" data-language-for-alternatives="id" data-language-to-translate-into="en" data-number-of-phrases="1" data-phrase-index="0"><span class="Q4iAWc"><b>Kasus IV</b></span></span></span></div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><span class="VIiyi" lang="id"><span class="JLqJ4b" data-language-for-alternatives="id" data-language-to-translate-into="en" data-number-of-phrases="1" data-phrase-index="0"><span class="Q4iAWc"><div trbidi="on">Menurut Rahmadanti et al., 2022, UHI dapat diektraksi dari citra penginderaan jauh melalui suhu permukaan lahan di Kota Banjarbaru. Dengan memanfaatkan data citra satelit yang diekstraksi dengan menurunkan data suhu permukaan lahan atau <i>Land Surface Temperature</i> (LST) dengan indeks vegetasi, dapat menghasilkan data sebaran UHI. Informasi ini dapat menjelaskan daerah yang terindikasi UHI. </div><div trbidi="on"><br /></div></span></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOc01Q-e3gE3fah6WA83pNiH7NjPT1pkO3nS9WmIcIY1oVP2j5qhLLXiN9Zy3dhRGC_oF6d1l73jR6vICqZIKwvjCahDSPZATpPzGxQyNG_7JzTdyqUIzNEZdXdl62B35FH3i4k8F60LhWb5Gx0UzW8kEAx3_JQs1bZ4vVp52nWwzc6w3StLw7sJTK/s523/uhi%20banjarbaru.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="314" data-original-width="523" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOc01Q-e3gE3fah6WA83pNiH7NjPT1pkO3nS9WmIcIY1oVP2j5qhLLXiN9Zy3dhRGC_oF6d1l73jR6vICqZIKwvjCahDSPZATpPzGxQyNG_7JzTdyqUIzNEZdXdl62B35FH3i4k8F60LhWb5Gx0UzW8kEAx3_JQs1bZ4vVp52nWwzc6w3StLw7sJTK/w400-h240/uhi%20banjarbaru.PNG" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Gambar 12. Contoh pengolahan data UHI di Kota Banjarbaru (Rahmadanti et. L., 2022)</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b>Penggunaan Google Earth Engine</b></div></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both;">Penggunaan <a href="https://github.com/krishnakafle/gee-tutorials" target="_blank">Google Earth Engine</a> dapat menghemat waktu pengolahan dan memungkinkan pengguna untuk mengolah data berukuran besar yang sebelumnya hanya bisa menggunakan komputer berkapasitas prosesing tinggi. Identifikasi karakterisasi dapat dilakukan secara spasial melalui teknik penginderaan jauh. perkembangan dari teknik penginderaan jauh ditandai dengan pemrosesan citra berbasis cloud dimana penyimpanan berupa hardisk dan memori membuat tidak fleksibel dan sangat terbatas dalam pemrosesan. Pemrosesan berbasis cloud saat ini yang populer adalah menggunakan <i>Google Earth Engine</i> (GEE) (Darmawan dan Al Barry, 2022). Menggunakan aplikasi GEE, kita dapat menghemat waktu tak perlu komputer dengan kapasitas yang besar, karena tak usah mengunduh. Yang diperlukan akses internet agar tetap dapat mengakses <i>Google Earth Engine</i>. Materi GEE dan UHI akan kami jelaskan pada postingan yang selanjutnya.</div></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>Berikut tutorial penggunaan GEE untuk analisis UHI.<br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div></div><br /><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><iframe allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/E1LyuxX7hRI" title="YouTube video player" width="560"></iframe></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><b>Global Surface Explorer</b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><b><br /></b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Global Surface Explorer </i>adalah <span style="text-align: center;">aplikasi web interaktif untuk memantau intensitas UHI di hampir semua kluster perkotaan di Bumi. Aplikasi ini dibangun dengan platform GEE dan memungkinkan pengguna untuk menanyakan data UHI daerah perkotaan menggunakan interface yang sederhana. Dataset UHI dibuat berdasarkan algoritma tingkat perkotaan yang disederhanakan (SUE) yang dirinci dalam Chakraborty dan Lee, 2019. Dengan 1 km resolusi yang diturunkan dari kombinasi MODIS TERRA dan AQUA <i>Land Surface Temperature</i> (LST). Anda dapat mencoba menandai daerah anda Linknya <a href="https://yceo.yale.edu/research/global-surface-uhi-explorer " target="_blank">di sini</a>.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_UsMZ_da5iTN9Tusaeamnq-JNlx2WuvVOqaygZZUEPDTCI67rBZag_P07hoN-lteDUCrF5U_dxPdMkS5O4VaBn4Sjdv2nF2Ib6XoCT38vjM5vQoOjzTzFhMWSUZoVzF6ma1YtMmelYrPvWe0JlLobdkjzwOfC5ZOfhBJq_EGJR5gWIgvsOqFoCYvs/s1898/uhi%20kalsel.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="952" data-original-width="1898" height="311" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_UsMZ_da5iTN9Tusaeamnq-JNlx2WuvVOqaygZZUEPDTCI67rBZag_P07hoN-lteDUCrF5U_dxPdMkS5O4VaBn4Sjdv2nF2Ib6XoCT38vjM5vQoOjzTzFhMWSUZoVzF6ma1YtMmelYrPvWe0JlLobdkjzwOfC5ZOfhBJq_EGJR5gWIgvsOqFoCYvs/w618-h311/uhi%20kalsel.jpg" width="618" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Gambar 13. Tampilan pengolahan analisis UHI dengan Global Surface Explorer dengan basis GEE</div><br /><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b>Mitigasi terhadap UHI</b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b><br /></b></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Mitigasi terhadap UHI yang paling penting yaitu bagaimana menjaga kesejukan di daerah sekitar kita. <span style="text-align: justify;">Ada berbagai tindakan mitigasi yang dapat dilakukan mencegah UHI. Berdasarkan penelitian para ahli, </span>efek UHI dipengaruhi oleh berbagai variabel, lokal, regional dan global. UHI dapat diatasi dengan berbagai cara mitigasi. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan:</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><ul><li><b>Peningkatan kualitas dan jumlah vegetasi.</b> Penambahan vegetasi di daerah perkotaan dapat membantu mengurangi UHI dengan menyerap panas dan mengurangi suhu udara. Pohon, taman, dan tanaman hijau dapat membantu mengurangi efek pemanasan di daerah perkotaan. Pepohonan pada ruang terbuka hijau (RTH) di kawasan perkotaan memberikan berbagai kontribusi kepada ekosistem, meliputi konservasi biodiversitas, menghilangkan polutan atmosfer, menyediakan oksigen, mengurangi kebisingan, mitigasi terhadap UHI, pengendali iklim mikro, menjaga kestabilan tanah, dan fungsi ekologis lainnya. Pengurangan atau penambahan ruang terbuka hijau menyebabkan peningkatan atau penurunan suhu udara (Effendy et al., 2006).</li></ul></div></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div dir="ltr" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjP_eNZioRrkNQl3S-QrD39X3QvKDBSRPJbSaaAeaN00gCsq16UVrUFJz8ny7cgBPrCWKDuEcGV-IvRbd080infB4KGGu2cCwBLktntyVJFT1vjxuMsHG5A0HeehOCDZhaK-L2SOHvtgGJCwfyzTpfMfA1dwnOYFLsrT071ayKC2KN1256rHfVFYVmb" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="374" data-original-width="650" height="125" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjP_eNZioRrkNQl3S-QrD39X3QvKDBSRPJbSaaAeaN00gCsq16UVrUFJz8ny7cgBPrCWKDuEcGV-IvRbd080infB4KGGu2cCwBLktntyVJFT1vjxuMsHG5A0HeehOCDZhaK-L2SOHvtgGJCwfyzTpfMfA1dwnOYFLsrT071ayKC2KN1256rHfVFYVmb=w217-h125" width="217" /></a> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhRJKyWOdLA33dPF6T8zjCDEtHtpiAijlJLdEUg-m_GsHwlP6DLP4VHLdhQ0iFBTTb8xnCKRAFQ07b782AFFSgGJoKjReQyY6IAn1Tto-Q9YXe76kyaY9LT_bt8DyBMxIZU2RPUCzylZ1OeK-hEXTkDFg2cHlDbcGJeLmufeNuDYPkERLeQgL98WxkG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="168" data-original-width="300" height="130" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhRJKyWOdLA33dPF6T8zjCDEtHtpiAijlJLdEUg-m_GsHwlP6DLP4VHLdhQ0iFBTTb8xnCKRAFQ07b782AFFSgGJoKjReQyY6IAn1Tto-Q9YXe76kyaY9LT_bt8DyBMxIZU2RPUCzylZ1OeK-hEXTkDFg2cHlDbcGJeLmufeNuDYPkERLeQgL98WxkG=w231-h130" width="231" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Gambar 14. Penanaman pohon dan RTH</div></div><span style="text-align: justify;"><ul><li><b style="font-weight: bold; text-align: justify;">Perbaikan bangunan.</b><span style="text-align: justify;"><b style="font-weight: bold;"> </b>Bangunan yang dirancang secara cerdas dapat membantu mengurangi UHI. Bangunan yang dirancang dengan atap dan dinding yang reflektif dapat membantu mengurangi jumlah panas yang diserap dan disimpan. Ventilasi dan desain yang efisien juga dapat membantu mengurangi suhu ruangan dan memperbaiki sirkulasi udara.</span></li><li><b>Pengurangan permukaan berwarna gelap.</b> Permukaan berwarna gelap seperti jalan raya, parkir dan atap dapat menyerap dan memancarkan panas yang lebih banyak. Memperbaiki permukaan dengan bahan berwarna terang dapat membantu mengurangi efek pemanasan. Penggunaan material bangunan dan perkerasan yang tidak menahan panas (nilai albedo tinggi).</li></ul><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLekrUFnzVpWMdtxzqPsRjV44lf8TJmm6U0vgRHjtl1U5F4cBF4tNXpteKYsSkvN2AXXUdYW247TEo-RO8JP1RRWj-6q2BEog_650E3V5omP56LGZOBcoNT66tWAaVdQWUtMvLo96SQ_YSGMtG4y7gJiz3wsI9JdSajJKfJuOfHvdB8VMo0kbdZ9Dk/s598/Cuplikan%20layar%202023-04-16%20223129.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="494" data-original-width="598" height="330" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLekrUFnzVpWMdtxzqPsRjV44lf8TJmm6U0vgRHjtl1U5F4cBF4tNXpteKYsSkvN2AXXUdYW247TEo-RO8JP1RRWj-6q2BEog_650E3V5omP56LGZOBcoNT66tWAaVdQWUtMvLo96SQ_YSGMtG4y7gJiz3wsI9JdSajJKfJuOfHvdB8VMo0kbdZ9Dk/w400-h330/Cuplikan%20layar%202023-04-16%20223129.png" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;">Gambar 15. Perbandingan pemantulan pada berbagai warna atap (hitam, metal dan putih)</div><ul><li><b>Pengurangan polusi.</b> Polusi udara dan lalu lintas dapat memperparah efek UHI. Mengurangi emisi kendaraan dan memperbaiki kualitas udara dapat membantu mengurangi suhu udara.</li><li><b>Penggunaan material yang ramah lingkungan. </b>Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan dapat membantu mengurangi suhu ruangan. Bahan seperti kaca reflektif dan genteng berlapis dapat membantu mengurangi suhu di dalam bangunan.</li><li><b>Perencanaan kota yang baik.</b> Perencanaan kota yang baik dapat membantu mengurangi efek UHI dengan merancang lingkungan perkotaan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Hal ini termasuk mengatur tata letak bangunan dan ruang terbuka hijau, memperbaiki akses transportasi massal dan mendorong penggunaan sepeda dan jalan kaki.</li></ul><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg10vC4v91CAq35z_j5Tr7VThAcHTP9FwHmYbX-qlndZzYmEexXdMGa7HbxdNLLC4v-cHx92-r5PJwb64hc_X-GyW6sAyAkDQQHk5MoKP-SGFNhSlDTBri-MAxFP9zkPRUQaAkUoaO5lKZF_9mOXKcUW2XujXjk4lHL408vnWmLo7mlsarW8Pb5LPAM/s850/Mitigation-Measures-for-the-Urban-Heat-Island-Ichinose-et-al-2008.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="652" data-original-width="850" height="306" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg10vC4v91CAq35z_j5Tr7VThAcHTP9FwHmYbX-qlndZzYmEexXdMGa7HbxdNLLC4v-cHx92-r5PJwb64hc_X-GyW6sAyAkDQQHk5MoKP-SGFNhSlDTBri-MAxFP9zkPRUQaAkUoaO5lKZF_9mOXKcUW2XujXjk4lHL408vnWmLo7mlsarW8Pb5LPAM/w400-h306/Mitigation-Measures-for-the-Urban-Heat-Island-Ichinose-et-al-2008.png" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Gambar 16. Berbagai tindakan mitigasi untuk mengurangi UHI (Ichinose et al., 2008)</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /></span><div style="text-align: center;"><br /><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;">Daftar Pustaka</span></div></div></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="fullpost"></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b>Internet</b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b><br /></b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="https://yceo.users.earthengine.app/view/uhimap">https://yceo.users.earthengine.app/view/uhimap</a> diakses 15 Maret 2022</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="https://yceo.yale.edu/research/global-surface-uhi-explorer">https://yceo.yale.edu/research/global-surface-uhi-explorer</a> diakses 14 Maret 2022</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="http://www.malikarrahiem.com/memahami-urban-heat-island-di-bandung-menggunakan-google-earth-engine/">http://www.malikarrahiem.com/memahami-urban-heat-island-di-bandung-menggunakan-google-earth-engine/</a> diakses 14 Maret 2022.</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="https://citymonitor.ai/community/urban-heat-island-explained-why-are-cities-warmer-countryside-1777">https://citymonitor.ai/community/urban-heat-island-explained-why-are-cities-warmer-countryside-1777</a> diakses 15 Maret 2022.</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="https://www.met.hu/en/omsz/palyazatok_projektek/uhi/">https://www.met.hu/en/omsz/palyazatok_projektek/uhi/</a> diakses 15 Maret 2022</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b>Jurnal</b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Chakraborty, T and Lee, X. 2019. A simplified urban-extent algorithm to characterize surface urban heat islands on a global scale and examine vegetation control on their spatiotemporal variability. International Journal of Applied Earth Observation and Geoinformation, 74: 269-280. </div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">Darmawan S, Al Barry T. S. 2022. Analisis Fenomena Urban Heat Island menggunakan Google Earth Engine (Studi kasus: Jawa Barat, Indonesia) Prosiding FTSP Series 3 : 261-270</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><div>Effendy S, Bey A, Zain AFM, Santosa I. 2006. Peranan Ruang Terbuka Hijau dalam Mengendalikan Suhu Udara dan Urban Heat Island Wilayah Jabotabek (<i>The Role of Urban Green Space in Harnessing Air Temperature and Urban Heat Island Exemplied by Jabotabek Area</i>). J Agromet Indonesia (20): 23-33.</div><div><br /></div><div><div>Effendy S. 2009. Dampak Pengurangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan Terhadap Peningkatan Suhu Udara dengan Metode Pengindraan Jauh. Jurnal Agromet Indonesia. 23 (2): 169-181</div></div><div><br /></div></div></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Hermawan, E. 2015. Fenomena Urban Heat Island (UHI) pada Beberapa Kota Besar di Indonesia Sebagai Salah Satu Dampak Perubahan Lingkungan Global. J Citra Widya Edukasi (1) : 33 - 45.</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Ichinose, T., Matsumoto, F. & Kataoka, K. 2008. Chapter 15-Counteracting Urban Heat Islands in Japan. In: Droege, P. (Ed.), Urban Energy Transition. Elsevier, Amsterdam : 365-380.</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Kim, SW and Brown, RD. 2021. Urban Heat Island (UHI) intensity and magnitude estimations: A systematic literature review. In Science of the Total Environment (Vol. 779).</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Naf, MZT and Hernawati, R. 2018. Analisis fenomena UHI (Urban Heat Island) berdasarkan hubungan antara kerapatan vegetasi dengan suhu permukaan. ITB Indonesian Journal of Geospatial. 5. (1) : 25–36.</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><div dir="ltr" trbidi="on">Oke, TR. 1995. The heat island of the urban boundary layer: Characteristics, causes and effects. In J. E. Cermak, A. G. Davenport, E. J. Plate, & D. X. Viegas (Eds.), Wind climate in cities : 81 - 107</div><div dir="ltr" trbidi="on"><br /></div></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Rahmadanti R, Jauhari A, Mufidah A, 2022. Persebaran Urban Heat Island di Kota Banjarbaru Menggunakan Penginderaan Jauh (<i>Distribution of Urban Heat Island at Banjarbaru using Remote Sensing</i>). Jurnal Sylva Scienteae 5 (2), 194-202.</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="text-align: justify;">Tursilowati, L. 2002. Urban Heat Island dan Kontribusinya Pada Perubahan Iklim dan Hubungannya dengan Perubahan Lahan. Prosiding Seminar Nasional Pemanasan Global dan Perubahan Global Fakta, Mitigasi, dan Adaptasi (89-96). Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim LAPAN.</span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="text-align: justify;"><br /></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="text-align: justify;">Voogt, JA. 2000. How Researchers Measure Urban Heat Islands. Department of Geography, University of Western Ontario, London.</span></div><div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Voogt, J.A. and Oke, T.R. 2003 Thermal Remote Sensing of Urban Climates. Remote Sensing of Environment (86), 370-384.</div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div></div><div style="text-align: justify;">Zhou, J. Li and J. Yue, 2010. Analysis of urban heat island (UHI) in the Beijing metropolitan area by time-series MODIS data. IEEE International Geoscience and Remote Sensing Symposium, 2010. 3327-3330.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Zulfikar MF, Virgianto RH, Ksrtika QA. 2022. Pengaruh Urban Heat Island terhadap Kenyamanan di Jakarta dan Sekitarnya Tahun 1993-2018. The Climate of Tropical Indonesia Maritime Continent Journal, Edition April 2022. (1) : 34-58.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Video</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><a href="https://youtu.be/bwHX7Gxw8_k">https://youtu.be/bwHX7Gxw8_k</a> diakses 20 April 2022</div></div><div><br /></div><div><a href="https://youtu.be/E1LyuxX7hRI">https://youtu.be/E1LyuxX7hRI</a> diakses 20 April 2022</div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div></div></div>ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-74974673844484858412021-10-24T04:30:00.015+08:002023-02-19T14:39:01.460+08:00BEBERAPA CARA MENENTUKAN INDEKS KEKERINGAN SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-hM1l6pTrd-A/YUV2Hden8LI/AAAAAAAACZY/Zw1CayfbMQ83erbeAuG3_wJqvP0K7uVIACLcBGAsYHQ/s543/Gambar1.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="543" data-original-width="521" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-hM1l6pTrd-A/YUV2Hden8LI/AAAAAAAACZY/Zw1CayfbMQ83erbeAuG3_wJqvP0K7uVIACLcBGAsYHQ/w614-h640/Gambar1.png" width="614" /></a></div><div style="text-align: justify;">Gambar 1. Urutan kejadian dan dampak kekeringan secara umum</div><div style="text-align: justify;"><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;"><b>Pengertian kekeringan meteorologi</b></div><div style="text-align: justify;"><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;">Kekeringan adalah bencana alam yang terjadi secara perlahan-lahan (<i>slow onset</i>), berlangsung lama dan berdampak luas (Adhyani et al,. 2017). Perbedaan dengan bencana hidrometeorologi lainnya (banjir, angin kencang, cuaca ekstrem dan lain-lain) terjadi secara sporadis, sedangkan kekeringan terjadi secara bertahap. Kekeringan adalah bencana alam yang bergerak perlahan tapi akan mempengaruhi semua rezim iklim. Kekeringan terjadi karena adanya anomali penurunan intensitas curah hujan dibandingkan dengan kondisi normalnya. Kekurangan curah hujan yang terjadi daripada relatif yang diharapkan (normalnya) dan diperpanjang dengan periode yang lebih lama, berakibat ketidakmampuan memenuhi kebutuhan manusia dan lingkungan (Hayes et al., 2011). Memahami karakteristik dari suatu kejadian kekeringan adalah elemen penting mempersiapkan dan merencanakan pengelolaan dampak bencana kekeringan serta peningkatan pemantauan kekeringan dan peringatan dini.</div><span><a name='more'></a></span><div style="text-align: justify;">Kekeringan dapat dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu : kekeringan meteorologi, kekeringan pertanian dan kekeringan hidrologi (Gambar 1). Secara konvensional, kekeringan dapat dicirikan dengan pembeda (determinan) yang dipelajari dan dikategorikan sebagai meteorologis (curah hujan, potensi evapotranspirasi), hidrologi (aliran sungai atau resapan air tanah) dan pertanian (kelembaban tanah) (Tigkas et al., 2015). Kekeringan meteorologi berkaitan dengan tingkat curah hujan terjadi di bawah kondisi normalnya pada suatu musim. Perhitungan tingkat kekeringan meteorologis merupakan indikasi awal terjadinya kondisi kekeringan. Rendahnya jumlah curah hujan dapat mengakibatkan kejadian berkurangnya cadangan air tanah. Dalam kondisi waktu yang lama kondisi akan mencapai penurunan tingginya permukaan air (kekeringan hidrologi) di suatu waduk. Kekeringan meteorologi mengacu pada kurangnya curah hujan di area yang luas untuk jangka waktu tertentu (Wanisakdiah et. al., 2017). Kekeringan pertanian, berhubungan dengan berkurangnya kandungan air dalam tanah (lengas tanah) sehingga tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan air bagi tanaman pada suatu periode tertentu. Kekeringan pertanian ini terjadi setelah terjadinya gejala kekeringan meteorologis. Kekeringan hidrologi, terjadi berhubungan dengan berkurangnya pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan hidrologi diukur dari ketinggian muka air sungai, waduk, danau dan air tanah. Ada jarak waktu antara berkurangnya curah hujan dengan berkurangnya ketinggian muka air sungai, danau dan air tanah, sehingga kekeringan hidrologi bukan merupakan gejala awal terjadinya kekeringan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><b>Pengertian indeks kekeringan</b></div><div style="text-align: justify;"><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;">Berbagai indeks kekeringan telah dikembangkan untuk menggambarkan kejadian kekeringan. Indeks ini alat yang penting untuk karakterisasi dan monitoring kekeringan, dengan menyertakan fungsi iklim yang kompleks dan dapat mengukur anomali iklim untuk tingkat keparahan, durasi serta frekuensinya. Indeks kekeringan sangat berguna karena dapat dikomunikasikan dengan lebih luas dan lebih mudah dipahami kepada khalayak tentang tingkat keparahan suatu episode kekeringan. Di tingkat akademik (pendidikan dan penelitian) dan operasional (pengambilan keputusan yang strategis, mitigasi bencana kekeringan dan lain-lain) akan sangat berguna. Perlu pertimbangan lebih satu indeks dalam berbagai kasus, yang mana paling tepat digunakan (Tigkas et al, 2015; Surmaini et al., 2018).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Pemahaman tentang SPI</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;">Menurut <a href="https://climatedataguide.ucar.edu/ Standardized Precipitation Index/" target="_blank">https://climatedataguide.ucar.edu/ </a></span><i><a href="https://climatedataguide.ucar.edu/climate-data/standardized-precipitation-index-spi" target="_blank">Standardized Precipitation Index</a></i> (SPI) adalah indeks yang telah banyak dipakai untuk karakterisasi kekeringan meteorologi pada berbagai skala waktu. SPI adalah indeks kekeringan yang paling populer. Untuk skala yang pendek, SPI berhubungan dengan kelembaban tanah. Tetapi untuk skala yang lebih lama, SPI berhubungan penyimpanan air tanah dan reservoir. </div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Metode <i>Standardized Precipitation Index</i>
(SPI) merupakan metode yang dikembangkan McKee et. al 1993 untuk memonitoring kekeringan. Ada 5 permasalahan penting yang disampaikan oleh McKee berhubungan dengan analisis kekeringan yaitu : 1) skala waktu, 2) probabilitas, 3) defisit hujan, 4) aplikasi dari definisi hujan dan variabel penyuplai air serta 5) hubungan definisi tersebut dan pengaruh dari kekeringan. McKee et al 1993 membangun SPI untuk menjawab permasalahan tersebut dengan menggunakan indeks yang didapatkan melalui perbedaan curah hujan dengan skala waktu tertentu dari rata-rata yang dibagi dengan standar deviasinya (Tigkas et al., 2013; Eslamian et al., 2017). Karena perhitungan kekeringan metode SPI merupakan salah satu metode yang praktis, maka dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas terhadap pemantauan kekeringan (Wanisakdiah et al., 2017). Keunggulan SPI yaitu : <b>Pertama</b>, dapat menghitung indeks kekeringan pada berbagai skala waktu (1, 3, 6, 12, 24 dan 48 bulan) (Guenang dan Kamga, 2014; Salehnia et al., 2017). Fleksibilitas dalam skala waktu ini membuat SPI dapat digunakan untuk
aplikasi jangka pendek untuk pertanian maupun jangka panjang untuk
hidrologi. <b>Kedua, </b>hanya menggunakan data curah hujan, sehingga lebih mudah untuk dapat menghitung lebih sederhana dibandingkan misalnya dengan indeks lainnya seperti halnya PDSI. <b>Ketiga, </b>dapat menggambarkan kekeringan dengan lebih mudah disesuaikan.<b> Keempat,</b> konsisten secara spasial sehingga memungkinkan perbandingan antara lokasi yang berbeda di lokasi yang berbeda iklimnya (WMO, 2012). <b>Kelima,</b> s<span style="text-align: left;">ifat probabilistiknya memberikan konteks historis, yang sangat cocok untuk pengambilan keputusan.</span></div><div style="text-align: justify;">Kelemahan dan keterbatasan SPI, <b>Pertama, </b>tidak memperhitungkan evapotranspirasi hanya menghitung suplai air saja. <b>Kedua, </b>terbatas kemampuannya dalam memperhitungkan efek suhu terkait dengan perubahan iklim. <b>Ketiga, </b>sensitif terhadap kuantitas dan kehandalan data sehingga perlu data yang panjang (dianjurkan sekitar 30-50 tahun) direkomendasikan. <b>Keempat,</b> tidak mempertimbangkan intensitas curah hujan dan potensi dampaknya terhadap limpasan (run-off), aliran (streamflow) dan ketersediaan air pada sistem. <br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Awalnya SPI</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pada bulan Januari 1993 Mc Kee dan kawan-kawan mempresentasikan hasil penelitian dan kerja mereka tentang SPI di Colorado State University, AS, pertama kali disampaikan pada 8th <i>Conference on Applied Climatology.</i> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pada tanggal 8-11 Desember 2009 44 orang ahli peserta dari 22 negara,
dari 6 wilayah WMO (lembaga PBB yang mengurusi masalah meteorologi dan
klimatologi) di Lincoln, Nebraska, AS mendiskusikan tentang pembangunan standar untuk indeks kekeringan dan petunjuk untuk sistem peringatan dini kekeringan (<i>Drought Early Warning System</i>). Hasil dari pertemuan tersebut merumuskan Deklarasi Lincoln, salah satunya menyebutkan metode SPI direkomendasikan sebagai metode indeks kekeringan standar untuk melakukan monitoring dan karakterisasi tingkat kekeringan di seluruh dunia (Hayes et al., 2011).<br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Deklarasi tersebut merekomendasikan adanya manual yang komprehensif tentang pengembangan metode SPI yang dapat memberikan gambaran indeks, metode komputasi dan contoh yang spesifik. Buku petunjuk dan penjabaran tentang SPI dari WMO telah dibuat dan dapat ditemukan pada <a href="https://library.wmo.int/doc_num.php?explnum_id=7768">link berikut</a> serta <a href="https://www.droughtmanagement.info/literature/GWP_Handbook_of_Drought_Indicators_and_Indices_2016.pdf">berikut ini</a>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-qsHdaIYprmw/YEIM1Hom2LI/AAAAAAAACRU/g6wZG6UJ1xYojFguI8dtlo3gxSZJjPW4gCLcBGAsYHQ/s267/download%2B%25282%2529.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="267" data-original-width="188" height="230" src="https://1.bp.blogspot.com/-qsHdaIYprmw/YEIM1Hom2LI/AAAAAAAACRU/g6wZG6UJ1xYojFguI8dtlo3gxSZJjPW4gCLcBGAsYHQ/w162-h230/download%2B%25282%2529.jpg" width="162" /></a> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-u_CxidnAg9k/YD7o7mb3t2I/AAAAAAAACRI/DanN2WZiXLMVoMB3ThoSreId_gDFoC1nwCLcBGAsYHQ/s267/download%2B%25281%2529.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="267" data-original-width="189" height="231" src="https://1.bp.blogspot.com/-u_CxidnAg9k/YD7o7mb3t2I/AAAAAAAACRI/DanN2WZiXLMVoMB3ThoSreId_gDFoC1nwCLcBGAsYHQ/w164-h231/download%2B%25281%2529.jpg" width="164" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: center;">Gambar 2. Buku petunjuk tentang kekeringan SPI dari WMO</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: center;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: center;"><span style="text-align: justify;">SPI pada awalnya dikembangkan oleh McKee et al., 1993 dengan menggunakan dua parameter distribusi gamma. Kemudian oleh Farahmand dan AghaKouchak 2015, mengusulkan suatu kerangka kerja dengan menggunakan SPI non parametrik. Studi ini dikarenakan masalah non normalitas pada parameter SPI dan dampaknya pada penilaian terhadap kekeringan yang pertama kali dipelajari oleh mereka. Maka selanjutnya perbandingan antara SPI yang parametrik dan non parametrik disajikan melalui tes kuantil dan statistika.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>SPI dengan distribusi gamma</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-5QmMRhrva0Y/YXT3J4M4LSI/AAAAAAAACbw/_JU3_MuBlJ89z1Y2Zdo5yoLQkwBf3wRLwCLcBGAsYHQ/s709/spi_explanation.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="340" data-original-width="709" height="212" src="https://1.bp.blogspot.com/-5QmMRhrva0Y/YXT3J4M4LSI/AAAAAAAACbw/_JU3_MuBlJ89z1Y2Zdo5yoLQkwBf3wRLwCLcBGAsYHQ/w444-h212/spi_explanation.png" width="444" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Gambar 3. Skema perhitungan SPI dengan distribusi gamma</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Sumber : <a href="https://ds.data.jma.go.jp/gmd/tcc/tcc/products/climate/climatview/spi_commentary.html">https://ds.data.jma.go.jp/gmd/tcc/tcc/products/climate/climatview/spi_commentary.html</a></div><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Data hujan dapat digunakan menggunakan distribusi gamma. SPI dihitung dengan fungsi kepekatan probabilitas (<i>probability density function</i>) dengan rumus sebagai berikut :</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/--6GmZDi_Ddg/YEWGNwjjqUI/AAAAAAAACSA/HNxd9yeitRsJz65adUhYjVaF1WB-DBmVwCLcBGAsYHQ/s263/gx.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="42" data-original-width="263" src="https://1.bp.blogspot.com/--6GmZDi_Ddg/YEWGNwjjqUI/AAAAAAAACSA/HNxd9yeitRsJz65adUhYjVaF1WB-DBmVwCLcBGAsYHQ/s0/gx.JPG" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;">Dimana : g (x) adalah fungsi gamma; x (mm) jumlah hujan (x>0); <span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 11pt; text-align: left;">α </span>adalah bentuk parameter dan <span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14.6667px;">β </span>adalah skala parameter ( <span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14.6667px;">β</span> >0).</div><div style="text-align: justify;">(Salehnia et al., 2017; Wanisakdiah et al., 2017). </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span face="sans-serif">Nilai saat x = 0, atau saat tak ada presipitasi, probabilitas kumulatif didekati dengan nilai q, yaitu perbandingan antara jumlah kejadian hujan nol dengan jumlah data. Probabilitas kumulatif total dihitung dengan persamaan :</span></div><div style="text-align: justify;"><span face="sans-serif"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-kEJGCrGMDmA/YUtIrM3cvWI/AAAAAAAACZ8/G9f4ki2VOSICCIH84I09zZanp_XK5VTygCLcBGAsYHQ/s557/persamaan%2Bhx.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="76" data-original-width="557" height="28" src="https://1.bp.blogspot.com/-kEJGCrGMDmA/YUtIrM3cvWI/AAAAAAAACZ8/G9f4ki2VOSICCIH84I09zZanp_XK5VTygCLcBGAsYHQ/w200-h28/persamaan%2Bhx.JPG" width="200" /></a></div></div><div style="text-align: justify;"><br role="presentation" /></div><div style="text-align: justify;">Tingkat keparahan kekeringan meteorologis dapat dijelaskan oleh indeks SPI yang hanya didasarkan pada data curah hujan. SPI menghitung defisit curah hujan pada berbagai skala waktu. Idealnya diperlukan data 20-30 tahun data bulanan yang lengkap. Data yang lengkap 50-60 tahun akan lebih optimal (Eslamian et al., 2017). Data hujan historis dari pos hujan/stasiun disesuaikan dengan distribusi Gamma melalui metode MLE (<i>Maximum Likelihood Estimation</i>). <span class="VIiyi" lang="id"><span class="JLqJ4b ChMk0b" data-language-for-alternatives="id" data-language-to-translate-into="en" data-phrase-index="0"><span>Metode MLE memaksimalkan probabilitas data yang diamati di bawah distribusi yang dipilih.</span></span> <span class="JLqJ4b ChMk0b" data-language-for-alternatives="id" data-language-to-translate-into="en" data-phrase-index="1"><span>Diterapkan pada kumpulan data, memberikan nilai parameter distribusi yang memaksimalkan fungsi probabilitas (Wilks 2006).</span></span></span> SPI dihitung dengan pembagian perbedaan curah hujan musiman yang telah dinormalisasi dan curah hujan rata-rata musiman jangka panjang melalui standar deviasi. Peristiwa kekeringan terjadi saat SPI negatif secara kontinyu dengan intensitas -1,0 atau lebih kurang.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tabel 1. Kategori kekeringan dengan indeks SPI</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-MyBw46sCK2g/XsYhGd67VDI/AAAAAAAACJU/ihyIeSTVVwM5Ndq3_odDLUlFuwDLYCCkwCK4BGAsYHg/spi.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="356" data-original-width="762" src="https://1.bp.blogspot.com/-MyBw46sCK2g/XsYhGd67VDI/AAAAAAAACJU/ihyIeSTVVwM5Ndq3_odDLUlFuwDLYCCkwCK4BGAsYHg/s320/spi.PNG" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-7ClysKJQOmE/YD4ZiFCBvXI/AAAAAAAACRA/mNG2hyBFYXICK13HHao1At4on_FyoMCmACLcBGAsYHQ/s1000/KeyantashFig2.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="391" data-original-width="1000" height="250" src="https://1.bp.blogspot.com/-7ClysKJQOmE/YD4ZiFCBvXI/AAAAAAAACRA/mNG2hyBFYXICK13HHao1At4on_FyoMCmACLcBGAsYHQ/w640-h250/KeyantashFig2.png" title="Gambar 1. Kurva normal indeks SPI" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Gambar 3. Kurva normal indeks SPI dan kriterianya </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Sumber : <a href="https://climatedataguide.ucar.edu/climate-data/standardized-precipitation-index-spi/">https://climatedataguide.ucar.edu/climate-data/standardized-precipitation-index-spi/</a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Hubungan SPI dengan distribusi gamma dan normal. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-n8tX5W0-5is/YP_gNutIP2I/AAAAAAAACVc/d78A_vIWBxswqfE9uHFu3X7N-ZuOVDR1ACLcBGAsYHQ/s597/spi%2Bgamma.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="258" data-original-width="597" height="173" src="https://1.bp.blogspot.com/-n8tX5W0-5is/YP_gNutIP2I/AAAAAAAACVc/d78A_vIWBxswqfE9uHFu3X7N-ZuOVDR1ACLcBGAsYHQ/w400-h173/spi%2Bgamma.JPG" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Gambar 4. Perbandingan data SPI dengan distribusi gamma dan normal</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>Gambar 4 di atas menunjukkan metode menghitung perhitungan SPI dan rata-rata perubahan kriteria kekeringan dalam perubahan iklim. SPI adalah variabel acak dari distribusi normal yang bersesuaian dengan distribusi gamma CDF (<i>Cumulative Distribution Function</i>). Gambar di atas menunjukkan perubahan CDF dikarenakan peningkatan curah hujan. Dalam curah hujan yang sama SPI dapat bervariasi sesuai dengan perubahan sampel yang dipergunakan. Kriteria curah hujan yang menjelaskan SPI berubah-ubah sesuai dengan sampel. Maka besarnya kekuatan dan frekuensi kekeringan yang diprakirakan pada masa depan dapat berubah-ubah tergantung pada data iklim masa kini dan prakiraan ke depannya (Kwon et al., 2019).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Idealnya, data untuk perhitungan SPI harus selengkap mungkin, karena SPI akan memberikan nilai 'null' jika data tidak mencukupi untuk menghitung nilai. SPI biasanya dihitung untuk rentang waktu hingga 24 bulan dan fleksibilitas indeks ini memungkinkannya diaplikasikan menangani peristiwa yang mempengaruhi berbagai sektor yaitu pertanian, sumber daya air dan slainnya. Sebagai catatan, data curah hujan bulanan yang baik untuk aplikasi setidaknya selama 25-30 tahun terakhir. Deret data yang lebih panjang akan selalu lebih baik untuk mendapatkan hasil yang lebih andal. Catatan dari Guttman (1999) bahwa jika data tambahan hadir dalam deret waktu yang panjang, hasil distribusi probabilitas lebih tinggi karena lebih banyak sampel kejadian basah ekstrim dan kering ekstrem dimasukkan. </div><div style="text-align: justify;"><div><br /></div></div><div style="text-align: justify;"><b>SPI dengan distribusi non parametrik (update tentang SPI)</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Keterbatasan SPI adalah mengasumsikan bahwa fungsi dari distribusi probabilitas parametrik sesuai dengan permodelan data hujan. SPI biasanya diturunkan dengan memasangkan fungsi distribusi probabilitas ke data curah hujan. Probabilitas gamma yang terakumulasi ditransformasikan ke fungsi distribusi kumulatif (CDF) pada distribusi normal, bukan pilihan distribusi yang terbaik. Ada banyak distribusi lain yang bisa digunakan (Normal, Gamma, Pearson type III, Lognormal, Wakeby, distribusi Kappa dan lain-lainnya). Menurut Farahmand dan AghaKouchak 2015, nilai SPI cukup sensitif pada fungsi distribusi parametrik, terutama pada bagian ekornya. Di sisi lain, indikator yang ada kekurangannya tak konsisten secara temporal dan tak dapat dibandingkan secara statistika. Misalnya SPI dan PDSI tak bisa langsung dibandingkan karena skala berbeda. Pendekatan parametrik untuk SPI dapat menyebabkan hasil tidak konsisten, terutama pada skala besar (hingga global). Alasannya adalah bahwa di daerah tertentu, fungsi distribusi (misalnya, gamma) mungkin cocok dengan data, sementara di daerah lain, pilihan fungsi distribusi mungkin tidak cocok. Maka perlu adanya indikator kekeringan yang konsisten secara spasial dan temporal menilai kekeringan berdasarkan variabel iklim dan fungsi distribusi yang berbeda. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Farahmand dan AghaKouchak 2015, memperkenalkan SDAT (<i>Standardized Drought Analysis Toolbox</i>) sebagai skema umum indeks kekeringan standar yang non parametrik. SDAT dengan pendekatan holistik untuk pemantauan kekeringan memerlukan penyelidikan beberapa indikator (presipitasi, kelembaban tanah, limpasan, evapotranspirasi, dan sebagainya). Maka Indeks standar non parametrik yang dihasilkan berupa :</div><div style="text-align: justify;"><ul><li><i>Standardized Precipitation Index</i> (SPI)</li><li><i>Standardized Soil Moisture Index </i>(SSI)</li><li><i>Standardized Runoff Index</i> (SRI)</li><li><i>Standardized Streamflow Index</i> (SSFI)</li><li><i>Standardized Relative Humidity Index</i> (SRHI)</li><li><i>Standardised Groundwater level Index </i>(SGI)</li><li><i>Standardized Surface Water Supply Index</i> (SSWSI) dan</li><li><i>Standardized Water Storage Index</i> (SWSI) </li></ul>(HRL, 2021).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Karakteristik yang unik dari indeks tersebut adalah indeks yang konsisten secara statistik berdasarkan curah hujan (SPI), kelembaban tanah (SSI), limpasan (SRI), kelembaban relatif (SRHI), dan lain-lain. <span face="sans-serif">Metode ini dapat diterapkan pada variabel iklim dan permukaan tanah yang berbeda tanpa harus mengasumsikan keberadaan distribusi parametrik yang representatif.</span> Namun, kerangka kerja umum yang menghasilkan indeks kekeringan, konsisten secara spasial dan temporal sangat penting untuk menilai kekeringan berdasarkan berbagai unsur iklim, seringkali fungsi distribusinya berbeda. SDAT menawarkan platform dengan indeks standar univariat dan multivariat non parametrik. Maka, sangat berguna sistem informasi kekeringan yang menawarkan data berdasarkan beberapa indikator kekeringan. Kerangka kerja nonparametrik yang sama dapat digunakan untuk menurunkan indeks kekeringan multivariat nonparametrik standar yang dapat menggambarkan kekeringan berdasarkan keadaan beberapa unsur. Model kekeringan multivariat menghubungkan indikator individu ke dalam model komposit sebagai penilaian kekeringan secara keseluruhan. Pembahasan tentang indeks kekeringan berbasis non parametrik ini akan saya jelaskan pada tulisan selanjutnya.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><b>Penentuan Indeks Kekeringan SPI</b></div></div><br /><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;">Nilai indeks kekeringan SPI dapat ditentukan dengan menggunakan banyak cara dan aplikasi diantaranya :</span></div>
1. Excel<br />
2. R<br />
3. SCOPIC<br />
4. DrinC</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">5. Matlab</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">6. Python</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">7. SPI generator</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">8. MDM</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">dan lain-lain <br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /><b>1. Excel</b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Menggunakan aplikasi Microsoft Excel adalah metode yang paling mudah menentukan indeks SPI. Form excel yang paling simpel dapat didownload<a href="https://drive.google.com/file/d/1sphqjCmdPBTztGIXp9MVHXF4hevzaUpi/view?usp=sharing" target="_blank"> di sini</a>. Cara excel yang paling manual dengan menyusun dulu data curah hujan secara urut tahun dan bulanannya. </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">SPI mengukur defisit curah hujan dengan mengubah distribusi normal standar. Menurut Shatanawi et al., 2013, Microsoft Excel dapat menghitung SPI dengan 3 (tiga) langkah :</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><ul><li>Menentukan distribusi frekuensi deret curah hujan</li><li>Menyesuaikan distribusi hujan ke fungsi distribusi kumulatif (CDF) gamma</li><li>Menginversi CDF menjadi fungsi distribusi kumulatif normal untuk mendapatkan CDF Gaussian pada rata-rata nol (<i>zero mean</i>) dan varian 1. </li></ul></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-upq1TMN2tVU/YWbuLWDPrFI/AAAAAAAACas/2IEMqOyOUBsTfdewoHbrt9Uhvi0htD7kgCLcBGAsYHQ/s1366/distribusi%2BSPI.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="343" src="https://1.bp.blogspot.com/-upq1TMN2tVU/YWbuLWDPrFI/AAAAAAAACas/2IEMqOyOUBsTfdewoHbrt9Uhvi0htD7kgCLcBGAsYHQ/w609-h343/distribusi%2BSPI.png" width="609" /></a></div><br /><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Gambar 5. Distribusi kumulatif untuk menentukan SPI dengan Microsoft Excel</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Berikut link beberapa contoh pengolahan data SPI lainnya dengan Microsoft Excel dapat didownload <a href="https://www.researchgate.net/profile/Muhammadreza-Tabatabaei/post/How-calculate-standard-precipitation-index-in-excel/attachment/5b7cbc86cfe4a7fbc7611e82/AS%3A662238465626113%401534901362538/download/1Month-SPI_Jan_1979_2013.xlsx" target="_blank">di sini</a> dan <a href="https://www.researchgate.net/profile/Leandro-Sgroi/post/How-calculate-standard-precipitation-index-in-excel/attachment/5da718af3843b093838c65b3/AS%3A814619866173454%401571231919739/download/spi.xlsx" target="_blank">di sini</a></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><b style="text-align: left;">2. R</b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Menggunakan bahasa pemrograman dan sistem perangkat lunak R. Penggunaan Rstudio akan mempermudah perhitungan indeks SPI. <i>Library </i>yang paling mudah digunakan dengan menggunakan SPEI (Vicente-Serrano et al., 2010). SPEI adalah <i>package</i> R yang menjelaskan tentang SPEI (<i>Standardized Precipitation-Evapotranspiration Index</i>) dan SPI ( <i>Standardized Precipitation Index</i>). Contoh pengolahannya dengan data BMKG Stasiun Klimatologi Banjarbaru (1991-2020) sebagai berikut :</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><pre style="text-align: start;">install.packages('SPEI')
library(SPEI)
SPI3 = spi(staklim_banjarbaru$ch,scale = 3, distribution = 'Gamma')
plot(spi(ts(staklim_banjarbaru$ch, frequency = 12,start=c(1991,1)),3,
ref.start=c(1991,1), ref.end=c(2020,12)))
SPI3</pre><pre style="text-align: start;"><br /></pre><pre style="text-align: start;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-n9wF0UDECcA/YUYDaYouLsI/AAAAAAAACZk/iDiAOAuuPhoGF9APDBX6qf1jndt5lQG8gCLcBGAsYHQ/s1366/SPI%2BBanjarbaru.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="765" data-original-width="1366" height="346" src="https://1.bp.blogspot.com/-n9wF0UDECcA/YUYDaYouLsI/AAAAAAAACZk/iDiAOAuuPhoGF9APDBX6qf1jndt5lQG8gCLcBGAsYHQ/w617-h346/SPI%2BBanjarbaru.jpg" width="617" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="white-space: normal;">Gambar 6. Pengolahan data indeks SPI dengan R</span></span></div><br /></pre></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Tutorialnya juga dapat dipelajari melalui video sebagai berikut :</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"> <iframe allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/yg6XmgPdEKk" title="YouTube video player" width="560"></iframe></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> </div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> </div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <b>3. SCOPIC</b></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><b><br /></b></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><div dir="ltr" trbidi="on"><span>SCOPIC (</span><i>Seasonal Climate Outlooks in Pacific Island Countries</i><span>) adalah sistem pendukung keputusan untuk menghasilkan prediksi probabilistik untuk curah hujan, suhu atau parameter iklim lainnya. SCOPIC digunakan berbagai Lembaga Meteorologi di negara-negara kepulauan Pasifik. Software ini menggunakan metode statistika dalam prediksi probabilistik menggunakan data historis (Koesuma et al., 2020). Langkah yang dilakukan dalam aplikasi ini melalui : menyusun data sesuai format dulu (<i>Organise Data</i>), menelusuri data dan Quality Control (<i>Explore Data</i>), melihat berbagai hubungan data dengan unsur lainnya (<i>Analyse Relationships</i>), menguji skil data (<i>Test Skill</i>), penyampaian hasil (<i>Generate Report</i>) dan akhirnya analisis kekeringan dengan SPI. Aplikasi SCOPIC dapat didownload melalui situs milik Pasificmet sebagai </span><a href="https://www.pacificmet.net/products-and-services/seasonal-climate-outlooks-pacific-island-countries-scopic" target="_blank">berikut</a><span>.</span></div><div dir="ltr" trbidi="on"><br /></div></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-99imT3r94zc/YUFH-UZkoLI/AAAAAAAACZQ/6ReetJVjOKsfM57ifNEU_IS_rlyn5aDOQCLcBGAsYHQ/s768/scopic.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="366" data-original-width="768" height="295" src="https://1.bp.blogspot.com/-99imT3r94zc/YUFH-UZkoLI/AAAAAAAACZQ/6ReetJVjOKsfM57ifNEU_IS_rlyn5aDOQCLcBGAsYHQ/w619-h295/scopic.jpg" width="619" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-zzaJGNdQwDg/YHEMqj5oJoI/AAAAAAAACSs/EPEBv09pO2AX0g7Qn-B6iyCi0BCS6ozMgCLcBGAsYHQ/s1919/spi.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1000" data-original-width="1919" height="322" src="https://1.bp.blogspot.com/-zzaJGNdQwDg/YHEMqj5oJoI/AAAAAAAACSs/EPEBv09pO2AX0g7Qn-B6iyCi0BCS6ozMgCLcBGAsYHQ/w618-h322/spi.JPG" width="618" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Gambar 7. Pengolahan data indeks SPI dengan SCOPIC</div><br /><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><b style="text-align: left;">4. DrinC</b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">DrinC (<i>Drought Indices Calculator</i>) adalah aplikasi yang menyediakan antarmuka (<i>interface</i>) yang mudah untuk menghitung indeks kekeringan, sesuai dengan analisis kekeringan meteorologi, hidrologis dan pertanian. Indeks kekeringan yang ada dalam DrinC adalah : SPI, RDI (<i>Reconnaissance Drought Index</i>), SDI (<span style="background-color: white; font-family: "Open Sans"; font-size: 15px; text-align: left;"><i>Streamflow Drought Index</i>), </span><span style="font-size: 15px; text-align: left;"><span style="font-family: Open Sans;">aSPI (</span></span><span style="background-color: white; font-family: "Open Sans"; font-size: 15px;"><i>Agricultural Standardised Precipitation Index</i>), eRDI (</span><span style="background-color: white; font-family: "Open Sans"; font-size: 15px;"><i>Effective Reconnaissance Drought Index</i>) dan PD (</span><span style="background-color: white; font-family: "Open Sans"; font-size: 15px;"><i>Precipitation Deciles</i>). Indeks-indeks tersebut memerlukan data yang kecil dan mudah diinterpretrasikan maupun dioperasikan untuk berbagai keperluan (Tingkas et al., 2015). </span></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><span style="background-color: white; font-family: "Open Sans"; font-size: 15px;"><br /></span></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><span style="background-color: white; font-family: "Open Sans"; font-size: 15px;">Software ini dikembangkan oleh </span><span style="font-size: 15px; text-align: left;"><span style="font-family: Open Sans;"><i>Centre for the Assessment of Natural Hazards</i> <i>and Proactive Planning and the Laboratory of Reclamation Works and Water Resources Management of the National Technical University of Athens.</i></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-eNcKCr2T9l4/YUCh-JOOR4I/AAAAAAAACZI/DKblS1sTNHYQwac3nGnWNrIeT0T2bwUOwCLcBGAsYHQ/s1170/drinc.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="494" data-original-width="1170" height="259" src="https://1.bp.blogspot.com/-eNcKCr2T9l4/YUCh-JOOR4I/AAAAAAAACZI/DKblS1sTNHYQwac3nGnWNrIeT0T2bwUOwCLcBGAsYHQ/w614-h259/drinc.png" width="614" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Gambar 8. Menu dan tampilan awal aplikasi DrinC </div><br /><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Menggunakan aplikasi DrinC yang dapat didownload melalui situs DrinC sebagai <a href="https://drought-software.com/download/" target="_blank">berikut.</a> Diagram alir aplikasi DrinC dapat dilihat pada skema berikut ini :</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-TC3k6ck-UUc/YUs2uoYQ_lI/AAAAAAAACZs/JRGQBgHvQi48GFPwp5C8X62a74gPGjuKgCLcBGAsYHQ/s483/flowchart%2BDrinC.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="483" data-original-width="458" height="478" src="https://1.bp.blogspot.com/-TC3k6ck-UUc/YUs2uoYQ_lI/AAAAAAAACZs/JRGQBgHvQi48GFPwp5C8X62a74gPGjuKgCLcBGAsYHQ/w452-h478/flowchart%2BDrinC.JPG" width="452" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Gambar 9. Diagram alir aplikasi DrinC</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Pengolahan data hujan bulanan excel yang telah disesuaikan dengan format yang diinginkan oleh aplikasi DrinC, di dalam contoh sebagai berikut :</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><iframe allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/9KYOw53DGhs" title="YouTube video player" width="560"></iframe></div><br /><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><span style="background-color: white; font-family: "Open Sans"; font-size: 15px;">Nilai SPI dapat dihitung dengan aplikasi DrinC, perhitungan indeks kekeringan berdasarkan distribusi gamma (Koem dan Rusiyah, 2018). </span><span style="text-align: left;">Tata cara merunning aplikasinya dapat dipelajari melalui tayangan berikut :</span></div><div><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><iframe allow="accelerometer; autoplay; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/IxGgzkB2eQI" width="560"></iframe></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b>5. Matlab</b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> </div><div style="text-align: justify;" trbidi="on">Apabila menggunakan Matlab dapat menggunakan beberapa paket. Contoh script Matlab yang menggambarkan cara pengolahan SPI yang menggunakan distribusi gamma dapat ditemukan pada link <a href="https://www.mathworks.com/matlabcentral/fileexchange/26018-standardized-precipitation-index#functions_tab" target="_blank">berikut ini </a> Sedangkan c<span style="text-align: left;">ontoh script Matlab yang menggambarkan cara pengolahan SPI yang menggunakan distribusi non parametrik dapat ditemukan pada link</span><span style="text-align: left;"> </span><a href="https://de.mathworks.com/matlabcentral/fileexchange/51080-nonparametric-standardized-precipitation-index-spi" style="text-align: left;" target="_blank">berikut ini</a>.</div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><span style="background-color: white; font-family: "Open Sans"; font-size: 15px;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-3LTT0k89ZT0/YSuYkAoGDkI/AAAAAAAACYY/cGEKB-JN7VkTL2NkQr5GoCTU9g1nw8LjACLcBGAsYHQ/s986/spi%2Bgamma%2Bmatlab.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="481" data-original-width="986" height="295" src="https://1.bp.blogspot.com/-3LTT0k89ZT0/YSuYkAoGDkI/AAAAAAAACYY/cGEKB-JN7VkTL2NkQr5GoCTU9g1nw8LjACLcBGAsYHQ/w604-h295/spi%2Bgamma%2Bmatlab.JPG" width="604" /></a></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-dztHFxAeXrk/YSubLdcqwiI/AAAAAAAACYg/fbKZpk-n7OYP_eq3hQRI32u_ghClu2YOwCLcBGAsYHQ/s992/spi%2Bnon%2Bparametrik.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="559" data-original-width="992" height="336" src="https://1.bp.blogspot.com/-dztHFxAeXrk/YSubLdcqwiI/AAAAAAAACYg/fbKZpk-n7OYP_eq3hQRI32u_ghClu2YOwCLcBGAsYHQ/w597-h336/spi%2Bnon%2Bparametrik.JPG" width="597" /></a></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> Gambar 10. SPI distribusi gamma dan non parametrik menggunakan Matlab<b><br /></b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b>6. Python</b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> </div><div style="text-align: justify;" trbidi="on">Menjalankan Python dengan berbagai indeks iklim (dengan <i>climate-indices </i>misalnya sekarang sudah<i> climate-indices 1.0.9</i>). Indeks iklim yang dapat dijalankan antara lain Palmers (PDSI, scPDSI, PHDI dan Z-Index), SPI, SPEI, PET dan PNP. Aplikasi dapat didownload dan disalin dari Informasi lebih lanjut yang bisa didapatkan melalui Indeks iklim/ kekeringan yaitu:</div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><ul><li>SPI, baik yang menggunakan distribusi Gamma ataupun Pearson Tipe III</li><li>SPEI, baik yang menggunakan distribusi Gamma ataupun Pearson Tipe III</li><li>PET, evapotranspirasi potensial menggunakan persamaan Thornwaite dan Hargreaves</li><li>PDSI atau indeks kekeringan Palmer<br /></li><li>scPDSI atau Self-calibrated PDSI</li><li>PHDI (<i>Palmer Hydrological Drought Index</i>) </li><li>Z-Index, indeks anomali kelembaban Palmer/ <i>Palmer moisture anomaly index</i></li><li>PMDI, indeks modifikasi kekeringan Palmer/ <i>Palmer Modified Drought Index</i></li><li>PNP, persentase hujan normal/ <i> Percentage of Normal Precipitation</i></li></ul>Contoh untuk pengolahan data SPI bulanan bersumber data netcdf dapat diperoleh pada <a href="https://pypi.org/project/climate-indices/" target="_blank">link berikut</a></div><div style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div style="text-align: left;" trbidi="on"><span><span class="pre" style="color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; hyphens: none; letter-spacing: 0.133px;">$</span><span style="background-color: #f2f2f2; color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; letter-spacing: 0.133px;"> </span><span class="pre" style="color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; hyphens: none; letter-spacing: 0.133px;">process_climate_indices</span><span style="background-color: #f2f2f2; color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; letter-spacing: 0.133px;"> </span><span class="pre" style="color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; hyphens: none; letter-spacing: 0.133px;">--index</span><span style="background-color: #f2f2f2; color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; letter-spacing: 0.133px;"> </span><span class="pre" style="color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; hyphens: none; letter-spacing: 0.133px;">spi</span><span style="background-color: #f2f2f2; color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; letter-spacing: 0.133px;"> </span><span class="pre" style="color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; hyphens: none; letter-spacing: 0.133px;">--periodicity</span><span style="background-color: #f2f2f2; color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; letter-spacing: 0.133px;"> </span><span class="pre" style="color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; hyphens: none; letter-spacing: 0.133px;">monthly</span><span style="background-color: #f2f2f2; color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; letter-spacing: 0.133px;"> </span><span class="pre" style="color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; hyphens: none; letter-spacing: 0.133px;">--netcdf_precip</span><span style="background-color: #f2f2f2; color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; letter-spacing: 0.133px;"> </span><span class="pre" style="color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; hyphens: none; letter-spacing: 0.133px;">/data/nclimgrid_lowres_prcp.nc</span><span style="background-color: #f2f2f2; color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; letter-spacing: 0.133px;"> </span><span class="pre" style="color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; hyphens: none; letter-spacing: 0.133px;">--var_name_precip</span><span style="background-color: #f2f2f2; color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; letter-spacing: 0.133px;"> </span><span class="pre" style="color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; hyphens: none; letter-spacing: 0.133px;">prcp</span><span style="background-color: #f2f2f2; color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; letter-spacing: 0.133px;"> </span><span class="pre" style="color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; hyphens: none; letter-spacing: 0.133px;">--output_file_base</span><span style="background-color: #f2f2f2; color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; letter-spacing: 0.133px;"> </span><span class="pre" style="color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; hyphens: none; letter-spacing: 0.133px;"><out_dir>/nclimgrid_lowres</span><span style="background-color: #f2f2f2; color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; letter-spacing: 0.133px;"> </span><span class="pre" style="color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; hyphens: none; letter-spacing: 0.133px;">--scales</span><span style="background-color: #f2f2f2; color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; letter-spacing: 0.133px;"> </span><span class="pre" style="color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; hyphens: none; letter-spacing: 0.133px;">6</span><span style="background-color: #f2f2f2; color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; letter-spacing: 0.133px;"> </span><span class="pre" style="color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; hyphens: none; letter-spacing: 0.133px;">12</span><span style="background-color: #f2f2f2; color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; letter-spacing: 0.133px;"> </span><span class="pre" style="color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; hyphens: none; letter-spacing: 0.133px;">--calibration_start_year</span><span style="background-color: #f2f2f2; color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; letter-spacing: 0.133px;"> </span><span class="pre" style="color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; hyphens: none; letter-spacing: 0.133px;">1981</span><span style="background-color: #f2f2f2; color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; letter-spacing: 0.133px;"> </span><span class="pre" style="color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; hyphens: none; letter-spacing: 0.133px;">--calibration_end_year</span><span style="background-color: #f2f2f2; color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; letter-spacing: 0.133px;"> </span><span class="pre" style="color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; hyphens: none; letter-spacing: 0.133px;">2020</span><span style="background-color: #f2f2f2; color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; letter-spacing: 0.133px;"> </span><span class="pre" style="color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; hyphens: none; letter-spacing: 0.133px;">--multiprocessing</span><span style="background-color: #f2f2f2; color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; letter-spacing: 0.133px;"> </span><span class="pre" style="color: #333333; font-family: Consolas, "Deja Vu Sans Mono", "Bitstream Vera Sans Mono", monospace; font-size: 13.3px; hyphens: none; letter-spacing: 0.133px;">all</span></span></div><div style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div style="text-align: left;" trbidi="on"><span id="pip-command"> </span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><iframe allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/zYT5VpQWJAQ" title="YouTube video player" width="560"></iframe></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <iframe allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/WMF45KQiQAM" width="560"></iframe> </div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Penjelasan lebih lanjut tentang penggunaan <i>climate-indices</i> ada <a href="https://readthedocs.org/projects/climate-indices/downloads/pdf/latest/" target="_blank">di sini</a></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> </div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">7. SPI generator </div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">SPI generator adalah aplikasi yang dikembangkan oleh NDMC (National Drought Mitigation Centre). Aplikasi SPI generator dapat menjalankan nilai curah hujan yang diproyeksikan dalam grid (selain data dari titik pos hujan) untuk periode waktu yang anda pilih. Program memperlakukan data grid sebagai data stasiun. Aplikasi bisa didapatkan <a href="https://drought.unl.edu/404error.aspx?aspxerrorpath=/droughtmonitoring/SPI/SPIProgram.aspx" target="_blank">di sini</a>. Penjelasannya <a href="https://www.droughtmanagement.info/standardized-precipitation-index-spi/" target="_blank">di sini</a> <br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">(<a href="https://drought.unl.edu/droughtmonitoring/SPI/SPIProgram.aspx">https://drought.unl.edu/droughtmonitoring/SPI/SPIProgram.aspx</a>)</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-PgA7gjcmfBU/YFsZcqMfRAI/AAAAAAAACSY/4iS1OL9wgXQZSA5lJh0q8GqrElml35TjgCLcBGAsYHQ/s624/spi%2Bgenerator.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="478" data-original-width="624" src="https://1.bp.blogspot.com/-PgA7gjcmfBU/YFsZcqMfRAI/AAAAAAAACSY/4iS1OL9wgXQZSA5lJh0q8GqrElml35TjgCLcBGAsYHQ/s320/spi%2Bgenerator.JPG" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Gambar 11. Tampilan SPI Generator</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Berikut adalah contoh pengolahan SPI dengan aplikasi SPI Generator dengan basis data hujan dari satelit :</div><br /><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><iframe allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/6D_voLnoX8s" title="YouTube video player" width="560"></iframe></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> </div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> </div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">8. MDM</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">MDM (<i>Meteorological Drought Monitoring</i>) adalah aplikasi yang dikembangkan oleh website <a href="https://agrimetsoft.com/">https://agrimetsoft.com/</a> atau AgriMetSoft (<i>Agricultural and meteorological software</i>) untuk menghitung 8 macam indeks kekeringan berdasarkan curah hujan. 8 indeks tersebut adalah SPI (<i>Standardized Precipitation Index</i>), PNI (<i>Percent of Normal Index</i>), DI (<i>Deciles index</i>), EDI (<i>Effective drought index</i>), CZI (<i>China-Z index</i>), MCZI (<i>Modified CZI</i>), RAI (<i>Rainfall Anomaly Index</i>) dan ZSI (<i>Z-score Index</i>) (Salehnia et al., 2017).</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Aplikasi MDM mendapatkan data dapat melalui data observasi (terutama dari data sinoptik) dan juga data dari AgMERRA yang meliputi database hujan harian dari Timur Tengah. Untuk mendapatkan aplikasi MDM sebaiknya menghubungi langsung kepada server website tersebut.</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-VzT-zblVMsI/YWb3Y1AElLI/AAAAAAAACbE/jqivKAfhXxgxvFIVunLqm8Nmmf25C6D4gCLcBGAsYHQ/s738/mdm.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="555" data-original-width="738" height="301" src="https://1.bp.blogspot.com/-VzT-zblVMsI/YWb3Y1AElLI/AAAAAAAACbE/jqivKAfhXxgxvFIVunLqm8Nmmf25C6D4gCLcBGAsYHQ/w400-h301/mdm.png" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Gambar 12. Tampilan aplikasi MDM </div><br /><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Contoh pengolahannya dapat dilihat di video berikut ini :</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <iframe allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/LwQBZ7nx9OY" width="560"></iframe><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b>Daftar Pustaka</b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b><br /></b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b>Web</b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="https://agrimetsoft.com/mdm">https://agrimetsoft.com/mdm</a> diakses 23 Oktober 2021</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div dir="ltr" trbidi="on"><a href="http://amir.eng.uci.edu/sdat.php">http://amir.eng.uci.edu/sdat.php</a> diakses 23 Oktober 2021</div><div dir="ltr" trbidi="on"><br /></div></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="https://climatedataguide.ucar.edu/climate-data/standardized-precipitation-index-spi">https://climatedataguide.ucar.edu/climate-data/standardized-precipitation-index-spi</a> diakses 10 Oktober 2021.</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="https://drought-software.com/overview">https://drought-software.com/overview</a> diakses 19 September 2021</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="https://drought.unl.edu/droughtmonitoring/SPI/SPIProgram.aspx">https://drought.unl.edu/droughtmonitoring/SPI/SPIProgram.aspx</a> diakses 1 Oktober 2021</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="https://www.drought.gov/data-maps-tools/climate-and-drought-indices-python-spi-spei-pet">https://www.drought.gov/data-maps-tools/climate-and-drought-indices-python-spi-spei-pet</a> diakses 10 Oktober 2021</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="https://ds.data.jma.go.jp/gmd/tcc/tcc/products/climate/climatview/spi_commentary.html">https://ds.data.jma.go.jp/gmd/tcc/tcc/products/climate/climatview/spi_commentary.html</a> diakses 24 Oktober 2021</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div dir="ltr" trbidi="on"><a href="https://github.com/sbegueria/SPEI">https://github.com/sbegueria/SPEI</a> diakses 20 Oktober 2021</div><div dir="ltr" trbidi="on"><br /></div></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div dir="ltr" trbidi="on"><a href="https://gmao.gsfc.nasa.gov/research/subseasonal/atlas/SPI-html/SPI-description.html">https://gmao.gsfc.nasa.gov/research/subseasonal/atlas/SPI-html/SPI-description.html</a> diakses 19 Oktober 2021</div><div dir="ltr" trbidi="on"><br /></div></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">HRL (2021). Standardized Drought Analysis Toolbox (SDAT) <a href="https://www.mathworks.com/matlabcentral/fileexchange/51081-standardized-drought-analysis-toolbox-sdat/">https://www.mathworks.com/matlabcentral/fileexchange/51081-standardized-drought-analysis-toolbox-sdat/</a>, MATLAB Central File Exchange. Retrieved September 16, 2021.</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div dir="ltr" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" trbidi="on"><a href="https://www.pacificmet.net/products-and-services/seasonal-climate-outlooks-pacific-island-countries-scopic/">https://www.pacificmet.net/products-and-services/seasonal-climate-outlooks-pacific-island-countries-scopic/</a> diakses 10 Oktober 2021</div></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="https://readthedocs.org/projects/climate-indices/downloads/pdf/latest/">https://readthedocs.org/projects/climate-indices/downloads/pdf/latest/</a> diakses 15 Oktober 2021</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="https://pypi.org/project/climate-indices/">https://pypi.org/project/climate-indices/</a> diakses 22 Oktober 2021</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b>Video</b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b><br /></b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="https://www.youtube.com/watch?v=IxGgzkB2eQI&t=9s">https://www.youtube.com/watch?v=IxGgzkB2eQI&t=9s</a></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b><br /></b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="https://www.youtube.com/watch?v=yg6XmgPdEKk&t=4s">https://www.youtube.com/watch?v=yg6XmgPdEKk&t=4s</a></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b><br /></b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="https://www.youtube.com/watch?v=WMF45KQiQAM">https://www.youtube.com/watch?v=WMF45KQiQAM</a></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b><br /></b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="https://www.youtube.com/watch?v=6D_voLnoX8s">https://www.youtube.com/watch?v=6D_voLnoX8s</a></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="https://www.youtube.com/watch?v=LwQBZ7nx9OY">https://www.youtube.com/watch?v=LwQBZ7nx9OY</a></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="https://www.youtube.com/watch?v=9KYOw53DGhs&t=13s">https://www.youtube.com/watch?v=9KYOw53DGhs&t=13s</a></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b>Jurnal dan Buku</b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b><br /></b></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Adhyani NL, June T, Sopaheluwakan A. 2017. Exposure to drought: duration, severity and intensity (Java, Bali and Nusa Tenggara).IOP Conference Series Earth and Environmental Science 58(1):012040</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Eslamian S, Ali-Askari KO, Singh V , Dalezios NR, Ghane M, Yihdego Y, Matouq M. 2017. A review of drought indices. Int. J. Constr. Res. Civil (IJCRCE) 3(4): 48-66.</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Farahmand A, AghaKouchak A. 2015. A generalized framework for deriving nonparametric standardized drought indicators. Advances in Water Resources 76 : 140-145</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="text-align: justify;">Guenang G, Kamga F. 2014. Computation of the Standardized Precipitation Index (SPI) and its use to assess drought occurrences in Cameroon over recent decades. Journal of Applied Meteorology and Climatology (53) 2310-2324.</span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="text-align: justify;"><br /></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div>Guttman NB. 1999. Accepting the standardized precipitation index: A calculation algorithm. J. Amer. Water Resour. Assoc., 35, 311–322, doi:10.1111/j.1752-1688.1999.tb03592.x.</div><div><br /></div></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Hayes MM, Svoboda, NW, Widhalm, M. 2011. The Lincoln Declaration on Drought Indices: universal Meteorological Drought Index. Bulletin of the American Meteorological, 92, 485-488.</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div dir="ltr" trbidi="on">http://dx.doi.org/10.1175/2010BAMS3103.1</div><div dir="ltr" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" trbidi="on">Koem S, Rusiyah. 2018. Karakteristik spatiotemporal kekeringan meteorologi di Kabupaten Gorontalo tahun 1981-2016. J. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 8(3): 355-364</div><div dir="ltr" trbidi="on"><br /></div></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Koesuma S, Kusuma DA, Harmoko IW. 2021. Mitigation strategic of drought in Central Java Indonesia during Covid-19 pandemic. J. Phys.: Conf. Ser. 1825 012024<br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Kwon, Minsung; Sung, Jang H. 2019. Changes in future drought with HadGEM2-AO projections. Water 11(2) 312</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Mallenahalli NK. 2020. Comparison of parametric and nonparametric standardized precipitation index for detecting meteorological drought over the Indian region. Theoretical and Applied Climatology.</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><div><br /></div></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><div dir="ltr" trbidi="on">McKee TB, Doesken NJ, Kleist, J.1993. The relationship of drought frequency and duration to time scales. 8th Conference on Applied Climatology, Anaheim, 17-22 January 1993, 179-184.</div><div dir="ltr" trbidi="on"><br /></div></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Salehnia N, Alizadeh A, Sanaeinejad H, M. Bannayan, A. Zarrin, G. Hoogenboom. 2017. Estimation of meteorological drought indices based on AgMERRA precipitation data and station-observed precipitation data. Journal of Arid Land (9) : 797-809.</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> </div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Shatanawi K, Rahbeh M, Shatanawi M. 2013. Characterizing, monitoring and forecasting of drought in Jordan River Basin. Journal of Water Resource and Protection 5(12) : 1193-1202.<br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Surmaini E, Susanti E, Sarvina Y, Syahputra MR. 2018. Pengembangan metode deteksi dini kekeringan dan banjir untuk tanaman padi. Agromet 32(2): 81-92.</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> </div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span><em></em></span>Svoboda M, Fuchs BA. 2016. World Meteorological Organization (WMO) and Global Water Partnership (GWP)- Handbook of drought indicators and indices. Integrated Drought Management Programme (IDMP), Integrated Drought Management Tools and Guidelines Series 2. Geneva. </div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="text-align: justify;">Tigkas D, Vangelis H, Tsakiris G. 2015. DrinC: a software for drought analysis based on drought indices. Earth Science Informatics. 8(3):697-709.</span></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><span face="sans-serif" style="text-align: left;"><br /></span></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><span face="sans-serif" style="text-align: left;">Vicente-Serrano SM, Beguería S, López-Moreno JI. 2010. A multi-scalar drought index sensitive to global warming: The Standardized Precipitation Evapotranspiration Index - SPEI. </span><span face="sans-serif" style="text-align: left;">Journal of Climate</span><span face="sans-serif" style="text-align: left;"> </span><span face="sans-serif" style="text-align: left;">23</span><span face="sans-serif" style="text-align: left;">: 1696, DOI: 10.1175/2009JCLI2909.1</span></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><span face="sans-serif" style="text-align: left;"><br /></span></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Wanisakdiah S, Sutikno S, Handayani YL. 2017. Analisis indeks kekeringan meteorologis lahan gambut di Pulau Tebing Tinggi Provinsi Riau menggunakan data satelit Tropical Rainfall Measuring Mission (TRMM). Jom F Teknik .4(2): 1-9.<br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Wilks, DS. 2006. Statistical methods in the atmospheric sciences. 2nd Edition, Academic Press, London.</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">World Meteorological Organization, 2012: Standardized Precipitation Index User Guide (WMO-No.1090), Geneva.</div></div> <br />ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com2Banjarbaru, Kota Banjar Baru, Kalimantan Selatan, Indonesia-3.4572422 114.8103181-36.547036732359651 79.654068100000018 29.632552332359648 149.9665681tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-169918974640685942020-04-29T21:47:00.002+08:002023-10-29T12:27:07.148+08:00PERINGATAN DINI PENYAKIT DBD BERDASARKAN TINJAUAN IKLIM <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-P3eP4DVvnKA/Xj_j0x5tI-I/AAAAAAAACIc/ikgVDT_WHfUnLtUJ948aikW48c3DB68XACLcBGAsYHQ/s1600/SIKLUS-NYAMUK.jpg.webp" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="414" data-original-width="518" height="255" src="https://1.bp.blogspot.com/-P3eP4DVvnKA/Xj_j0x5tI-I/AAAAAAAACIc/ikgVDT_WHfUnLtUJ948aikW48c3DB68XACLcBGAsYHQ/s320/SIKLUS-NYAMUK.jpg.webp" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: center;">Gambar 1. Fase kehidupan nyamuk </span><i>Aedes aegypti</i><span> </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">
Salah satu yang diwaspadai pada saat musim hujan adalah kejadian penyakit menular. Salah satu penyakit menular yang patut diwaspadai saat musim hujan adalah DBD (Demam Berdarah Dengue). DBD banyak ditemukan di daerah tropis dan sub tropis. Kasus penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue masih terbilang tinggi. Di lintasan garis khatulistiwa, Indonesia tak lepas dari dampak penyakit tropis. Sejumlah penyakit tropis yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk seperti DBD terus menjadi momok di Nusantara, khususnya wilayah perkotaan. Penduduk perkotaan lebih rentan terkena virus dengue yang ditularkan oleh vektor berupa nyamuk <i>Aedes aegypti</i>. Penduduk urban tinggal di lingkungan pemukiman yang memiliki tingkat densitas tinggi. World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara tahun 1968-2009. Di Indonesia, kasus DBD pertama kali ditemukan di Surabaya dan Jakarta pada tahun 1968. Sejak itu, DBD berkembang menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan semakin bertambahnya jumlah provinsi dan kabupaten/kota (kab/kota) terjangkit DBD (Mamenun et al., 2021).</div><span><a name='more'></a></span><div style="text-align: justify;">Penyakit yang ditularkan melalui nyamuk seperti demam berdarah (DBD), malaria dan demam kuning berhubungan dengan kondisi iklim yang hangat. Sebaliknya influensa berhubungan dengan kondisi cuaca yang dingin (Sintorini, 2007). Nyamuk <i>Aedes aegypti</i> memiliki pola hidup di daerah panas sehingga lebih berkembang di daerah perkotaan dibandingkan dengan pedesaan. Diduga karena peningkatan pemanasan secara global di daerah pegunungan yang mulai meningkat suhunya pun memberikan ekosistem nyamuk yang baru (Ariati dan Anwar, 2014). Diduga Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD yang terjadi di Indonesia berkaitan dengan pola iklim di Asia Tenggara. Penyebaran virus diprakirakan mengalami peningkatan saat peralihan musim ini yang ditandai dengan curah hujan dan suhu udara yang tinggi (Burke et al., 2001). Iklim dapat berpengaruh terhadap pola penyakit infeksi karena agen penyakit baik virus, bakteri atau parasit, dan vektor bersifat sensitif terhadap suhu, kelembaban, dan kondisi lingkungan ambien lainnya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Nyamuk <i>Aedes aegypti</i> tersebar luas di dunia, terutama di daerah yang terletak di antara 40°LU dan 40° LS dengan suhu udara antara 8<span face="arial, sans-serif">°</span>C - 37<span face="arial, sans-serif">°</span>C (Soedarta 1990). <i>Aedes aegyti</i> berasal dari Afrika dan telah menyebar ke berbagai penjuru dunia dengan mengikuti mobilitas manusia melalui kapal, kereta, pesawat ataupun mobil. Habitat utamanya yaitu di daerah tropik dan subtropik bersama dengan manusia dan setiap tahunnya dapat bermigrasi mengikuti pergerakan manusia.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Iklim berperan dalam memberikan lingkungan yang kondusif untuk nyamuk berkembang, sehingga iklim menjadi faktor sangat penting terutama di awal masa perkembangan nyamuk. Telur biasanya diletakkan dalam air atau di dekat air, baik itu air hujan, air kolam atau berbagai benda yang dapat menjadi tempat penampung air terutama air hujan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div>
Peningkatan curah hujan akan meningkatkan kelembaban dan temperatur. Hal ini akan mendukung seluruh aktivitas nyamuk termasuk memperpanjang umur dan bereproduksi. Vektor <i>Aedes aegypti</i> akan berkembang secara optimum pada temperatur 20–28 derajat Celcius. Umur nyamuk yang lebih panjang akan meningkatkan peluang bagi virus dengue untuk menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsiknya. Indonesia, sebagai negara tropis dengan suhu udara 16–32 derajat Celcius dan kelembaban relatif 60–80 persen merupakan ruang yang ideal untuk mendukung perkembangbiakan nyamuk <i>Aedes aegypti</i>. Nyamuk penyebar DBD ini kondisi kehidupannya sangat erat tergantung pada unsur iklim.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
</div>
<div>
<div>
Informasi iklim dapat digunakan sebagai model prediksi. Model prediksi DBD berdasarkan informasi iklim digunakan sebagai bahan untuk sistem peringatan dini yang bermanfaat untuk mengembangkan strategi untuk mengantisipasi dan mengendalikan penyakit tersebut; khususnya yang ada di Indonesia. Sejumlah alasan untuk ini adalah, antara lain: (1) Ada pengamatan iklim stasiun, terutama untuk curah hujan, di setiap kota / kabupaten (2) memiliki pengamatan Iklim telah dilakukan secara rutin dan institusional, dan (3) Iklim menentukan perkembangan tempat, kegiatan vektor dan patogen (virus) sehingga kejadian DBD membutuhkan pre kondisi iklim.</div><div><br /></div><div>Telah banyak penelitian yang mencoba menjelaskan hubungan antara informasi iklim dan sebaran penyakit DBD. Menurut Sasmito et al., (2006) kejadian penyakit DBD
di Indonesia mengikuti pola penerimaan curah hujan, yaitu terjadi antara awal hingga akhir
musim hujan. Hidayati et al., (2008) menjelaskan sebaran daerah rentan DBD menurut keadaan iklim. Kepadatan penduduk dan pola iklim mempengaruhi tingkat endemik di suatu Kota/Kabupaten. Resiko terjadinya tingkat endemik berat terjadi pada kota padat penduduk, hujan tahunannya relatif besar (lebih dari 1000 mm) tetapi memiliki bulan dengan curah hujan kurang dari 60 mm. Ariati dan Anwar (2014) menunjukkan bahwa ada hubungan antara curah hujan dengan kejadian DBD. Saat kurun waktu tertentu terlihat kejadian DBD meningkat namun curah hujan relatif tak terlalu tinggi dan juga sebaliknya. Ada 4 faktor iklim yang mempengaruhi kejadian DBD yaitu : curah hujan, suhu udara dan kelembapan udara, 2 bulan sebelumnya (lag-2) serta kejadian DBD 1 bulan sebelumnya di Kota Bogor. Mamenun et al., (2021) menjelaskan tentang tinjauan sistematis literatur review tentang sejarah, arah penelitian tentang DBD dan iklim di Indonesia, adanya perbedaan yang jauh perkembangan penelitian iklim tentang DBD di Indonesia dan secara global.</div><div><br /></div><div>Perkembangan nyamuk Aedes aegypti dipengaruhi oleh faktor iklim, kondisi lingkungan, kepadatan penduduk, sosial-ekonomi dan aktivitas manusia yang berhubungan dengan penyebaran DBD. Dari penelitian-penelitian menjelaskan eratnya hubungan iklim dan peningkatan/sebaran penyakit DBD. Maka dirasakan perlu mengembangkan peringatan dini DBD berbasiskan iklim.</div><div><br /></div><div><b>Peringatan Dini DBD oleh BMKG</b></div></div></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div>
BMKG bekerja sama bersama Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan ITB telah mengembangkan web peringatan dini DBD dengan prediksi angka insiden DBD (per 100.000 penduduk) hingga tiga bulan ke depan dan prediksi kelembaban udara (RH) tersedia hingga lima bulan ke depan. Peringatan dini DBD berbasis iklim ini dapat diakses di <i><a href="http://dbd.bmkg.go.id/">http://dbd.bmkg.go.id</a>.</i></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Peta prediksi kelembaban udara (relative humidity, RH) menunjukkan probabilitas kesesuaian RH untuk vektor DBD. Semakin tinggi probabilitas maka semakin tinggi kemungkinan RH mendukung pertumbuhan nyamuk <i>Aedes aegepty</i> yang kemudian berakibat pada meningkatnya penduduk yang terjangkit DBD. Angka yang ditampilkan di peta menunjukkan nilai rata-rata model prediksi RH.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Informasi cepat mengenai prediksi kejadian DBD ini disampaikan agar dapat diambil langkah-langkah antisipasi sedini mungkin oleh pihak-pihak terkait. Dalam penelitian ini, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bersama dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerjasama untuk melakukan pengembangan model peringatan dini penyebaran penyakit demam berdarah berbasis iklim.</div>
<div>
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiELavZkxNIMfLn-rAdV7KT6-PbBUZ5-EhaxjDAsI4uDzWQP8MiggoOrect1T_EztBBmqlXGCWDs-atY3YBRJz0Q1bXpxmNIQ6llTNKFdoNxfKqmNJPPk53qXW9l-Bk5qLmlvbn0It47s2N0E_rKCT_YHDlRKvYTd3qhTFHSMrPXQIjwhs_bN9REsxa/s794/RH_0922.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="491" data-original-width="794" height="248" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiELavZkxNIMfLn-rAdV7KT6-PbBUZ5-EhaxjDAsI4uDzWQP8MiggoOrect1T_EztBBmqlXGCWDs-atY3YBRJz0Q1bXpxmNIQ6llTNKFdoNxfKqmNJPPk53qXW9l-Bk5qLmlvbn0It47s2N0E_rKCT_YHDlRKvYTd3qhTFHSMrPXQIjwhs_bN9REsxa/w400-h248/RH_0922.png" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Gambar 2. Peta Prediksi Kecocokan Iklim untuk DBD</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrL3hQ9IN6hdKoIhfgPMpuxT00rEe3YZ-MZBfKTtPezjfGt1TkwAb9_8x0cC8kMam7z9s5UZyUTnpVSO112GcOmvMfimZzO46Z1_tFvIL10QRgw2sifAz3bEL5z958kCd1CE9cuU1qzoLLxS8OcR7IjFr4pHrm9jQmPc859ptdq7n9rg5sRY5Q_CQx/s794/IR_0922.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="491" data-original-width="794" height="248" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrL3hQ9IN6hdKoIhfgPMpuxT00rEe3YZ-MZBfKTtPezjfGt1TkwAb9_8x0cC8kMam7z9s5UZyUTnpVSO112GcOmvMfimZzO46Z1_tFvIL10QRgw2sifAz3bEL5z958kCd1CE9cuU1qzoLLxS8OcR7IjFr4pHrm9jQmPc859ptdq7n9rg5sRY5Q_CQx/w400-h248/IR_0922.png" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;">Gambar 3. Peta Prediksi Angka Insiden (AI) DBD</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Peringatan dini DBD berbasis iklim ditujukan untuk diperolehnya informasi peringatan DBD sedini mungkin yang didasarkan pada parameter iklim (kelembaban udara) dan jumlah kasus DBD. Selanjutnya langkah-langkah antisipasi dapat segera diambil oleh pihak terkait terutama Dinas Kesehatan dan jajarannya untuk mencegah semakin bertambahnya masyarakat yang terjangkit. Peringatan dini DBD ini menghasilkan informasi prediksi angka insiden/AI yaitu jumlah kasus DBD per 100.000 penduduk untuk tiga bulan ke depan.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Keluaran informasi peringatan dini DBD berbasis iklim ini dibagi menjadi
tiga kategori (Gambar 3) yaitu kategori aman (AI kurang dari 3) warna hijau, katagori
waspada (AI antara 3 dan 10) warna kuning dan katagori awas (AI lebih dari 10) warna merah. Tiap katagori akan sangat berguna bagi instansi
kesehatan setempat dalam mengambil keputusan.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Video berikut ini menjelaskan tentang profil peringatan dini DBD BMKG yang telah berjalan di DKI Jakarta.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;"><iframe allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/-yZJfA-BjlU" title="YouTube video player" width="560"></iframe></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<b>Agama menjawab persoalan DBD </b></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Lingkungan tempat kita berinteraksi, beragam aktivitas
dijalankan. Lingkungan ini tidak bersih dengan sendirinya. Sesibuk apapun, perlu meluangkan waktu untuk melihat lingkungan kita. Perlu kesiapan lingkungan menyambut
musim hujan di lingkungan masing-masing.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
Menurut M. Quraish
Shihab (di dalam Tafsir al-Mishbah), Al Quran telah memberikan
isyarat tentang alam dan lingkungan dalam konteks kependidikan, menjadikan lingkungan sebagai objek atau bahan belajar yang dapat mendorong perilaku positif untuk menyikapi alam
dan lingkungan sebagai bahan bacaan dan objek belajar. <br />
<br />
Lingkungan sebagai proses pembelajaran manusia yang telah diberikan amanah untuk menjaga, merawat, dan melestarikannya. Konsep ini
bila diterapkan akan memberikan dampak positif terhadap kehidupan di
dalamnya. Tetapi, bila diacuhkan, akan ada hal yang dapat membahayakan kehidupan manusia.<br />
<br />
Munculnya berbagai persoalan di bidang kesehatan saat ini di
tengah-tengah masyarakat menunjukkan belum sepenuhnya pengamalan
nilai-nilai ajaran dan pemikiran Islam di masyarakat. Maka menjadi tantangan sendiri, dan keadaan ini karena belum
sejalan dengan pokok ajaran dan pemikiran Islam. Ajaran Islam banyak
terkait dan relevan dengan keilmuan di bidang kesehatan dan nilai-nilai
kesehatan yang bersifat universal. Solusinya mulai dari kembali memantapkan nilai-nilai agama dalam
kehidupan. Panduan bagi manusia untuk hidup dan lingkungannya dan akan
sejalan dengan yang dialami oleh masyarakat. <br />
<br />
Mari kita mulai kembali, meramaikan kegiatan keagamaan di lingkungan masing-masing. Seperti
apa yang dikatakan Rasulullah SAW, menanam pohon pun akan menuai sedekah.
Apalagi bila kerja bakti, tentu juga akan mendapatkan pahala. <br />
<br />
Bahan Bacaan :</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Web :<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
http://news.unair.ac.id/2017/07/08/iklim-dan-cuaca-mempengaruhi-penularan-virus-dengue/ diakses 29 Januari 2020</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
https://www.bmkg.go.id/berita/?p=informasi-peringatan-dini-dbd-berbasis-iklim&lang=ID&tag=berita-utama diakses 29 Januari 2020 </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Jurnal :</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Ariati J., Anwar, A. 2014. Model Prediksi Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Berdasarkan Faktor Iklim di Kota Bogor, Jawa Barat. Buletin Penelitian Kesehatan, 42(4): 249-256.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div>
<div>
<div style="background-color: white; color: transparent; cursor: text; font-family: sans-serif; font-size: 18.4167px; left: 590.8px; margin: 0px; padding: 0px; position: absolute; text-align: start; top: 149.611px; transform-origin: 0% 0%; white-space: pre;">
B</div>
<div style="background-color: white; color: transparent; cursor: text; font-family: sans-serif; font-size: 18.4167px; left: 602.999px; margin: 0px; padding: 0px; position: absolute; text-align: start; top: 149.611px; transform-origin: 0% 0%; white-space: pre;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: transparent; cursor: text; font-family: sans-serif; font-size: 18.4167px; left: 631.597px; margin: 0px; padding: 0px; position: absolute; text-align: start; top: 191.811px; transform-origin: 0% 0%; white-space: pre;"><br /></div>
Burke. 2001. Under the Weather: Climate, Ecosystems and Infectious Disease Washington DC : National Research Counsil.<br /><div style="background-color: white; color: transparent; cursor: text; font-family: sans-serif; font-size: 18.4167px; left: 893.195px; margin: 0px; padding: 0px; position: absolute; text-align: start; top: 191.811px; transform-origin: 0% 0%; white-space: pre;">
.</div><br />
Hidayati R, Boer R, Koesmaryono, Kesumawati U dan Manuwoto S. 2009. Sebaran Daerah Rentan Penyakit DBD Menurut Keadaan Iklim Maupun Non Iklim. Jurnal Agromet Indonesia,</div><div>22(1).</div><div><br /></div><div>Mamenun, Koesmaryono Y, Hidayati R, Sopaheluwakan A. 2021. Kemajuan Penelitian Pemodelan Prediksi Demam Berdarah Dengue menggunakan Faktor Iklim di Indonesia: <i>A Systematic Literature Revie</i>w Buletin Penelitian Kesehatan 49 (4): 231-246.</div><div><br /></div><div>Sasmito A dan Tim BMG. 2006. Prototipe Model Peringatan Dini Bahaya Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah DKI Jakarta. Makalah disampaikan pada Seminar Hasil Penelitian Pengembangan Meteorologi dan Geofisika tahun 2006.</div><div><br /></div><div><div>Sintorini MM. 2007. Pengaruh Iklim Terhadap Kasus Demam Berdarah Dengue. Jurnal Kesehatan Lingkungan 2007 (2):11-18.</div></div><div><br /></div><div>Soedarto. 1990. Entomologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.</div>
</div>
</div>
ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-4007005309168075162020-04-14T23:06:00.001+08:002024-03-15T09:08:14.922+08:00MENDETEKSI KEKERINGAN METEOROLOGIS DENGAN SPEI (STANDARDIZED PRECIPITATION AND EVAPOTRANSPIRATION INDEX)<div dir="ltr">
<div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiZmmEm-xL48xvvuhrl8w92_xivPNw9y4zaDnv3-IQ3DjwFOiXjsRIef3njfJWufOkbzbN7XKGEG8VXrGOsCPaAlBqpeb31hLYh51iwDyaLM27ICYFkX8hsVp08ANDoaHDiZjKjjmh8FE00xkzbF2a3b35VaTSgWChfk_te6g0Z3EBtwhTKXe9ZLNEvdnQ" style="text-align: left;"><img alt="" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiZmmEm-xL48xvvuhrl8w92_xivPNw9y4zaDnv3-IQ3DjwFOiXjsRIef3njfJWufOkbzbN7XKGEG8VXrGOsCPaAlBqpeb31hLYh51iwDyaLM27ICYFkX8hsVp08ANDoaHDiZjKjjmh8FE00xkzbF2a3b35VaTSgWChfk_te6g0Z3EBtwhTKXe9ZLNEvdnQ=w541-h480" width="541" /></a></div><div style="text-align: center;"><span style="text-align: left;">Gambar 1. Kriteria kekeringan</span></div><div><span style="text-align: left;"><br /></span></div><div><b>Pendahuluan</b></div><div><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;">Kekeringan adalah suatu permasalahan yang dapat berdampak pada sektor pertanian, ekonomi dan lingkungan hidup. Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang terjadi secara perlahan (<i>slowonset disaster</i>), berdampak sangat luas, dan bersifat lintas sektor. Untuk dapat mendeteksi kekeringan para ahli mengembangkan berbagai indeks kekeringan. Menurut McKee <i>et al., </i>(1993) ada 5 (lima) hal yang penting dalam menganalisis kekeringan, yaitu : 1) Skala waktu, 2) Probabilitas, 3) Defisit curah hujan, 4) Pengertian presipitasi dengan dan 5) Hubungan dengan dampak kekeringan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kekeringan dapat dibagi dalam 4 kriteria yaitu : kekeringan meteorologis, kekeringan hidrologis, kekeringan pertanian dan kekeringan sosio-ekonomi. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: justify;">Kekeringan meteorologis melibatkan pengurangan hujan pada suatu wilayah dalam periode tertentu (hari, bulan, musim, atau tahun) di bawah jumlah tertentu. Kekeringan agrikultural merupakan kurangnya lengas tanah yang menyebabkan kekurangan ketersediaan air untuk kebutuhan tanaman pertanian. Kekeringan hidrologis merupakan pengurangan sumber air (sungai, waduk, airtanah) di bawah level tertentu. Kekeringan sosioekonomik yaitu kurangnya air untuk kebutuhan minum dan kebutuhan dasar masyarakat.</div><span><a name='more'></a></span><div><br /></div><div><b>Kekeringan Meteorologis</b></div><div><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;">Kekeringan meteorologis merupakan awal kajian kekeringan. Kekeringan meteorologis adalah kekeringan yang disebabkan karena tingkat curah hujan suatu daerah di bawah normal. Kajian ini mencakup pengukuran, analisis, dan prediksi kekeringan yang disebabkan oleh kurangnya curah hujan dalam suatu wilayah dalam periode tertentu. Tujuannya untuk mengetahui tingkat kekeringan relatif terhadap tingkat kekeringan normal atau rata-rata dan lamanya periode kekeringan yang telah terjadi.</div></div>
<div style="text-align: justify;"><br /></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
PDSI (<i>Palmer Droght Severity Index</i>)<span face=""arial" , sans-serif"><span> </span></span> awalnya sebagai permulaan pengembangan indeks kekeringan. PDSI dapat menghitung kebasahan (nilai positif) dan kekeringan (nilai negatif) berdasarkan konsep persamaan neraca air dengan sebelumnya menggabungkan presipitasi, pasokan air, <i>runoff</i> dan kebutuhan evaporasi di permukaan tanah. PDSI merupakan indeks yang banyak digunakan di AS. Tetapi kelemahan PDSI memerlukan time series data yang lengkap. PDSI memerlukan skala waktu sekitar 9 bulan, sehingga menyebabkan keterlambatan mengidentifikasi kondisi kekeringan. PDSI juga tidak mempunyai tampilan berbagai skala waktu sehingga sulit apabila dikorelasikan dengan sumber daya air tertentu misalnya : runoff, <i>reservoir storage</i> dan lain-lain. Wells et. al., 2004 memperkenalkan SC-PDSI (<i>Self Calibrating-PDSI</i>) sebagai alternatif agar dapat dikorelasikan.<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;"><br /></div>
<div style="text-align: justify;">SPI (<i>Standardized Precipitation Evapotranspiration Index)</i> metode yang dikembangkan oleh McKee et al., 1993 di Pusat Iklim Colorado. Dibandingkan dengan PDSI dan perhitungannya dan fleksibel secara temporal, dibandingkan indeks-indeks kekeringan lainnya SPI lebih mudah. <b>Kelemahan SPI</b> perhitungan hanya berdasarkan curah hujan. Indeks ini tak mempertimbangkan unsur lain yang dapat mempengaruhi kekeringan, seperti halnya suhu udara, evapotranspirasi, kecepatan angin dan kapasitas tanah menahan air. Keperluan data yang sedikit dan kemudahannya menyebabkan indeks yang berdasarkan presipitasi seperti halnya SPI banyak penggunaan untuk monitoring dan analisis kekeringan. <b>Kelebihan SPI</b> adalah dapat dihitung untuk skala waktu yang berbeda, dapat memberikan peringatan dini kekeringan, dapat membantu menilai tingkat keparahan kekeringan, lebih sederhana daripada PDSI.</div><div><br /></div><div><b>Kekeringan Meteorologis SPEI</b></div><br />
<div style="text-align: justify;">
Vicente <i>et al.</i> (2010) kemudian mengusulkan indeks kekeringan SPEI (Standardized Precipitation Evapotranspiration Index). Indeks ini berdasarkan pada anomali dari neraca air (<i>atmospheric water balance</i>), dengan kata lain defisit dari curah hujan dan evapotranspirasi potensial. SPEI dapat mengidentifikasikan peningkatan tingkat keparahan dari kejadian kekeringan dimana kebutuhan air yang lebih tinggi sebagai akibat adanya evapotranspirasi. SPEI pertama kali diperkenalkan oleh Vicente et al., (2010) sebagai <span>pengembangan dari analisis kekeringan SPI yang hanya berbasiskan curah hujan, dengan mengkombinasikan curah hujan dan evapotranspirasi potensial (ETp).</span></div>
<div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Secara matematik, SPEI memiliki prosedur yang tidak jauh berbeda dengan SPI dalam mengkalkulasi variabel input untuk dianalisa menjadi suatu indeks. Namun dengan adanya parameter suhu udara, SPEI dapat menganalisis kekeringan melalui faktor neraca air dimana suhu udara digunakan sebagai penduga evapotranspirasi potensial (ETp). SPEI merupakan pengembangan dari SPI dan dianggap lebih dapat menangkap indikasi kekeringan dalam trend perubahan iklim (Fuchs 2012). Informasi ini akan sangat berguna berbagai penelitian dalam perubahan iklim. Oleh karena itu Vicente-Serrano et al. 2010 mengadopsi klasifikasi SPI yang diusulkan oleh McKee et al. 1993 yang ditunjukkan Tabel 1. SPI dan SPEI mempunyai kategori yang sama sebagai berikut :</div>
<div><br /></div>
Tabel 1 Klasifikasi nilai indeks SPI dan SPEI (McKee et al. 1993, Vicente-Serrano et al. 2010)</div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr"><table><thead><tr><th>Kriteria indeks SPEI</th><th>Nomor urutan</th><th>Kategori kekeringan</th></tr></thead><tbody><tr><td>>= 2</td><td>7</td><td>Sangat basah (<span>extremely wet</span>)</td></tr><tr><td>1,5 - 1,99</td><td>6</td><td>Basah (<span>wet</span>)</td></tr><tr><td>1,0 - 1,49</td><td>5</td><td>Agak basah (<span>moderately wet</span>)</td></tr><tr><td>-0,99 - 0,99</td><td>4</td><td>Normal (<span>near normal</span>)</td></tr><tr><td>-1 - (-1,49)</td><td>3</td><td>Agak kering (<span>moderately dry</span>)</td></tr><tr><td>-1,5 - (-1,99)</td><td>2</td><td>Kering (<span>dry</span>)</td></tr><tr><td>-2 =<</td><td>1</td><td>Sangat kering (<span>extremely dry</span>)</td></tr></tbody></table>
<div><br /></div><div><b>Kelebihan SPEI</b> </div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">SPEI mempunyai kelebihan dengan memperhitungkan curah hujan dan evapotranspirasi potensial (ETp) dalam menentukan kekeringan dibandingkan SPI yang hanya menggunakan hujan. Dihitung dengan rentang waktu seperti halnya SPI 1-48 bulan, tetapi SPEI memperhitungkan dampak utama dari peningkatan suhu udara terhadap air. Pada rentang waktu yang lebih lama (> 18 bulan) SPEI dapat berkorelasi dengan versi PDSI yang dapat dikalibrasikan sendiri (sc-PDSI). Apabila data terbatas yang tersedia, misalnya suhu udara dan curah hujan, maka nilai ETp dapat diprakirakan menggunakan metode Thornthwaite sederhana. Apabila dalam kasus lainnya dengan data yang lebih banyak tersedia, metode yang lain yang lebih lengkap dan canggih dapat digunakan misalnya metode Penman-Monteith (dengan kecepatan angin, kelembapan udara dan radiasi matahari). Sebagai catatan, kelebihan lainnya Indeks SPEI berbasis statistika yang hanya memerlukan informasi klimatologi tanpa memerlukan asumsi karakteristik yang sistem yang mendasarinya. </div><div><br /></div><div><b>Kelemahan SPEI</b> </div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Kelemahannya yaitu memerlukan lebih banyak persyaratan data dibandingkan dengan SPI. Nilai SPEI juga peka terhadap metode untuk memperhitungkan evapotranspirasi (ETp). Metode perhitungan ETp dengan penambahan unsur tambahan dapat memiliki ketidakpastian (<i>uncertainty</i>) yang lebih besar. Seperti halnya metode indeks kekeringan yang lainnya, SPEI memerlukan periode data yang panjang (30-50 tahun) sehingga lebih banyak sampel yang digunakan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><b>Cara menentukan nilai SPEI</b></div><div><br /></div><div><b>R</b></div><div><b><br /></b></div><div>Menentukan nilai indeks SPEI dapat dilakukan berbagai cara. Salah satu yang paling sederhana menggunakan bahasa R. Langkah-langkahnya adalah :</div><div><br /></div><div><ul><li>Install paket 'SPEI'. Paket SPEI dalam R bisa didapatkan dan didownload <a href="https://cran.r-project.org/web/packages/SPEI/" target="_blank">di sini</a></li></ul><span face="ui-monospace, SFMono-Regular, "SF Mono", Menlo, Consolas, "Liberation Mono", monospace"><span> in</span></span>stall.packages('SPEI')<ul><li>Load library 'SPEI'</li></ul><div><pre>library(<span color="var(--color-prettylights-syntax-string)"><span color="var(--color-prettylights-syntax-string)">'</span>SPEI<span color="var(--color-prettylights-syntax-string)">'</span></span>)</pre></div><ul><li>Siapkan data iklim yang diperlukan (curah hujan dan data iklim yang menunjang untuk perhitungan evapotranspirasi) dalam bentuk timeseries. Pastikan data sudah tersedia dalam format yang sesuai dan telah diimport ke R. Misalnya : data iklim dari Staklim Kalsel.</li></ul><div><pre>data(Staklim_Kalsel<span>)</span></pre><pre><span>summary(Staklim_Kalsel) </span></pre></div><ul><li>Hitung nilai evapotranspirasi, di dalam paket SPEI ada 3 metode yang dapat dihitung secara empiris yaitu dengan Thornwaite, Hargreaves atau Penman-Monteith.</li></ul><div><code><thornthwaite></code><span face="ui-monospace, SFMono-Regular, "SF Mono", Menlo, Consolas, "Liberation Mono", monospace">, </span><code><hargreaves></code><span face="ui-monospace, SFMono-Regular, "SF Mono", Menlo, Consolas, "Liberation Mono", monospace"> dan </span><code><penman> </code></div><ul><li>Hitung SPEI menggunakan fungsi 'spei' dengan memasukkan data curah hujan dan PET (ETp) sebagai argumen.</li></ul><div><pre><span>spei_ts = spei(prec_ts, type = "SPEI", scale = 3, na.rm = TRUE)</span></pre></div></div></div><div dir="ltr"><pre><pre><div dir="ltr"><pre><br /></pre></div></pre></pre></div><div dir="ltr"><b>Python</b></div><div dir="ltr"><b><br /></b></div><div dir="ltr">Menentukan nilai indeks SPEI dapat juga dilakukan dengan Python. SPEI adalah paket Python sederhana untuk menghitung indeks kekeringan dengan basis deret waktu yaitu : SPI (<i>Standardized Precipitation Index</i>), SPEI (<i>Standardized Precipitation Evaporation Index</i>) dan SGI (<i>Standardized Groundwater Index</i>). Paket ini menggunakan paket Python seperti Pandas dan Scipy untuk memudahkan menghitung indeks kekeringan. </div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr">Berikut adalah script Python untuk menentukan SPEI (Standardized Precipitation Evapotranspiration Index):</div><div dir="ltr"><ul><li>Install package climate_indices dengan menggunakan pip</li></ul><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">pip install climate_indices</span><br /><ul><li>Import modul climdex.spi dan climdex.spei</li></ul><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">from</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace"> climdex </span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">import</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace"> spi</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">,</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace"> spei</span><br /><ul><li>Load/ ambil data curah hujan dan evapotranspirasi dari file atau sumber data lainnya</li></ul><div><span># load precipitation and evapotranspiration data</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">
precip </span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">=</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace"> </span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">[</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">.</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">.</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">.</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">]</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace"> </span><span># list of precipitation data</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">
evap </span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">=</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace"> </span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">[</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">.</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">.</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">.</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">]</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace"> </span><span># list of evapotranspiration data</span></div><div><ul><li>Hitung SPEI dengan menggunakan modul <i>climdex.spei</i></li></ul><div><span># calculate SPEI</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">
spei_data </span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">=</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace"> spei</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">(</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">precip</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">,</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace"> evap</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">,</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace"> scale</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">=</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">3</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">,</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace"> periodicity</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">=</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">'monthly'</span><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace">)</span></div></div><div><span face="__berkeleyMono_18eda8, __berkeleyMono_Fallback_18eda8, ui-monospace, SFMono-Regular, monospace"><br /></span></div><ul><li><i>spei_data </i>akan berisi data SPEI yang telah dihitung. Selanjutnya anda melakukan visualisasi atau analisis lebih lanjut pada data tersebut.</li></ul><div>Keterangan:</div><div><div><ol><li><i>prec_ts</i>: time series data curah hujan</li><li><i>type</i>: tipe SPEI yang dihitung, dalam hal ini "SPEI"</li><li><i>scale</i>: skala waktu yang digunakan, dalam bulan</li><li><i>na.rm</i>: opsi untuk menghapus nilai yang hilang (NA)</li></ol></div></div><div>Informasi lebih lengkap dapat dilihat <a href="https://github.com/monocongo/climate_indices" target="_blank">di sini</a></div></div><div dir="ltr"><b><br /></b></div><div dir="ltr"><b>Web SPEI</b></div><div dir="ltr"><b><br /></b></div><div dir="ltr">Selain memperhitungkan nilai indeks SPEI melalui pos hujan atau titik tertentu, juga dapat dilakukan secara grid, spasial ataupun global. Salah satu webgis yang dapat menghitung <a href="https://spei.csic.es/map/maps.html#months=1#month=5#year=2021" target="_blank">di sini</a>.</div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr">Web ini berisikan kumpulan data grid sejak tahun 1955 sampai dengan sekarang. Data input yang digunakan melalui data input berupa data grid iklim dari <a href="https://www.uea.ac.uk/web/groups-and-centres/climatic-research-unit/data" target="_blank">CRU TS</a> (<i>Climate Research Unit Time Series</i>). Perhitungan evapotranspirasi yang digunakan dalam web ini menggunakan Penman-Monteith, sedangkan SPEI real timenya menggunakan Thornwaite (data iklim yang terbatas). Perhitungan evapotranspirasi menggunakan R dapat menggunakan 3 pilihan metode (Thornthwaite, Penman-Monteith, atau Hargreaves). Skala waktu SPEI tersedia dengan berbagai skala waktu antara 1 dan 48 bulan. Data suhu udara didapatkan </div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr">Kita juga dapat menentukan nilai indeks SPEI secara time series melalui titik koordinat tertentu. misalnya di sekitar BMKG Stasiun Klimatologi Kalimantan Selatan : -3.75; 115.25</div><div dir="ltr"><br /></div><div><a href="https://1.bp.blogspot.com/-sKrQjWB2zbc/YQNfWEtxfbI/AAAAAAAACVo/OB6y6dfrAYc7S8IYS-y5ba-W11Qsap0WgCLcBGAsYHQ/s645/spei.JPG"><img border="0" src="https://1.bp.blogspot.com/-sKrQjWB2zbc/YQNfWEtxfbI/AAAAAAAACVo/OB6y6dfrAYc7S8IYS-y5ba-W11Qsap0WgCLcBGAsYHQ/s16000/spei.JPG" /></a></div><div>Gambar 2. Tampilan web SPEI Global Drought Monitor</div><div><br /></div><div><div><div><div><div><div><span face="Poppins, sans-serif"><span>SPEI Global Drought Monitor menyediakan informasi real-time tentang kondisi kekeringan pada skala global, dengan resolusi spasial 1 derajat dan resolusi waktu bulanan. Skala waktu SPEI antara 1 dan 48 bulan disediakan. Periode kalibrasi untuk SPEI adalah Januari 1950 hingga Desember 2010. Tanggal mulai kumpulan data adalah 1955 untuk memberikan informasi umum di berbagai skala waktu SPEI.</span></span></div><div><span face="Poppins, sans-serif"><span><br /></span></span></div><div><span face="Poppins, sans-serif"><span>Kumpulan data diperbarui selama hari pertama bulan berikutnya berdasarkan sumber data iklim yang dapat diandalkan. Data suhu rata-rata diperoleh dari kumpulan data grid NOAA NCEP CPC GHCN_CAMS. Data jumlah curah hujan bulanan diperoleh dari GPCC (Global Precipitation Climatology Center). Data grid dengan resolusi asli 0,5º, diinterpolasi ke resolusi 1º.</span></span></div><div><span face="Poppins, sans-serif"><span><br /></span></span></div><div><span face="Poppins, sans-serif">Saat ini, Monitor Kekeringan Global SPEI didasarkan pada persamaan Thornthwaite untuk memprakirakan evapotranspirasi potensial, PET. Hal ini disebabkan kurangnya sumber data <i>real-time</i> untuk menghitung estimasi PET yang lebih handal yang memiliki kebutuhan data yang lebih besar. Keuntungan utama dari SPEI Global Drought Monitor adalah sifatnya yang mendekati waktu nyata, karakteristiknya paling cocok untuk pemantauan kekeringan dan tujuan peringatan dini. Namun, untuk analisis jangka panjang, kumpulan data lain lebih direkomendasikan mengandalkan metode estimasi PET yang lebih handal. Penggunaan dataset SPEI, yang didasarkan pada model FAO-56 Penman-Monteith, direkomendasikan untuk studi klimatologi kekeringan.</span></div></div></div></div></div><div><h2><b>Daftar Pustaka</b></h2><div><span>Web : </span></div><div><span><br /></span></div><div><span><a href="https://climatedataguide.ucar.edu/climate-data/standardized-precipitation-evapotranspiration-index-spei">https://climatedataguide.ucar.edu/climate-data/standardized-precipitation-evapotranspiration-index-spei</a> diakses pada </span></div><div><b><br /></b></div><div><span><a href="https://cran.r-project.org/web/packages/SPEI/index.html">https://cran.r-project.org/web/packages/SPEI/index.html</a> diakses pada</span></div><div><br /></div><div><a href="https://spei.csic.es/home.html">https://spei.csic.es/home.html</a> diakses pada</div><div><span><br /></span></div><div><b><br /></b></div><div><span> </span></div><div><div><div><span face="Poppins, sans-serif">Jurnal :</span></div><div><span face="Poppins, sans-serif"><br /></span></div><div><span face="Poppins, sans-serif">Fuchs, B. 2012. Using the standardized precipitation index (SPI) and the standardized precipitation evapotranspiration index (SPEI). Retrieved February 8, 2020, from</span></div><div><span face="Poppins, sans-serif"><a href="Fuchs, B. (2012). Using the standardized precipitation index (SPI) and the standardized precipitation evapotranspiration index (SPEI). Retrieved February 8, 2020, from https://drought.unl.edu/archive/Documents/NDMC/Workshops/136/Pres/Brian Fuchs--SPI and SPEI.pdf" target="_blank">https://drought.unl.edu/archive/Documents/NDMC/Workshops/136/Pres/Brian Fuchs--SPI and SPEI.pdf</a></span></div><div><span face="Poppins, sans-serif"><br /></span></div><div><span face="Poppins, sans-serif">McKee, T. B., Doesken, N. J., & Kleist, J. 1993. The relationship of drought frequency and duration to time scales. In Eighth Conference on Applied Climatology (pp. 179–184). Anaheim, California: American Meteorological Society.</span></div><div><span face="Poppins, sans-serif"><br /></span></div><div><span>Vicente-Serrano, S. M., Bagueria, S., & Lopez-Moreno, J. I. 2010. A multiscalar drought index sensitive to global warming: The standardized precipitation evapotranspiration index. Journal of Climate, 23(7), 1696–1718. https://doi.org/10.1175/2009JCLI2909.1</span></div><div><br /></div></div></div></div></div><br />ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-70812209906278507742020-04-02T20:53:00.001+08:002023-11-01T22:26:37.224+08:00PERTANIAN CERDAS IKLIM (CLIMATE-SMART AGRICULTURE) DAN SLI OPERASIONAL BMKG<p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-BAVWDkllNdM/YWTkb2gMt-I/AAAAAAAACaU/yxeHWhv-3KEIVeoBBWMO-WCJdpCmJJkNgCLcBGAsYHQ/s638/WhatisCSAFig1.jpg" style="font-size: medium; margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="479" data-original-width="638" height="300" src="https://1.bp.blogspot.com/-BAVWDkllNdM/YWTkb2gMt-I/AAAAAAAACaU/yxeHWhv-3KEIVeoBBWMO-WCJdpCmJJkNgCLcBGAsYHQ/w400-h300/WhatisCSAFig1.jpg" width="400" /></span></a></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;">Gambar 1. 3 tujuan <i>Climate Smart Agriculture</i> (CSA)</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;">Sumber : <a href="https://csa.guide/csa/what-is-climate-smart-agriculture/">https://csa.guide/csa/what-is-climate-smart-agriculture/</a></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="background: none 0% 0% repeat scroll transparent; border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: inherit; margin: 0px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><b>Pendahuluan</b></span></div><div style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><i style="background: none 0% 0% repeat scroll transparent; border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: inherit; margin: 0px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Climate Smart Agriculture</i><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: inherit;"> (CSA) di Indonesia yang bekerjasama dengan </span><i style="background: none 0% 0% repeat scroll transparent; border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: inherit; margin: 0px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; vertical-align: baseline;">The International Center for Tropical Agriculture</i><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: inherit;"> (CIAT), tetap berjalan saat pandemi COVID-19 </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: inherit; text-align: left;">kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Dr. Fadjry Djufry di Bogor pada Senin (23/3/2020). </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: inherit;">Kerja sama di tahun lalu ini merupakan bagian upaya Indonesia menjelaskan kepada dunia praktek tradisional Indonesia (</span><i style="background: none 0% 0% repeat scroll transparent; border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: inherit; margin: 0px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; vertical-align: baseline;">traditional knowledge)</i><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: inherit;"> terkait praktek pertanian cerdas iklim. </span><span style="font-family: inherit;">COVID-19 juga merupakan ancaman terbesar bagi ketahanan pangan. Pandemi dapat menjadi berdampak luar biasa. Para ahli di dunia telah mengusulkan teknologi CSA untuk meningkatkan adaptasi petani dan mempertahankan produktivitas. Mekanisasi penanaman tanaman pangan dan diversifikasi tanaman, dengan menggantikan tanaman alternatif yang lebih CSA dapat menjadi bantuan bagi petani menghadapi tuntutan keterbatasan dalam COVID-19.</span></div><div style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span><a name='more'></a></span></div><div style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><b><span style="font-family: inherit;">Perubahan iklim, kenaikan variabilitas, peningkatan hujan dan seringnya cuaca ekstrem</span></b></div><div style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;">Perubahan iklim merupakan fenomena berubahnya parameter parameter iklim sebagai dampak dari peningkatan suhu global (pemanasan global) (BMKG, 2014). Perubahan iklim telah menghambat sektor pertanian dengan memberikan dampak yang besar terhadap seluruh dimensi ketahanan pangan. Menurut IPCC (<i>Intergovernmental Panel on Climate Change</i>) perubahan iklim telah mempengaruhi produksi tanaman di seluruh wilayah di dunia, lebih besar dampak negatifnya daripada positif. Di negara berkembang sangat rentan terhadap dampak negatif yang lebih lanjut. Peningkatan kejadian cuaca ekstrem seperti halnya : kekeringan, hujan yang lebat, banjir dan suhu maksimum yang tinggi telah terjadi dan lebih meningkat di banyak daerah. Suhu maksimum rata-rata dan musiman diproyeksikan akan terus meningkat diiringi dengan curah hujan yang lebih tinggi (walaupun efeknya tidak terdistribusi secara merata). Perubahan pola hujan tersebut akan berakibat perubahan awal dan panjang musim. (Rosenstock, 2019; Lipper et al., 2014). </span></div><div style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span><!--more--></span><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-3xoAmI3RnmM/YWU5_i3k8hI/AAAAAAAACac/fbgT2MyJfzIyRVWZUiwuF07Jec3Y7tftgCLcBGAsYHQ/s559/variabilitas%2Biklim.JPG" style="font-size: medium; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="386" data-original-width="559" height="417" src="https://1.bp.blogspot.com/-3xoAmI3RnmM/YWU5_i3k8hI/AAAAAAAACac/fbgT2MyJfzIyRVWZUiwuF07Jec3Y7tftgCLcBGAsYHQ/w605-h417/variabilitas%2Biklim.JPG" width="605" /></span></a></p><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit; text-align: center;">Gambar 2. Variabilitas dan peluang kejadian cuaca ekstrem</span></p><div style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="color: #333333; font-family: inherit; font-size: 16px;">Kenaikan variabilitas iklim menjelaskan tentang kondisi iklim pada periode jangka pendek maupun jangka panjang diantaranya curah hujan. Laporan dari IPCC tahun 2008 memprakirakan perubahan iklim pada abad mendatang akan mempengaruhi pola hujan, aliran sungai dan permukaan laut di seluruh dunia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi pertanian akan sangat terpengaruh selama 100 tahun ke depan karena adanya tingkat perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sistem iklim. </span><span style="background-color: transparent; text-align: left;"><span style="color: #333333;">Selain itu, survei terhadap 139 Badan Meteorologi dan Hidrologi Nasional dan data hasil analisis sosial-ekonomi dari beberapa badan serta mitra PBB yang dilakukan oleh WMO menyimpulkan bahwa kejadian "<b>banjir" </b>adalah peristiwa ekstrem yang paling sering dialami selama dekade ini. </span></span></div><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; text-align: left;"><span style="color: #333333;"><b>Peningkatan konsentrasi GRK dan peningkatan suhu global</b></span></span></p><div style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="color: #333333; font-family: inherit; font-size: 16px;">Terjadinya percepatan peningkatan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer merupakan penyebab utama perubahan iklim (dapat dilihat kenaikan rata-rata suhu global sejak tahun 1850, Gambar 3). Sejak era revolusi industri atau pertengahan abad ke-19, telah terjadi peningkatan suhu bumi akibat meningkatnya kegiatan industri yang menghasilkan emisi gas rumah kaca. Laporan IPCC (2007) menyebutkan pertumbuhan GRK terjadi antara tahun 1970 - 2004, dengan adanya peningkatan 145% dari sektor energi, 120% dari transportasi, 65% dari industri, 40% dari perubahan tata guna lahan, sehingga selama periode ini meningkat sebesar 69%. Suhu permukaan global meningkat sebesar 0,74 ± 0,32 °C </span><span style="color: #333333;">selama 100 tahun terakhir (Gambar 4)</span><span style="color: #333333; font-family: inherit; font-size: 16px;">. Sejak pertengahan abad ke-20 konsentrasi GRK meningkat tajam akibat aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi (Gambar 4). Menurut WMO (2013), dunia telah mengalami dampak tertinggi iklim ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pada dekade 2001 - 2010 yang merupakan dekade lebih panas sejak dimulainya observasi secara modern tahun 1850. Menurut WMO (2021), dekade 2011 - 2020 terpanas dengan suhu rata-rata global mencapai 1,1 °C di atas masa Pra-Industri, pada tahun 2019. Tahun 2020 menempati urutan kedua tahun terpanas dengan anomali sebesar</span><span style="background-color: transparent;"><span style="color: #333333;"> 0,7 °C, dengan tahun 2019 berada di peringkat ketiga dengan nilai anomali sebesar 0,6 °C. WMO menempatkan <b>tahun 2016 sebagai tahun pertama</b> tahun terpanas yang pernah terjadi (Gambar 3). </span></span><span style="color: #333333; font-family: inherit; font-size: 16px;">Pemanasan global yang disebabkan manusia saat ini meningkat dengan laju 0,2°C per dekade. </span><span style="background-color: transparent;"><span style="color: #333333;"> </span></span></div><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="background-color: transparent;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-p2jPodRDR7Q/YadyP18amYI/AAAAAAAACdk/dPWUhoz9jV41gG8_IT3XE1PmctVJCOAEQCLcBGAsYHQ/s1920/d9caaf33-66ed-40da-af8f-5857928792ff_1920x1080.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" height="341" src="https://1.bp.blogspot.com/-p2jPodRDR7Q/YadyP18amYI/AAAAAAAACdk/dPWUhoz9jV41gG8_IT3XE1PmctVJCOAEQCLcBGAsYHQ/w607-h341/d9caaf33-66ed-40da-af8f-5857928792ff_1920x1080.jpg" width="607" /></a></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Gambar 3. 10 tahun terpanas dalam sejarah</div><span style="background-color: transparent;"><br /><span style="color: #333333;">Sumber : <a href="https://medialibrary.climatecentral.org/resources/2020-in-review-global-temperature-rankings">https://medialibrary.climatecentral.org/resources/2020-in-review-global-temperature-rankings</a></span></span><div><span style="background-color: transparent;"><span style="color: #333333;"><br /></span></span><p></p><div style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: #333333;">Proyeksi perubahan iklim yang disampaikan oleh Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG (Gambar 5) melakukan pengolahan, pemodelan, dan analisa untuk menghasilkan produk berupa analisa proyeksi perubahan iklim di masa yang akan datang. Informasi berupa data dan peta spasial dari proyeksi perubahan parameter suhu dan curah hujan untuk seluruh wilayah Indonesia dengan resolusi menengah sekitar 20 km, resolusi tinggi sekitar 5 km, menggunakan skenario IPCC RCP4.5 yang merupakan hasil simulasi model iklim regional pada rentang tahun 2006 sampai 2040 serta pembagian pada periode current (2006-2014), dan periode future (2032-2040). Informasi disediakan dalam bentuk peta yang merupakan anomali / difference dari nilai komposit antar periode (2006-2014 dan 2032-2040). Hasil proyeksi menunjukkan secara umum perubahan suhu yang makin meningkat pada tahun 2032 - 2040 dibandingkan 2006-2014 di Indonesia. Terlihat signifikan peningkatan suhu di Kalimantan, sebagian Sumatera, sebagian besar Jawa dan juga sebagian besar Sulawesi. </span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-oHearZMdTY8/YX4_R99ikYI/AAAAAAAACcA/sbtH0GhwyFkXwOHinXZx36YR6w3ODaJ0gCLcBGAsYHQ/s482/figure-ts-6.jpeg" style="font-family: inherit; margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="411" data-original-width="482" height="427" src="https://1.bp.blogspot.com/-oHearZMdTY8/YX4_R99ikYI/AAAAAAAACcA/sbtH0GhwyFkXwOHinXZx36YR6w3ODaJ0gCLcBGAsYHQ/w501-h427/figure-ts-6.jpeg" width="501" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span><div style="color: #333333; font-family: inherit; text-align: center;">Gambar 4. Peningkatan suhu global</div><div style="color: #333333; font-family: inherit; text-align: center;"><br /></div><div style="color: #333333; font-family: inherit; text-align: center;">Sumber : <a href="https://archive.ipcc.ch/publications_and_data/ar4/wg1/en/tssts-3-1-1.html">https://archive.ipcc.ch/publications_and_data/ar4/wg1/en/tssts-3-1-1.html</a></div><div style="color: #333333; font-family: inherit; text-align: center;"><br /></div><div style="color: #333333; font-family: inherit; text-align: justify;"><span face="Open Sans, Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif"><span style="background-color: white;">Gambar 4 bagian atas menunjukkan pola tren suhu global secara linier selama periode 1979 hingga tahun 2005, yang diprakirakan di permukaan bumi (kiri) dan di troposfer melalui satelit (kanan). Bagian yang abu-abu menunjukkan </span></span><span style="text-align: left;"><span face="Open Sans, Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif">menunjukkan area dengan data yang tidak lengkap. Bagian bawah menunjukkan suhu rata-rata global tahunan (titik hitam) Suhu rata-rata global tahunan (titik hitam) dengan kecocokan linier dengan data. Sumbu sebelah kiri menunjukkan anomali suhu relatif terhadap rata-rata tahun 1961 hingga 1990 dan sumbu kanan menunjukkan prakiraan suhu aktual, keduanya dalam °C. Tren linier ditunjukkan untuk 25 (kuning), 50 (oranye), 100 (magenta) dan 150 tahun terakhir (merah). Kurva biru menunjukkan variasi dekadal, dengan rentang error 90% dekadal ditampilkan sebagai pita biru di sekitar garis. Kenaikan suhu total dari periode 1850 hingga 1899 ke periode 2001 hingga 2005 adalah 0,76°C ± 0,19°C.</span></span></div><div style="color: #333333; font-family: inherit; text-align: center;"><br /></div><div style="color: #333333; font-family: inherit; text-align: justify;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-9Y2f0R8vplc/YZXuDtFJHXI/AAAAAAAACco/95P7TzmP_pkI12zJqf47fpnB2pFv64tpACLcBGAsYHQ/s610/press_release.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="346" data-original-width="610" height="330" src="https://1.bp.blogspot.com/-9Y2f0R8vplc/YZXuDtFJHXI/AAAAAAAACco/95P7TzmP_pkI12zJqf47fpnB2pFv64tpACLcBGAsYHQ/w579-h330/press_release.png" width="579" /></span></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: inherit; text-align: center;">Gambar 5. Peningkatan suhu rata-rata global sejak kondisi pra industri (</span><span style="text-align: center;">tahun </span><span style="font-family: inherit; text-align: center;">1850 -1900) sampai dengan sekarang. </span></div></span><p></p><div class="separator" style="clear: both; color: #333333; font-size: 16px; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-y-lBH0qvDNQ/YWaAXvl2RsI/AAAAAAAACak/KpW6XxEnVbQZlfRXD1PoLEyhhPhDVvOvQCLcBGAsYHQ/s2048/indonesia_06.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="1515" data-original-width="2048" height="343" src="https://1.bp.blogspot.com/-y-lBH0qvDNQ/YWaAXvl2RsI/AAAAAAAACak/KpW6XxEnVbQZlfRXD1PoLEyhhPhDVvOvQCLcBGAsYHQ/w464-h343/indonesia_06.jpg" width="464" /></span></a></div><div class="separator" style="clear: both; color: #333333; font-size: 16px; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;">Gambar 6. Proyeksi perubahan rata-rata suhu udara Indonesia oleh BMKG</span></div><div class="separator" style="clear: both; color: #333333; font-size: 16px; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; color: #333333; font-size: 16px; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; color: #333333; font-size: 16px; text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-LG_N6JQTJqk/YWkknAHzxqI/AAAAAAAACbM/5aSLMc1dOkkFoYhkmZGUqWe7PCQYNPlcgCLcBGAsYHQ/s571/variabilitas.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="390" data-original-width="571" height="307" src="https://1.bp.blogspot.com/-LG_N6JQTJqk/YWkknAHzxqI/AAAAAAAACbM/5aSLMc1dOkkFoYhkmZGUqWe7PCQYNPlcgCLcBGAsYHQ/w448-h307/variabilitas.JPG" width="448" /></span></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;">Gambar 7. Kecenderungan peningkatan iklim ekstrem</span></div><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; color: #333333; font-size: 16px; text-align: justify;"><br /></div><span style="color: #333333;"><div style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: inherit; font-size: 16px; text-align: left;"><span style="text-align: justify;">Kecenderungan peningkatan suhu pada tahun 2020 sangat penting karena terjadi pada masa La Nina yang sedang berkembang. La Nina dan kebalikannya El Nino, terkait erat dengan variasi suhu muka laut di Samudera Pasifik. Hal ini meningkatkan peningkatan (El Nino) atau penurunan (La Nina) panas yang ditambahkan ke atmosfer. Kecenderungan peningkatan iklim ekstrem (Gambar 7) sangat dipengaruhi oleh dua fenomena iklim tersebut. Menurut NOAA, tahun 2020 dibandingkan dengan tahun saat juga terjadi La Nina di masa lalu (1970, 1995, 2007 dan 2010) sekitar 0,5 derajat lebih hangat. Artinya tahun-tahun La Nina yang lebih baru (dan tahun-tahun El Nino) jauh lebih hangat daripada 70 tahun terakhir. </span></span><span style="font-family: inherit; font-size: 16px;">Perubahan iklim adalah penyebabnya, karena Gas Rumah Kaca (GRK) terakumulasi di atmosfer dan menghangatkan Bumi. </span><span style="background-color: transparent; font-family: inherit; font-size: 16px;">La Nina ini menyebabkan peningkatan hujan di Indonesia.</span></div><div style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: inherit; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span face="Open Sans, Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: transparent; color: #333333; text-align: left;">Dampak perubahan iklim sangatlah besar pada sektor pertanian, dari tanaman pangan, hortikultura, kehutanan, peternakan dan perikanan. Perubahan iklim memberikan tantangan terhadap kestabilan dan usaha peningkatan produktivitas pertanian. Perubahan iklim menyebabkan suhu akan lebih meningkat, perubahan pola curah hujan dan distribusinya, terjadinya iklim ekstrem dan muka air laut naik, pH air laut turun. Dampak yang akan terjadi : 1) </span><span style="background-color: transparent; text-align: left;">Kekurangan ketersediaan air (<i>water scarcity</i>) akan lebih sering terjadi, 2) </span><span style="background-color: transparent; text-align: left;">Perubahan pada awal waktu tanam dan panjangnya masa tanam, 3) </span><span face="Open Sans, Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: transparent; color: #333333; text-align: left;">Stress lingkungan, iklim ekstrem menyebabkan seringnya terjadi banjir, kekeringan, erosi karena air hujan dan angin kencang, meningkatnya kemasaman tanah, salinitas serta degradasi biologis. </span><span style="background-color: transparent; text-align: left;">Salah satu bentuk nyata telah terjadinya perubahan iklim adalah semakin meningkatnya frekuensi terjadinya kejadian iklim ekstrem (Gambar 6) seperti El Nino dan La Nina dan juga peningkatan global warming. 4) </span><span style="background-color: transparent; text-align: left;">Distribusi habitat dan spesies, mempengaruhi ekosistem alamiah dan hewan liar, 5) </span><span style="background-color: transparent; text-align: left;">Degradasi servis lingkungan.<br /></span><span style="background-color: transparent; text-align: left;">Para pembuat kebijakan, ahli pertanian dan pemulia tanaman perlu memahami perubahan iklim, terutama dampak kenaikan suhu, untuk memastikan ketahanan pangan. karena p</span><span style="background-color: transparent; text-align: left;">roduksi pertanian rentan terhadap perubahan iklim. Hasil berbagai penelitian dan publikasi menunjukkan bahwa dengan metode independen secara konsisten memprakirakan dampak suhu yang negatif pada hasil tanaman utama pada skala global, umumnya juga dampak serupa pada tingkat skala negara dan lokal. Dari analisis multimetode meningkatkan kepercayaan untuk penilaian dampak iklim masa depan pada tanaman utama secara global, dengan respons penting untuk mengembangkan strategi adaptasi secara khusus pada tanaman dan wilayah tertentu, dengan memastikan pasokan makanan masa depan saat populasi dunia yang terus meningkat.<br /></span><span face="Open Sans, Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: transparent; color: #333333; text-align: left;">Dari seluruh fakta di atas memberikan suatu pernyataan pentingnya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di bidang pertanian di masa sekarang. Produktivitas pertanian rentan terhadap perubahan iklim dan i</span><span style="text-align: left;">klim mempengaruhi seluruh aspek pertanian.</span><span style="text-align: left;"> </span><span face="Open Sans, Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: transparent; color: #333333; text-align: left;">Sektor pertanian harus dapat beradaptasi terhadap perubahan tersebut bila menginginkan produktivitas dan produksinya terjaga. Perubahan iklim dalam berbagai penelitian akan menurunkan produktivitas pertanian pangan utama dan perikanan. Pengambilan keputusan dalam aktivitas pertanian sangat dipengaruhi iklim/cuaca setempat. Iklim seperti halnya curah hujan semakin bervariasi setiap tahunnya hingga pada tingkatan yang ekstrem (banjir dan kekeringan) yang berdampak buruk pada pertanian. Dampak buruk kegagalan panen semakin diperparah karena ketidakmampuan pelaku usaha tani dalam membaca kondisi iklim yang bervariasi.</span><span face="Open Sans, Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: transparent; color: #333333; text-align: left;"><span class="markedContent" id="page3R_mcid130"><span dir="ltr" face="sans-serif" role="presentation" style="font-size: 16.6px; left: 106.64px; top: 631.49px; transform: scaleX(1.01541);"> </span>Maka,</span> salah satu pendekatan yang dapat diterapkan sebagai solusi adalah </span><span style="background-color: transparent; text-align: left;">C</span><span style="background-color: transparent; text-align: left;">SA (<i>Climate-Smart Agriculture</i>).</span></div></span><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><b><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; text-align: left;">Pemahaman tentang </span><span style="background-color: transparent; text-align: left;">C</span><span style="background-color: transparent; text-align: left;">SA (<i>Climate-Smart Agriculture</i>)</span></span></b></p><div style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="color: #333333;">Istilah <i>Climate-Smart Agriculture </i>pertama kali dikenalkan pada tahun 2010 ketika Konferensi Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perubahan Iklim di Den Haag Belanda. CSA pertama kali diperkenalkan oleh organisasi PBB yang menangani masalah pangan FAO (Food and Agriculture Organization). Dipresentasikan pada Hague Conference on Agriculture, Food Security and Climate Change pada tahun 2010 yang mengungkapkan CSA berkontribusi terhadap pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan. <i>Climate-Smart Agriculture </i>(Sistem Pertanian Cerdas Iklim/Sipeci) didefinisikan sebagai pendekatan untuk merubah atau mereorientasi sistem produksi pertanian dan rantai nilai makanan sehingga mencapai pertanian berkelanjutan yang dapat memastikan ketahanan pangan di bawah kondisi ancaman perubahan iklim.<br /></span><span style="color: #333333;">CSA tak terbatas pada budidaya dalam arti sempit, tetapi menyangkut sistem produksi pertanian yang berpangkal pada kondisi tanah dan lahan, keragaman karena interaksi dengan komoditas (tanaman, ternak, ikan) dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan manusia manusia (sehat, berkelanjutan, kecukupan energi, dan lain-lain). </span><span style="color: #333333;">Peningkatan nilai pangan pada setiap tahap proses dari hulu sampai hilir sudah pasti akan membutuhkan energi. Emisi yang akan dilepaskan dari proses hulu sampai hilir perlu ditekan sedemikian rupa sehingga sangat minim dalam kontribusinya pada atmosfer.</span></div><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="color: #333333;">CSA sangat berkaitan erat dengan pertanian berkelanjutan. Prinsip pertanian berkelanjutan antara lain : </span></p><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"></p><ol><li><span style="color: #333333;">Budidaya yang dilakukan dengan cara berkelanjutan, yang dapat memenuhi keperluan pangan komunitas saat ini, tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang memenuhi pangannya.</span></li><li>Budidaya yang baik terhadap lingkungan, bertanggung jawab terhadap masyarakat dan menguntungkan para petani.</li></ol><p></p><div style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="color: #333333;">Ketahanan pangan bisa tercapai jika rumah tangga tidak dalam kondisi kelaparan atau ancaman kelaparan. Ketahanan pangan dapat tercapai jika memenuhi empat pilar yaitu : k</span><span style="color: #333333;">etersediaan pangan, a</span><span style="color: #333333;">kses pangan, p</span><span style="color: #333333;">enggunaan pangan dan k</span><span style="color: #333333;">estabilan pangan.<br /></span><span style="color: #333333; font-family: inherit; font-size: 16px;">C</span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: inherit; font-size: 16px;">SA merupakan transisi sistem produksi pertanian menuju suatu pendekatan yang terintegrasi untuk menghadapi tantangan (yang saling terkait antara) ketahanan pangan (<i>food security</i>) dan perubahan iklim (<i>climate change</i>). </span><span style="color: #333333; font-family: inherit; font-size: 16px;">CSA mendukung ketahahan pangan dengan menyertakan adaptasi dan potensi mitigasi. Secara eksplisit CSA bertujuan 1) M</span><span style="color: #333333; font-family: inherit; font-size: 16px;">eningkatkan produktivitas pertanian secara berkelanjutan (<i>sustainable</i>) serta mendukung peningkatan pendapatan petani dari lahan pertanian, ketahanan pangan dan pembangunan; 2) </span><span style="color: #333333; font-family: inherit; font-size: 16px;">Melakukan adaptasi dan membangun ketahanan sistem pertanian dan ketahanan pangan terhadap dampak perubahan iklim/variabilitas iklim; dan 3) </span><span style="color: #333333; font-family: inherit; font-size: 16px;">Mengurangi emisi dan meningkatkan absorpsi gas rumah kaca dari pertanian. Ketiga tujuan tersebut hendaknya dilaksanakan pada berbagai tingkatan : dari petani, daerah, negara hingga tingkat global. Jadi, </span><span style="color: #333333; font-family: inherit; font-size: 16px;">CSA memiliki 3 pilar yaitu </span><b style="color: #333333; font-family: inherit; font-size: 16px;">produktivitas</b><span style="color: #333333; font-family: inherit; font-size: 16px;">, </span><b style="color: #333333; font-family: inherit; font-size: 16px;">resiliensi </b><span style="color: #333333; font-family: inherit; font-size: 16px;">(ketahanan) dan </span><b style="color: #333333; font-family: inherit; font-size: 16px;">mitigasi</b><span style="color: #333333; font-family: inherit; font-size: 16px;">. Uraiannya sebagai berikut :</span></div><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"></p><ol><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><b>Produktivitas,</b> CSA meningkatkan produktivitas pertanian secara berkelanjutan dan dapat meningkatkan pendapatan petani tanpa terpengaruh dampak lingkungan, perubahan iklim dan meningkatkan ketahanan pangan.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><b>Resiliensi</b>, CSA dapat mengurangi tingkat keterpaparan petani terhadap perubahan iklim dalam jangka pendek dan memperkuat ketahanan/kemampuan beradaptasi</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><b>Mitigasi</b>, CSA hendaknya dapat mengurangi emisi GRK, menghindari deforestrasi dari sektor pertanian, mengelola tanah dan tanaman dengan memaksimalkan potensi penyimpanan karbon dan CO2 dari atmosfer.</span></li></ol><p></p><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; font-family: inherit; text-align: left;">Pembangunan pertanian haruslah meliputi : 1) Mencapai tujuan ketahanan pangan dan 2) menghindari dampak yang "irreversible" dan berbahaya dari perubahan iklim. Perubahan Iklim memberikan dampak yang besar terhadap seluruh dimensi ketahanan pangan. Ketahanan pangan dengan bagaimana memberikan pangan kepada penduduk yang terus bertambah, bagaimana meningkatkan produksi pangan sementara lahan terbatas dan dampak perubahan iklim yang terus bertambah. </span></p><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; text-align: left;"><span face="Open Sans, Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif" style="color: #333333;">Dampak perubahan iklim semakin besar, maka adaptasi pun harus dilakukan. Dampak yang berbahaya dari perubahan iklim, diantaranya target menahan peningkatan suhu di bawah 1,5 </span></span><span style="background-color: transparent; text-align: left;"><span face="Open Sans, Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif" style="color: #333333;">°</span></span><span face=""Open Sans", "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: transparent; color: #333333; text-align: left;">C membutuhkan penurunan emisi yang sangat besar sehingga diperlukan mitigasi. Pertanian dan kehutanan karena memberikan kontribusi cukup besar bagi emisi Gas Rumah Kaca (GRK), maka haruslah menjadi bagian solusi pada perubahan iklim. Menurut Hillel dan Rosenzweig (2013), produksi pangan dapat ditingkatkan dengan melakukan ekstensifikasi lahan yang ditanam atau dengan intensifikasi produksi. Managemen kedua proses tersebut harus dilakukan dengan mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan merespons perubahan iklim yang sekarang ini terus berlangsung.</span></span></p><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""Open Sans", "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="color: #333333; font-size: 16px;">Sektor pertanian sangat peka terhadap unsur iklim. dan juga dianggap bertanggung jawab langsung terhadap 14% emisi gas rumah kaca global, karena sektor ini merupakan pendorong utama terhadap penebangan hutan dan degradasi lahan (FAO, 2014). S</span><span face=""Open Sans", "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="color: #333333;">edangkan di tingkat nasional sumbangan emisi sebesar 12% (51,20 juta ton CO2e</span><span face=""Open Sans", "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="color: #333333;">) dari total </span><span face=""Open Sans", "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="color: #333333;">emisi sebesar 436,90 juta ton CO2e</span><span face=""Open Sans", "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="color: #333333;">, bila emisi dari degradasi hutan, kebakaran gambut, dan dari drainase lahan </span><span face="Open Sans, Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif" style="color: #333333;">gambut tidak diperhitungkan (Surmaini et al., 2010). </span><span face=""Open Sans", "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="color: #333333; font-size: 16px;"> Tantangannya adalah bagaimana pendekatan CSA dapat dijalankan pada sektor pertanian di Indonesia untuk menghadapi dampak perubahan dan variabilitas iklim. CSA menghadapi tantangan membangun sinergi antara tujuan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim tentunya juga dengan peningkatan produktivitas dan income petani. </span></span></p><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="color: #333333; font-family: inherit;">Aktivitas utama pertanian diupayakan dalam mengelola resiko iklim, meningkatkan adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim. Bagaimana menghubungkan pengetahuan dan aksi dalam berbagai kegiatan pertanian cerdas iklim (CSA). Berbagai aktivitas diterapkan secara spesifik baik melalui satu atau kombinasi beberapa aspek antara lain : 1) <i><b>Climate smart</b></i> : misalnya kegiatan peningkatan akurasi prakiraan iklim (bulanan atau musiman), asuransi berbasis iklim, penggunaan informasi dan teknologi informasi dalam pengambilan keputusan pertanian (penentuan awal dan jadwal tanam, pengaturan irigasi dan penanganan organisme hama penyakit tanaman), 2) <b><i>Water smart </i></b>: misalnya pengelolaan air di tingkat lahan atau komunitas, pemanenan air hujan, 3) <b><i>Carbon smart</i></b> : misalnya konservasi tanah (tanpa olah tanah), pengaturan sistem penggunaan lahan, 4) <b><i>Soil smart</i></b> : misalnya pengelolaan dan efesiensi pemupukan, pemanfaatan legume untuk meningkatkan nitrogen dalam tanah dan 5) <b><i>Energy smart </i></b>: misalnya mesin pertanian hemat energi, biofuel, pemanfaatan sampah pertanian dan sebagainya.</span></p><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-2VDMZ9cifik/YaHQSMyljwI/AAAAAAAACdM/B9vGk_Lsc6cKTNqLY92RLSMKl_dRoAKVACLcBGAsYHQ/s1848/portfolio-details.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="819" data-original-width="1848" height="284" src="https://1.bp.blogspot.com/-2VDMZ9cifik/YaHQSMyljwI/AAAAAAAACdM/B9vGk_Lsc6cKTNqLY92RLSMKl_dRoAKVACLcBGAsYHQ/w640-h284/portfolio-details.jpg" width="640" /></a></div>Gambar 7. Beberapa aspek dalam CSA<br /><span style="color: #333333; font-family: inherit; font-size: 16px;"><br /></span><p></p><div style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="color: #333333; font-family: inherit; font-size: 16px;">Hubungan antara pertanian dan perubahan iklim adalah jalan dua arah: pertanian tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan iklim tetapi juga memiliki efek yang signifikan sebagai imbalannya. Secara global, pertanian, perubahan penggunaan lahan dan kehutanan bertanggung jawab atas 19-29% emisi GRK. Di negara-negara berkembang, angka ini meningkat menjadi 74%. Jika emisi pertanian tidak dikurangi, pertanian akan menyumbang 70% dari total emisi GRK yang dapat dilepaskan jika kenaikan suhu dibatasi hingga 2°C. Peningkatan 2°C dibandingkan suhu pada masa pra-industri dikaitkan dengan dampak negatif yang serius terhadap lingkungan alam dan kesehatan serta kesejahteraan manusia, termasuk risiko yang jauh lebih tinggi bahwa perubahan berbahaya dan kemungkinan bencana di lingkungan global akan terjadi. Untuk alasan ini, masyarakat internasional telah mengakui perlunya menjaga pemanasan jauh di bawah 2°C dan mengupayakan upaya untuk membatasinya hingga 1,5°C. </span><span style="color: #333333; font-family: inherit; font-size: 16px;">Pilihan mitigasi yang tersedia di sektor pertanian sama kompetitifnya dengan biaya yang ada di sektor energi, transportasi dan kehutanan. Dan mereka juga mampu mencapai tujuan iklim jangka panjang. Untuk itu, mitigasi merupakan salah satu dari tiga pilar pertanian cerdas iklim (CSA). </span></div><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-OUglocOJLjg/X-hZBNSezuI/AAAAAAAACQE/PHi63Z65Z6kw93q4OqeWpEIoA4wkLPN0wCLcBGAsYHQ/s848/csa.JPG" style="font-size: medium; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="352" data-original-width="848" height="266" src="https://1.bp.blogspot.com/-OUglocOJLjg/X-hZBNSezuI/AAAAAAAACQE/PHi63Z65Z6kw93q4OqeWpEIoA4wkLPN0wCLcBGAsYHQ/w640-h266/csa.JPG" width="640" /></span></a></p><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;">Gambar 8. CSA untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dan tujuan pembangunan</span></p><div style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;">Penjelasan yang lengkap tentang CSA disampaikan oleh pakar mikrometeorologi dan agroklimatologi IPB, Ibu Prof. Dr. Ir. Tania June, M.Sc sebagai berikut :</span></div><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><i style="background: none 0% 0% repeat scroll transparent; border: 0px none; box-sizing: border-box; margin: 0px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><iframe allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/fyILUGWjXyQ" width="560"></iframe></span></i></p><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><b><span style="font-family: inherit;">Bagaimana melokalkan aksi-aksi CSA?</span></b></p><div style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><span face="Open Sans, Helvetica Neue, Helvetica, Arial, sans-serif" style="color: #333333;">Dengan resiko di masa kini dan akan datang yang diakibatkan oleh perubahan iklim terhadap lahan dan produktivitas pertanian, maka langkah pertama melakukan reorientasi tentang produk pertanian. Petani dengan menggunakan langkah-langkah lokal dalam cerdas iklim </span><span face=""Open Sans", "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="color: #333333;">menghadapinya. </span>CSA mendorong tindakan yang terkoordinasi antara petani, penyuluh, peneliti, pengambil keputusan, swasta dan masyarakat menuju ketahanan iklim dengan 4 (empat) aksi utama yaitu : 1) Membangun bukti dan alat penilaian, 2) Penguatan dan peningkatan institusi nasional dan lokal, 3) Mengembangkan koordinasi antara iklim dan kebijakan serta 4) Meningkatkan hubungan antara iklim dan pembiayaan pertanian (Gambar 9).</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-DMk5jKkzRcs/YW7Tl5WSZWI/AAAAAAAACbg/ybwuhvbf3P0Mq3p9XaJwUk5Zhbd6CsZKgCLcBGAsYHQ/s690/22f1adbbc5.gif" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="433" data-original-width="690" height="251" src="https://1.bp.blogspot.com/-DMk5jKkzRcs/YW7Tl5WSZWI/AAAAAAAACbg/ybwuhvbf3P0Mq3p9XaJwUk5Zhbd6CsZKgCLcBGAsYHQ/w400-h251/22f1adbbc5.gif" width="400" /></span></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;">Gambar 9. Aksi dalam CSA</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;">Dengan CSA memungkinkan petani secara berkelanjutan meningkatkan produktivitas dan pendapatannya, beradaptasi dan membangunan ketahanan terhadap perubahan iklim serta mengurangi emisi GRK. CSA dibangun dengan pertanian berkelanjutan menggunakan prinsip ekosistem, pengelolaan berkelanjutan lahan dan air, analisis lanskap serta penilaian sumber daya dan energi dalam sistem pertanian. CSA bukanlah suatu praktik yang diterapkan secara universal, tetapi suatu pendekatan yang melibatkan berbagai unsur dengan konteks tertentu yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan lokal (FAO, 2014).<br /></span><span style="font-family: inherit;">Dikarenakan adanya ketidakpastian (<i>uncertainty</i>) pada keluaran model iklim, pengembangan dan penerapan pendekatan berorientasi masalah perencanaan adaptasi perlu potensi dalam mengidentifikasi tindakan yang jelas dalam menghadapi ketidakpastian. Basis bukti diperlukan untuk mendukung pengambilan keputusan yang efektif, menghadapi adanya skala spasial dan temporal yang tidak sesuai pada perencanaan lokal. Teknis bagaimana menyampaikan skala yang lebih sesuai untuk mendukung keputusan, informasi yang lebih terbatas yang mudah dipahami pada perubahan variabilitas iklim pada skala tersebut dan dampaknya bagi pertanian lebih penting disampaikan pada masyarakat lokal (petani) daripada menyampaikan tren jangka panjang variabilitas iklim kepada mereka (Lipper et al., 2014).<br /></span><b><span style="font-family: inherit;">SLI Operasional <br /></span></b><span style="font-family: inherit;">Salah satu langkah nyata dalam menjalankan CSA melalui kegiatan SLI (Sekolah Lapang Iklim). SLI adalah pendekatan yang memberdayakan petani dan penyuluh. Proses transfer ilmu tentang iklim kepada petani yang dilakukan secara bertahap. Menurut Boer et al., 2003 tujuan kegiatan SLI adalah : 1) Meningkatkan kemampuan petani tentang iklim dan kemampuan mengantisipasi kejadian iklim ekstrem pada aktivitas pertanian mereka. 2) Membantu petani dalam mengamati unsur iklim dan memanfaatkannya bagi keperluan pertanian. 3) Membantu petani untuk menterjemahkan informasi iklim (prakiraan) dalam mendukung kegiatan usaha tani, khususnya pada keputusan menanam dan strategi memanen. Kegiatan SLI meliputi dua bagian fase sosialisasi dan institusionalisasi. Sosialisasi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan petani tentang iklim dan pemanfaatannya dan institusionalisasi untuk kelembagaan. </span><span style="font-family: inherit;">Tujuan final dari SLI adalah membentuk kelompok tani yang mempunyai motivasi mengembangkan kegiatan agribisnisnya sendiri, dengan informasi iklim dipergunakan sebagai masukan untuk membuat rencana, strategi dan keputusan.</span></div><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span class="markedContent" id="page3R_mcid130" style="font-family: inherit;"><span dir="ltr" face="sans-serif" role="presentation" style="font-size: 16.6px; left: 71px; top: 784.724px; transform: scaleX(1.0006);"></span><span dir="ltr" face="sans-serif" role="presentation" style="font-size: 16.6px; left: 167.728px; top: 784.724px; transform: scaleX(1.00116);"></span></span></p><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-1z_BAykr-Pc/YZhaASiSx3I/AAAAAAAACcw/BQ_WIHpD1p4V2k6HukkNwvDZQyv30YiKQCLcBGAsYHQ/s623/aksi%2BCFS.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="364" data-original-width="623" height="357" src="https://1.bp.blogspot.com/-1z_BAykr-Pc/YZhaASiSx3I/AAAAAAAACcw/BQ_WIHpD1p4V2k6HukkNwvDZQyv30YiKQCLcBGAsYHQ/w611-h357/aksi%2BCFS.JPG" width="611" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Gambar 10. Proses dalam SLI (Diadaptasi dari Boer et al., 2003)</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;">BMKG dalam partisipasinya turut memberikan layanan dan informasi iklim dan perubahannya, melaksanakan kegiatan SLI. Kegiatan ini merupakan diseminasi BMKG dalam menjalankan CSA. Pada awalnya sejak tahun 2011 SLI dilakukan hanya dengan menggunakan konsep lama. SLI yang menggunakan konsep klasikal menyampaikan modul pelatihan dan simulasi melalui 3 tahapan. Kegiatan ini pesertanya di Kalimantan Selatan terdiri atas PPL, POPT dan perwakilan Kelompok Tani. Kegiatan ini merupakan kegiatan mandiri BMKG dan tidak berkelanjutan.</span></div><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><iframe allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/I3mQOj8MHEo" width="560"></iframe></span></p><div style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;">Dalam keadaan pandemi diperkenalkan SLI Operasional, yang merupakan sebuah konsep baru dari BMKG dalam mengawal produktivitas pertanian. Konsep aktivitas SLI dengan menerapkan aturan protokoler kesehatan untuk aktifitas pembelajaran yang mengharuskan pertemuan secara fisik (offline). Sedangkan untuk pembelajaran jarak jauh dilakukan dengan online mellaui modul-modul video visual yang dapat digunakan oleh peserta SLI berupa pembelajaran jarak jauh dan juga kemasan video materi mengenai iklim.<br /></span><span style="font-family: inherit;">Sekolah Lapang Iklim (SLI) Operasional adalah upaya untuk meningkatkan pemahaman informasi iklim khususnya kepada para petugas Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dan petani di tengah kondisi darurat COVID-19 dan di masa “New Normal” dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan. Diharapkan petani tetap mendapatkan pembelajaran dalam memahami informasi cuaca dan iklim serta dapat menerapkan secara berkelanjutan pengetahuannya dalam meningkatkan hasil produksi pertanian serta dalam mengantisipasi variabilitas iklim dan dampak iklim ekstrem di wilayah masing-masing.</span><span style="font-family: inherit;">SLI Operasional dijalankan secara tematik, menyesuaikan dengan kearifan lokal daerah setempat. SLI tematik tersebut diharapkan meningkatkan pemahaman petani dalam "membaca" informasi cuaca atau literasi iklim. Sebab diketahui, petani umumnya telah memiliki kearifan lokal turun menurun mengenai cuaca. Perpaduan keduanya diharapkan dapat meminimalisir dampak buruk yang diakibatkan oleh cuaca dan iklim di kegiatan pertanian. <br /></span><span style="font-family: inherit;">Sejak tahun 2020, BMKG telah mengusung konsep kegiatan SLI Operasional dengan target kegiatan fokus kelompok tani binaan dan menggandeng Dinas Pertanian, lembaga penelitian Pertanian serta pihak terkait. SLI Operasional bertujuan memberikan informasi secara lebih mendalam dan langsung kepada kelompok petani dan penyuluh pertanian, diharapkan mampu merubah persepsi, perilaku serta pengalaman dalam pemanfaatan informasi iklim. Tim BMKG melakukan pendampingan secara intensif dalam mendapatkan informasi pengaruh, dampak SLI pada wilayah setempat. SLI Operasional ditargetkan pada satu lokasi Desa/ Kecamatan dengan kegiatan berkelanjutan. Kegiatannya dilaksanakan pada suatu demplot Kelompok Tani dengan menggunakan peralatan observasi iklim sederhana (misalnya : penakar hujan observatorium dan lain-lain). Kegiatan dilakukan dengan berkolaborasi bekerja sama dan berbagi sumber daya yang ada. Pada tahun 2020 SLI Operasional BMKG telah dilaksanakan di 39 lokasi di Indonesia. Di Kalimantan Selatan kegiatan ini telah dilangsungkan di 2 Kabupaten/Kota yaitu : 1) Kab. Hulu Sungai Selatan yang merupakan sentra tanaman pangan lahan rawa lebak dan 2) Kota Banjarbaru yang merupakan sentra tanaman hortikultura </span></div><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-0yS-Mu8RTuY/YaHV1K7MuUI/AAAAAAAACdc/mcqpnZpetpQ7xy9p1dpakOsGOfYmZ-4VACLcBGAsYHQ/image.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img data-original-height="500" data-original-width="974" height="328" src="https://lh3.googleusercontent.com/-0yS-Mu8RTuY/YaHV1K7MuUI/AAAAAAAACdc/mcqpnZpetpQ7xy9p1dpakOsGOfYmZ-4VACLcBGAsYHQ/w640-h328/image.png" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Gambar 11. Lokasi-lokasi pelaksanaan SLI Operasional d Indonesia tahun 2020</div><br /><br /><p></p><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 16px; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><iframe allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/e18GYraGdxM" title="YouTube video player" width="560"></iframe></p><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; font-family: inherit;">Sumber :</span></p><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; font-family: inherit;">Web </span></p><div style="color: #333333; font-family: inherit; text-align: justify;"><a href="https://archive.ipcc.ch/publications_and_data/ar4/wg1/en/tssts-3-1-1.html">https://archive.ipcc.ch/publications_and_data/ar4/wg1/en/tssts-3-1-1.html</a> diakses 25 Oktober 2021</div><div style="color: #333333; font-family: inherit; text-align: center;"><br /></div><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><a href="https://ayosemarang.com/read/2020/09/17/63815/bmkg-gelar-sli-berikan-pemahaman-informasi-iklim-bagi-petani" style="background-color: transparent; text-align: left;">https://ayosemarang.com/read/2020/09/17/63815/bmkg-gelar-sli-berikan-pemahaman-informasi-iklim-bagi-petani</a><span style="background-color: transparent; text-align: left;"> diakses 10 Januari 2021.</span></p><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; text-align: left;"><a href="https://bbsdlp.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=1006:indonesia-susun-profil-pertanian-cerdas-iklim&catid=129&Itemid=305">https://bbsdlp.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=1006:indonesia-susun-profil-pertanian-cerdas-iklim&catid=129&Itemid=305</a> diakses 10 Oktober 2021</span></p><p style="background: none 0% 0% repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.7em; margin: 0px 0px 25px; outline: currentcolor none 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><a href="https://www.bmkg.go.id/press-release/?p=bmkg-tegaskan-komitmen-dukung-kedaulatan-pangan&tag=press-release&lang=ID" style="text-align: left;">https://www.bmkg.go.id/press-release/?p=bmkg-tegaskan-komitmen-dukung-kedaulatan-pangan&tag=press-release&lang=ID</a> diakses 25 Oktober 2021</p><div><div><a href="https://www.bmkg.go.id/press-release/?p=adaptasi-terhadap-perubahan-iklim-bmkg-roadshow-sekolah-lapang-iklim-operasional-di-gunungkidul">https://www.bmkg.go.id/press-release/?p=adaptasi-terhadap-perubahan-iklim-bmkg-roadshow-sekolah-lapang-iklim-operasional-di-gunungkidul</a>&tag=press-release&lang=ID diakses 10 Januari 2021.</div><div><br /></div><div><a href="https://csa.guide/csa/what-is-climate-smart-agriculture/">https://csa.guide/csa/what-is-climate-smart-agriculture/</a> diakses 1 Oktober 2021</div><div><br /></div><div><div><span style="font-family: inherit;"><a href="https://www.fao.org/climate-smart-agriculture-sourcebook/concept/">https://www.fao.org/climate-smart-agriculture-sourcebook/concept/</a> diakses 23 Oktober 2021</span></div></div><div><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div><span style="font-family: inherit;"><div><span style="background-color: white; color: #333333;"><a href="https://medialibrary.climatecentral.org/resources/2020-in-review-global-temperature-rankings">https://medialibrary.climatecentral.org/resources/2020-in-review-global-temperature-rankings</a> diakses 30 Oktober 2021</span></div></span></div><div><br /></div><div><a href="https://public.wmo.int/en/media/press-release/state-of-climate-2021-extreme-events-and-major-impacts">https://public.wmo.int/en/media/press-release/state-of-climate-2021-extreme-events-and-major-impacts</a> diakses 30 Oktober 2021.</div><div><br /></div><div><span style="font-family: inherit;"><a href="https://web.facebook.com/367207883347769/videos/983081898823988/">https://web.facebook.com/367207883347769/videos/983081898823988/</a> diakses 12 Oktober 2021</span></div><div><br /></div><div><div><span style="font-family: inherit;"><a href="https://www.weforum.org/agenda/2020/11/why-we-must-scale-up-climate-smart-agriculture-csa-climate-hunger-population-resilience/">https://www.weforum.org/agenda/2020/11/why-we-must-scale-up-climate-smart-agriculture-csa-climate-hunger-population-resilience/</a> diakses 1 Oktober 2021</span></div></div><div><br /></div><div><br /></div><div>Jurnal dan Buku :</div><div><br /></div><div>Aman Nurrahman Kahfi. 2020. Bahan Ajar Konsep Climate-Smart Agriculture. Kementerian Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang.</div><div><br /></div><div>Boer R, Rubbiah AR, Tamkani K, Hardjanto H, Alimoeso S. 2003. Institutionalizing Climate Information Applications: Indonesian Case; Bogor Agricultural University, Asian Disaster Preparedness Centre, Indramayu Agriculture Office, Bureau of Meteorology and Geophysics, Directorate of Plant Protection Bogor: Bogor, Indonesia; Pathumthani, Thailand, 2004 : 189–198</div><div><br /></div><div><div><span style="font-family: inherit;">FAO, 2014. Climate Smart Agriculture Sourcebook. ISBN 978-92-5-107720-7 (hardcopy). E-ISBN 978-92-5-107721-4.</span></div></div><div><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Hillel D, Rosenzweig C,. 2013. Handbook of Climate Change and Agroecosystems, Global and Regional Aspects and Implications. Imperial College Press. </span></div></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div>Lipper, L., Thornton, P., Campbell, B. M., Baedeker, T., Braimoh, A., Bwalya, M. 2014. Climate-smart agriculture for food security, Nat. clim. Chang. 4, 1068–1072. doi: 10.1038/nclimate2437</div><div><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div><br /></div><div><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div></div> <br /></div>ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-13499469886985346802020-02-25T08:50:00.001+08:002023-10-29T17:52:43.777+08:00FENOLOGI TANAMAN DAN GROWING DEGREE-DAYS<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-cRms8mupzS4/YSOVsCNd_hI/AAAAAAAACXg/asTD9fVnsBkGSnctbjE4deNcUe2p1nu0QCLcBGAsYHQ/s1280/2020101202.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="763" data-original-width="1280" height="313" src="https://1.bp.blogspot.com/-cRms8mupzS4/YSOVsCNd_hI/AAAAAAAACXg/asTD9fVnsBkGSnctbjE4deNcUe2p1nu0QCLcBGAsYHQ/w524-h313/2020101202.jpeg" width="524" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Gambar 1. Fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung (Zea mays L.)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Unsur cuaca dan iklim sangat berhubungan erat dengan tanaman. Tanaman dapat dipengaruhi unsur cuaca/ iklim oleh suhu rendah dan tinggi, intensitas dan jam sinar matahari, angin dan curah hujan. Pengaruh cuaca dan iklim terhadap tanaman dimulai oleh pengaruh langsung cuaca, terutama pengaruh sinaran dan suhu terhadap berbagai metabolisme dalam tanaman (fotosintesis, respirasi dan beberapa metabolisme dalam sel organ tanaman). Fotosintesis dan respirasi matahari proses biokimia yang memerlukan katalisator. Kecepatan prosesnya akan tergantung pada keaktifan pengkatalisa yang diatur oleh suhu. Pembahasan dimulai dengan radiasi matahari, yang menentukan intensitas dan lama penyinaran matahari, suhu udara, dan evapotranspirasi. Hal ini menyebabkan kelembaban udara dan tutupan awan, sehingga pemanasan udara tidak merata, menyebabkan gerakan angin dan perbedaan tekanan atmosfer (barometrik). Semua hal ini menyebabkan curah hujan, yang menyediakan air yang dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman.</div><span><a name='more'></a></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Fenologi adalah studi tentang hubungan antara perkembangan tanaman dengan perubahan iklim dan musim, seperti suhu dan lamanya pencahayaan per hari, terutama terhadap perubahan dalam bentuk fenomena yang periodik seperti proses pembentukan daun, bunga dan dormansi. Kata “fenologi” berasal dari bahasa Yunani. “Phaino” berarti menunjukkan/ memperlihatkan dan “logos” berarti ilmu. Fenologi adalah cabang ilmu agrometeorologi, berkenaan dengan hubungan antara cuaca (atau iklim) dan fenomena periode biologis seperti halnya fase perkembangan tanaman atau migrasi dari burung-burung. Badan Meteorologi di berbagai negara juga melakukan pengamatan fenologi ini secara reguler (bukan hanya pengamatan meteorologi saja). Fenologi cabang ilmu ekologi meliputi variasi lama penyinaran, presipitasi, suhu dan faktor pengatur lainnya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Suhu adalah salah satu faktor lingkungan yang menentukan perkembangan fenologi tanaman (Monteith dan Unsworth, 2013). Faktor suhu dapat menjelaskan perkembangan fenologi, apabila melibatkan lingkungan dan genotipe. Suhu dapat dinyatakan dalam antara lain : derajat harian (<i>degree days</i>), masa termal (<i>thermal unit</i>) atau unit panas (<i>heat unit</i>), jumlah suhu-suhu rata-rata harian (<span face="arial, sans-serif" style="background-color: white; color: #4d5156; text-align: left;"> °C h) </span>selama waktu semai hingga saat masak fisiologis. Konsep yang sering digunakan berkaitan dengan fenologi tanaman ialah konsep satuan panas (<i>degree days</i>). Konsep umum digunakan untuk menjelaskan pengaruh suhu terhadap perkembangan tanaman (fenologi) disebut pula thermal unit atau heat unit (Handoko, 1994). Tanaman secara fisiologis 'bekerja" tidak dengan menggunakan kalender hari tapi menggunakan "<i>degree days</i>". Setiap tanaman membutuhkan sejumlah satuan panas untuk menyelesaikan satu fase pertumbuhannya. <i>Growing degree days</i> (GDD) adalah cara menghitung perkembangan fisiologis tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyaknya satuan panas yang diperlukan tanaman mulai dari tanam sampai panen dapat diduga. GDD merupakan indikator berbasis cuaca untuk menilai perkembangan tanaman, dengan asumsi keadaan ekstrem tidak terjadi.<span></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Satuan panas (heat unit) yang dinyatakan dalam derajat tumbuh harian (<i>growing degree days</i> = GDD) telah banyak digunakan untuk menggambarkan fenologi dan menentukan bila saatnya tanaman siap berbunga (<i>maturity date</i>). Hasil perhitungan dengan heat unit dapat digunakan untuk memprediksi tanaman dan juga melihat perkembangan hama penyakit tanaman dalam rangka tanggal pemanenannya.</div><span><a name="more"></a></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Konsep GDD ini berlaku untuk tanaman netral, yang tidak responsif terhadap panjang hari. Konsep ini menganggap faktor seperti halnya panjang hari tidak berpengaruh, laju perkembangan tanaman berbanding lurus dengan suhu (T) di atas dari suhu dasar (To). Laju perkembangan tanaman merupakan bagian dari fungsi suhu. Konsep ini mengasumsikan adanya hubungan yang lurus antara perkembangan dan suhu (Gambar 2)</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjbZNsLsyNpZ7-vr_ttyWIMK9Hyyl1tVg7gyX0pmu5KwUsDctzVoo5mJXHUf91DN-TMcIaG2yM83ep9EEICUz5sv3xoOivZGi9u4II8bjbMunKVjyT8TN_zyzT7AaasGfnGwJU-kwM939Rs4YyIyDnFCXOjYyxdAnaa167eQG4XDoqewPW2kswy7_A/s380/laju%20perkembangan.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="380" data-original-width="375" height="323" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjbZNsLsyNpZ7-vr_ttyWIMK9Hyyl1tVg7gyX0pmu5KwUsDctzVoo5mJXHUf91DN-TMcIaG2yM83ep9EEICUz5sv3xoOivZGi9u4II8bjbMunKVjyT8TN_zyzT7AaasGfnGwJU-kwM939Rs4YyIyDnFCXOjYyxdAnaa167eQG4XDoqewPW2kswy7_A/w319-h323/laju%20perkembangan.jpg" width="319" /></a></div>Gambar 2. <span style="text-align: justify;">Laju perkembangan (Growing days) dan suhu udara </span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">GD (<i>Growing Days</i>) didefinisikan sebagai suhu harian rata-rata (suhu rata-rata antara suhu maksimum dan suhu minimum) di atas dari ambang suhu yang terakumulasi. GD dihitung setiap hari sebagai suhu maksimum ditambah suhu minimum dibagi 2 (atau suhu rata-rata), dikurangi suhu dasar. GDD diakumulasikan dengan menambahkan kontribusi GD setiap hari seiring berjalannya musim. Jika suhu rata-rata di bawah suhu dasar, nilai hari derajat pertumbuhan pada hari itu adalah nol. GDD dihitung sejak awal pertumbuhan tanaman.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Penjumlahan satuan panas untuk derajat hari pertumbuhan (Growing Degree Days, GDD) dihitung menggunakan persamaan:</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">1. Metode degree-days yang standar </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvtBP75zpkQ96L14AAdA3FlMMu9gGhyW4UjUTliZEpBT6IqgekSaFhcGltNXKYHOODkDy5g8OezK5FMOfLxP_RLhcGpv391Pxq_WNpbyPDRJ3xHmYRMXaoT41RSwaddTMdXZhWE3aQ8B83CJJYHYIg1W62N6cbWtZQ4bdaTxFBBMCrfQp7teu15IzP/s327/CodeCogsEqn.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="26" data-original-width="327" height="25" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvtBP75zpkQ96L14AAdA3FlMMu9gGhyW4UjUTliZEpBT6IqgekSaFhcGltNXKYHOODkDy5g8OezK5FMOfLxP_RLhcGpv391Pxq_WNpbyPDRJ3xHmYRMXaoT41RSwaddTMdXZhWE3aQ8B83CJJYHYIg1W62N6cbWtZQ4bdaTxFBBMCrfQp7teu15IzP/s320/CodeCogsEqn.png" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Dimana (Tmax + Tmin)/2 adalah suhu udara harian rata-rata. Tbase atau To adalah suhu dasar tanaman (suhu ambang batas minimum bagi tanaman)</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">2. Metode rata-rata yang maksimum</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqAryVn1M0p0BEfJmmV_l6EPGdCipOrnhsVLOcmQcnUVzE3GABjFZx58YWKd0aZy9-tJHqMA_kvbpXBLMXv3CaSmdCjetmWt-i-vfAz3RKqtcmH20nF9saEGkoLFcmP0WBQGFU3OW9RsczGAWWp2u0qs6Ffe19TaoI0qxqC6cskhsHmr_vYQp8rssf/s228/CodeCogsEqn%20(1).png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="26" data-original-width="228" height="26" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqAryVn1M0p0BEfJmmV_l6EPGdCipOrnhsVLOcmQcnUVzE3GABjFZx58YWKd0aZy9-tJHqMA_kvbpXBLMXv3CaSmdCjetmWt-i-vfAz3RKqtcmH20nF9saEGkoLFcmP0WBQGFU3OW9RsczGAWWp2u0qs6Ffe19TaoI0qxqC6cskhsHmr_vYQp8rssf/s1600/CodeCogsEqn%20(1).png" width="228" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>3. Metode batas tertinggi yang dikurangi, </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Dimana <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKPH_Mziejxxr4n54zZDFBhPa-ofeocveSwY_5MYwFZ8ViwL6jnUpUoIhGhGY2FXk72J5XjpBk5vN94Wx4Y_3ovTeQHvgI1b_5G6bKmlYJUW50BU_YKpMjhZPouX-LASjcFD8Dh4-o0ZMAQKsfLL69O8ooJkpwGfg9imjyVRdP6y107BQkXuu92Xpp/s126/CodeCogsEqn%20(6).png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="16" data-original-width="126" height="16" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKPH_Mziejxxr4n54zZDFBhPa-ofeocveSwY_5MYwFZ8ViwL6jnUpUoIhGhGY2FXk72J5XjpBk5vN94Wx4Y_3ovTeQHvgI1b_5G6bKmlYJUW50BU_YKpMjhZPouX-LASjcFD8Dh4-o0ZMAQKsfLL69O8ooJkpwGfg9imjyVRdP6y107BQkXuu92Xpp/s1600/CodeCogsEqn%20(6).png" width="126" /></a> maka :</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8H79sVqkTc_tXfu7W7rjqQsAVY_FipLsUcqjyXDq42x3KjsomihV_i4llTA8QSBH6duKhpZ6BaTj4GhRcNg0bsvKZfC9OaLGy7mn2weWGWOoF5Dcd8zfmfrJz1_51BNSmGF-omvvqMkw0CMaxkIEWOrcCBBrCnWnKogkGx5K38Y5dhSPFznx7LrvE/s228/CodeCogsEqn%20(1).png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="26" data-original-width="228" height="26" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8H79sVqkTc_tXfu7W7rjqQsAVY_FipLsUcqjyXDq42x3KjsomihV_i4llTA8QSBH6duKhpZ6BaTj4GhRcNg0bsvKZfC9OaLGy7mn2weWGWOoF5Dcd8zfmfrJz1_51BNSmGF-omvvqMkw0CMaxkIEWOrcCBBrCnWnKogkGx5K38Y5dhSPFznx7LrvE/s1600/CodeCogsEqn%20(1).png" width="228" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Atau saat, <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTNBi965ncpi9dBMTEtARmdgP26ldGt1SO0UL32RZRn-YrZI6tIcGhVwphnp_NTf1fSlUAGKtSGwcOaFKRBwTazWxg2nUYDXaQv1gd612t9ryn0lIVR6JTecydpQDf1oYLGKsy1pKLFF0vE4GQcBaXZaoOGC9-rXFGvN1AGvRWJgLEAObWmAk_NEkT/s125/CodeCogsEqn%20(7).png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="14" data-original-width="125" height="14" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTNBi965ncpi9dBMTEtARmdgP26ldGt1SO0UL32RZRn-YrZI6tIcGhVwphnp_NTf1fSlUAGKtSGwcOaFKRBwTazWxg2nUYDXaQv1gd612t9ryn0lIVR6JTecydpQDf1oYLGKsy1pKLFF0vE4GQcBaXZaoOGC9-rXFGvN1AGvRWJgLEAObWmAk_NEkT/s1600/CodeCogsEqn%20(7).png" width="125" /></a>maka :</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFuAKP_IES2y0h9HtW92p-EwTw7kFVu0mnjjC84MZ7XAYBWW7HiByg5B9nXM0MGiJZ0TV4vuNqRKrDVS5e9-sO9RTuRlWnCjFxe8xca5e6gqCAfq7NcJ8RmkP9wQd3JxvkoL7znegrCLfsGbDQqsaZ_zI0r4ycI_6hYhDkAZSg8549za_k1cjP-X8I/s404/CodeCogsEqn%20(8).png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="26" data-original-width="404" height="21" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFuAKP_IES2y0h9HtW92p-EwTw7kFVu0mnjjC84MZ7XAYBWW7HiByg5B9nXM0MGiJZ0TV4vuNqRKrDVS5e9-sO9RTuRlWnCjFxe8xca5e6gqCAfq7NcJ8RmkP9wQd3JxvkoL7znegrCLfsGbDQqsaZ_zI0r4ycI_6hYhDkAZSg8549za_k1cjP-X8I/s320/CodeCogsEqn%20(8).png" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Bila suhu maksimum (Tmax) lebih besar daripada suhu ambang/batas (Tbatas) maka Tmax sama dengan Tbatas dikurangi perbedaan antara Tmax dan Tbatas.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><div style="text-align: right;"><br /></div></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/vr_tgnOTd04" title="YouTube video player" width="560"></iframe></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div>Fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat dibagikan menjadi fase vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif adalah fase berkembangnya bagian vegetatif dari suatu tanaman. Bagian vegetatif dari tanaman adalah akar, batang dan daun. Fase vegetatif merupakan fase awal pertumbuhan tanaman dari perkecambahan hingga primordia bunga (pembentukan malai). Fase generatif atau produktif adalah fase pertumbuhan yang menimbun sebagian besar karbohidrat dari proses fotosintesis. Karbohidrat tersebut digunakan untuk pembentukan bunga, buah, dan biji, atau pembesaran/pendewasaan struktur penyimpanan atapun cadangan makanan Fase ini masa di mana tanaman menjelang berbunga sampai berbuah.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Tabel 1. Tahapan fase vegetatif dan generatif pada tanaman</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /><table class="tg"><thead><tr><th class="tg-wnqi">Fase vegetatif</th><th class="tg-wnqi">Fase Generatif</th></tr></thead><tbody><tr><td class="tg-73oq">Perkecambahan</td><td class="tg-73oq">Induksi bunga</td></tr><tr><td class="tg-73oq">Kemunculan bibit di atas tanah</td><td class="tg-73oq">Inisiasi bunga</td></tr><tr><td class="tg-73oq">Pembentukan akar dan daun</td><td class="tg-73oq">Pertumbuhan primordia bunga</td></tr><tr><td class="tg-73oq">Inisiasi anakan/ cabang</td><td class="tg-73oq">Kemunculan bunga</td></tr><tr><td class="tg-73oq">Perpanjangan daun</td><td class="tg-73oq">Pembentukan bunga jantan</td></tr><tr><td class="tg-73oq">Perpanjangan batang</td><td class="tg-73oq">Pertumbuhan organ produktif</td></tr><tr><td class="tg-73oq">Akhir perpanjangan batang<br />dan pembentukan daun</td><td class="tg-73oq">Maturasi tanaman</td></tr></tbody></table></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><b><br /></b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><b>Penggunaan dan Kelemahan Konsep Growing Degree-Days</b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Penggunaan GDD dapat dimanfaatkan berbagai perhitungan. <span style="background-color: white;">Dengan menggunakan Degree Days anda dapat menghitung suhu dasar perkembangan serangga OPT, burung dan juga tanaman melalui basis fenologi dan model dinamik populasi. Kemudahan metode ini membuat banyak dipergunakan dalam memberikan petunjuk operasional pertanian dan penggunaan perencanaan lahan. Kebanyakan penggunaan GDD untuk memprakirakan tanggal masaknya tanaman, panen dan jumlahnya. Dari sisi ekonomi dapat memprakirakan berapa tenaga yang diperlukan dan mengurangi biaya pemanenan dan pabrik. Pengaplikasian dapat menjelaskan daerah potensial apabila suatu tanaman dapat ditanam secara berhasil, walaupun belum pernah ditanam di sana sebelumnya. Penggunaan GDD juga dapat diaplikasikan pada varietas yang sudah diseleksi dari berbagai varietas tanaman ditanam di suatu areal yang baru. Penggunaannya juga dapat diterapkan untuk mengubah atau modifikasi mikroklimatologi dalam konteks untuk mendapatkan kondisi yang mendekati maksimum pada siklus perkembangan tanaman. Selain ini, konsep ini juga dapat diterapkan pada tanaman selain tanaman yang ditanam dan menghitung pertumbuhan dan perkembangan serangga, penyakit tanaman dan hewan-hewan lainnya.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Walaupun konsep GDD simpel dan sangat berguna, mempunyai kekurangan dari sisi teori dan sejumlah kelemahan (Harval dan Tupper, 2004). Di antaranya kondisi tahapan fisiologis tanaman tidak dijelaskan, kesalahan asumsi dan proses saat memprakirakan tingkat perkembangan dan ambang batas, ataupun juga kelemahan dari data cuaca yang sangat terbatas. Walaupun ada kelemahannya konsep GDD, tetap dapat menjawab sejumlah pertanyaan dalam fenologi dan pertumbuhan tanaman dan serangga (Ahmad et al., 2021). Beberapa k</span><span style="background-color: white;">elemahan konsep GDD adalah :</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><ul><li>Mengasumsikan hubungan yang linier antara suhu dan perkembangan tanaman padahal hubungan yang sebenarnya adalah kurva linier (melengkung)</li><li>Menyatakan suhu udara lebih penting, meskipun merugikan pertumbuhan</li><li>Variasi diurnal tidak dipertimbangkan, walaupun memiliki pengaruh yang cukup besar bagi pertumbuhan tanaman</li><li>Tak ada kelonggaran dalam perubahan suhu dasar tanaman dengan kemajuan fase perkembangan tanaman. </li><li>Saat GDD kondisi fisiologis dan matematisnya terkadang terlupakan dalam hasil interpretasi.</li><li>Tidak ada pembedaan kombinasi musiman.</li><li>Kecuali untuk persamaan modifikasi, terlalu banyak bobot diberikan pada suhu yang tinggi</li><li>Rentang suhu udara harian tidak diambil, padahal pada titik ini terkadang lebih signifikan daripada hanya menggunakan suhu udara rata-rata harian.</li><li>Respons pertumbuhan dan perkembangan tanaman bisa jadi berbeda dengan suhu yang diukur pada saat di sangkar meteorologi. Walaupun perbedaannya kecil, efek kumulatif pada seluruh periode pertumbuhan akan sangat besar.</li><li>Efek topografi, ketinggian, lintang pada pertumbuhan tanaman tidak dapat dimasukkan dalam perhitungan</li><li>Angin, hujan es, serangga dan penyakit mungkin mempengaruhi satuan panas, tetapi tak dapat dihitung.</li><li>Kesuburan tanah mungkin menyebabkan kematangan tanaman, tetapi tak dapat dijelaskan dalam konsep ini.</li></ul><div><br /></div><div><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiX_F83XUwDmTCZoD2jQup58KpXstYUWrxoh7_xeH2SFJ7e8lYxpzogdL2bKPN5aH9YbzgdA44ncU9woCYlSFeIPNYTalkRYvO4qselQJp9fSMAWGGSJazVcIi344B-9MTMtiRLL8rD_Akpg8531fnCjqmfgAAkF19hWadsvkJ6HnH35xGOZ1YFXhcR/s450/aHR0cHM6Ly9pLmltZ3VyLmNvbS9RSmF5aFpzLnBuZz8x.png" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="299" data-original-width="450" height="338" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiX_F83XUwDmTCZoD2jQup58KpXstYUWrxoh7_xeH2SFJ7e8lYxpzogdL2bKPN5aH9YbzgdA44ncU9woCYlSFeIPNYTalkRYvO4qselQJp9fSMAWGGSJazVcIi344B-9MTMtiRLL8rD_Akpg8531fnCjqmfgAAkF19hWadsvkJ6HnH35xGOZ1YFXhcR/w508-h338/aHR0cHM6Ly9pLmltZ3VyLmNvbS9RSmF5aFpzLnBuZz8x.png" width="508" /></a></div><div><br /></div><div>Gambar 3. Respons tanaman terhadap panjang hari (tanaman hari pendek, tanaman hari panjang dan tanaman netral)</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both;"><b>Menghitung GDD menggunakan aplikasi R</b></div><div class="separator" style="clear: both;"><b><br /></b></div><div class="separator" style="clear: both;">Perhitungan GDD dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu yang direkomendasikan dapat menggunakan aplikasi R. Di dalam aplikasi R terdapat package pollen yang dapat digunakan untuk menghitung akumulasi panas yang menjadi dasar GDD dalam menentukan tahapan perkembangan tanaman atau hewan. Contoh langkah perhitungan aplikasi tersebut dapat diklik <a href="https://cran.r-project.org/web/packages/pollen/vignettes/gdd.html" target="_blank">di sini.</a></div></div><div style="text-align: justify;"><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #424242; font-family: Tahoma, Geneva, sans-serif; line-height: 1.4; margin: 0px 0px 1.25rem; padding: 0px; text-align: start; text-rendering: optimizelegibility;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman"; text-align: justify;">Langkah awal dengan menginstall paket "pollen" dan menggunakan library yang diperlukan :</span></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #424242; font-family: Tahoma, Geneva, sans-serif; line-height: 1.4; margin: 0px 0px 1.25rem; padding: 0px; text-align: start; text-rendering: optimizelegibility;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman"; text-align: justify;"></span></p><pre class="sourceCode r" style="background-color: #f7f7f7; border-radius: 3px; color: #333333; margin-bottom: 0px; margin-top: 0px; overflow: visible; padding: 10px; text-align: start; white-space: pre-wrap;"><code class="sourceCode r" style="border-radius: 3px; font-family: Consolas, Monaco, "Courier New", monospace; overflow: visible; position: relative; white-space: pre;"><span color="inherit" id="cb1-1" style="display: inline-block; line-height: 1.25; text-decoration: inherit;"><span class="fu" style="color: #06287e;">install.packages("pollen")</span></span></code></pre><pre class="sourceCode r" style="background-color: #f7f7f7; border-radius: 3px; color: #333333; margin-bottom: 0px; margin-top: 0px; overflow: visible; padding: 10px; text-align: start; white-space: pre-wrap;"><code class="sourceCode r" style="border-radius: 3px; font-family: Consolas, Monaco, "Courier New", monospace; overflow: visible; position: relative; white-space: pre;"><span color="inherit" style="display: inline-block; line-height: 1.25; text-decoration: inherit;"><span class="fu" style="color: #06287e;">library</span>(pollen)</span>
<span color="inherit" id="cb1-2" style="display: inline-block; line-height: 1.25; text-decoration: inherit;"><a aria-hidden="true" href="https://cran-r--project-org.translate.goog/web/packages/pollen/vignettes/gdd.html?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=wapp#cb1-2" style="color: #0033dd;" tabindex="-1"></a><span class="fu" style="color: #06287e;">library</span>(ggplot2)</span>
<span color="inherit" id="cb1-3" style="display: inline-block; line-height: 1.25; text-decoration: inherit;"><a aria-hidden="true" href="https://cran-r--project-org.translate.goog/web/packages/pollen/vignettes/gdd.html?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=wapp#cb1-3" style="color: #0033dd;" tabindex="-1"></a><span class="fu" style="color: #06287e;">library</span>(tidyr)</span></code></pre><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #424242; font-family: Tahoma, Geneva, sans-serif; line-height: 1.4; margin: 0px 0px 1.25rem; padding: 0px; text-align: start; text-rendering: optimizelegibility;"><br /></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; line-height: 1.4; margin: 0px 0px 1.25rem; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">Fenologi tanaman yang merupakan deskripsi fase tumbuh tanaman dapat dikuantifikasikan melalui GDD. GDD adalah prasyarat untuk membuat model tanaman yaitu pendugaan yang tepat waktu perkembangan tanaman dengan suhu udara yang merupakan regulator utama dari perkembangan tersebut. Perkembangan tanaman tak dapat terpisahkan dari pertumbuhan tanaman. Tanaman dalam siklus hidupnya tak hanya terjadi pertumbuhan yang kuantitatif (pertambahan sel, pertambahan biomassa dan luas daun) tapi juga terjadi perubahan kualitatif (fenologi). Maka dalam pertumbuhan tanaman hendaknya mengikutkan fenologi tanaman. </p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; line-height: 1.4; margin: 0px 0px 1.25rem; padding: 0px; text-align: start; text-rendering: optimizelegibility;">Berikut sedikit informasi tentang fenologi tanaman, bisa dibaca sebagai berikut :</p></div></div>
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="714" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="//www.slideshare.net/slideshow/embed_code/key/b6yk784cclKakw" style="border-width: 1px; border: 1px solid #CCC; margin-bottom: 5px; max-width: 100%;" width="668"> </iframe> <div style="margin-bottom: 5px;"> <strong> <a href="//www.slideshare.net/bmghairul/pengamatan-fenologi" target="_blank" title="PENGAMATAN FENOLOGI">PENGAMATAN FENOLOGI</a> </strong> from <strong><a href="//www.slideshare.net/bmghairul" target="_blank">Khairullah Khairullah</a></strong> </div><div style="margin-bottom: 5px;"><br /></div><div style="margin-bottom: 5px;">Sumber : </div><div style="margin-bottom: 5px;"><a href="https://farmwest.com/climate/calculator-information/gdd/">https://farmwest.com/climate/calculator-information/gdd/</a> diakses 15 Februari 2020</div><div style="margin-bottom: 5px;"><a href="https://cran.r-project.org/web/packages/pollen/vignettes/gdd.html/">https://cran.r-project.org/web/packages/pollen/vignettes/gdd.html/</a> diakses 16 Februari 2020</div><div style="margin-bottom: 5px;"><a href="https://www.syngentaturf.com.au/growing-degree-days-calculator">https://www.syngentaturf.com.au/growing-degree-days-calculator</a> diakses 20 Februari 2020</div><div style="margin-bottom: 5px; text-align: justify;">Ahmad, L, Kanth RH, Parvaze S, Mahdi, SS. 2017. Experimental Agrometeorology: A Practical Manual. Springer, Nature. Switzerland.</div><div style="margin-bottom: 5px; text-align: justify;">Handoko. 1994. Dasar Penyusunan dan Aplikasi Model Simulasi Komputer untuk Pertanian. Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB. Bogor.</div><div style="margin-bottom: 5px; text-align: justify;">Harpal S., Graeme J. Tupper. 2004. Agrometeorology: Principles and Applications of Climate Studies in Agriculture [1 ed.]. CRC Press. Boca Raton. Florida. USA.</div><div style="margin-bottom: 5px; text-align: justify;">Monteith, J. and Unsworth, M. 2013. Principles of Environmental Physics: Plants, Animals, and the Atmosphere. Academic Press, USA.</div>
ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-43346709261381070222020-01-28T15:03:00.003+08:002023-02-19T14:39:43.992+08:00MENGHITUNG EVAPORASI DAN EVAPOTRANSPIRASI REFERENSI DENGAN MENGGUNAKAN PANCI PENGUAPAN <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-fHK2n_rAuoI/YKoHEnEGjCI/AAAAAAAACTc/Llxif0aoJP44P-bk7Kc5Inf1TkrdIbWSACLcBGAsYHQ/s700/panci.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="525" data-original-width="700" src="https://1.bp.blogspot.com/-fHK2n_rAuoI/YKoHEnEGjCI/AAAAAAAACTc/Llxif0aoJP44P-bk7Kc5Inf1TkrdIbWSACLcBGAsYHQ/s320/panci.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Gambar 1. Panci Penguapan (Open Pan Evaporimeter)</div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Panci
penguapan merupakan efek gabungan dari suhu, kelembaban udara,
kecepatan angin dan sinar matahari terhadap evapotranspirasi pada
tanaman referensi. Masalah yang umum suatu panci penguapan tingkat
penguapannya akan berbeda pada suatu lahan yang berumput tergantung pada
karakteristik tempat dan keadaan cuaca/iklimnya. Penelitian yang rinci
tentang neraca energi, perilaku dinamis berhubungan dengan parameter
iklim dan menjelaskan proses yang menentukan tingkat penguapan
(evaporasi) masih sangat kurang, hanya kebanyakan terfokus pada
menentukan Eo, evapotranspirasi dan koefisien empiris Kpan (Molina et
al., 2006). Tulisan ini menjelaskan tentang proses evaporasi pada alat panci pengupan kelas A dari segi neraca air dan neraca energi dan menjelaskan beberapa metode penentuan nilai koefisien alat (Kpan) untuk mendapatkan nilai evapotranspirasi referensi pada panci penguapan.</div><span><a name='more'></a></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><b>Proses evaporasi dari sisi hidrometeorologi</b></div>
<b><br /></b>
Proses evaporasi adalah proses yang terjadi di permukaan vegetasi yang berhubungan dengan dua macam persamaan yang mendasarinya yaitu neraca air dan neraca energi sebagai berikut :<br />
<br />
Neraca air :<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-VACO69U2o_o/XfwNodXGBTI/AAAAAAAACFQ/PuRwW-qC3tc83Zox6dW9NSlfp3ODK6-SwCLcBGAsYHQ/s1600/neraca%2Bair.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="95" data-original-width="368" height="82" src="https://1.bp.blogspot.com/-VACO69U2o_o/XfwNodXGBTI/AAAAAAAACFQ/PuRwW-qC3tc83Zox6dW9NSlfp3ODK6-SwCLcBGAsYHQ/s320/neraca%2Bair.PNG" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Neraca energi :</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-UUtb7SrKszw/XfwNsF0yoOI/AAAAAAAACFU/2lWcBSwRVDkGZH9TWLwpZtoUjAL_dEAeQCLcBGAsYHQ/s1600/neraca%2Benergi.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="52" data-original-width="195" src="https://1.bp.blogspot.com/-UUtb7SrKszw/XfwNsF0yoOI/AAAAAAAACFU/2lWcBSwRVDkGZH9TWLwpZtoUjAL_dEAeQCLcBGAsYHQ/s1600/neraca%2Benergi.PNG" /></a></div>
Dimana P adalah hujan (mm), Eact, Esoil, Etrans dan Einter masing-masing adalah evaporasi aktual (mm), evaporasi dari tanah, transpirasi dan evaporasi yang diintersepsi dari hujan, Q adalah runoff rata-rata, ΔS adalah perubahan penyimpanan kelembaban tanah. R adalah radiasi neto yang diterima tanah/tanaman di permukaan (<span face=""calibri" , sans-serif" style="font-size: 11pt;">MJ</span><sup style="font-family: Calibri, sans-serif;">2</sup><span face=""calibri" , sans-serif" style="font-size: 11pt;">/hari), </span>H adalah fluks panas yang sensibel, λEact adalah energi yang keluar dan G adalah konduksi panas di dalam tanah dan λ adalah panas laten dari hasil penguapan (Mc Mahon et al., 2012).<br />
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<br />
Model yang dipergunakan memprakirakan evaporasi dapat menggunakan model neraca air dan energi ini. Panci penguapan (Ep) juga dapat digunakan untuk memprakirakan evapotranspirasi referensi (ETo). Permasalahannya tingkat penguapan yang terjadi di panci penguapan berbeda dengan di permukaan rumput standar, maka digunakanlah nilai koefisien, akan sangat tergantung keadaan tempat dan cuaca setempat (Jacobs et al., 1998).<br />
<br />
<b>Karakteristik panci penguapan</b><br />
<br />
<span style="text-align: justify;">Panci penguapan terbagi atas dua macam yaitu panci evaporasi kelas A dan panci Colorado Sunken. Panci evaporasi kelas A berbentuk lingkaran dengan diameter 120,7 cm dan kedalaman 25 cm. Panci dipasang pada rangka kayu terbuka yang berjarak 15 cm di atas permukaan tanah. Tanah ditinggikan sekitar 5 cm dari dasar panci. Panci haruslah rata dengan ketinggian air minimal 5 cm dari pinggir dan ketinggian air tak boleh turun lebih dari 7,5 cm dari pinggir. Air harus diperbaharui secara teratur, panci harus dicat rutin setiap tahunnya. Pengukuran tinggi air di panci berbarengan dengan pengukuran hujan di pagi hari. Pengukuran dilakukan di </span><i style="text-align: justify;">stilling well. Stilling well </i><span style="text-align: justify;">adalah silinder logam yang berdiameter 10 cm dan kedalamannya 20 cm (Allen et al., 1998).</span></div><span><!--more--></span><span><!--more--></span><span><!--more--></span>
<div>
<span class="fullpost">
</span><br />
<div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-8MA8E4u7bT0/XXDOyR5TCgI/AAAAAAAAB9Q/3fRbQSWJv3A3a8hKTOr3obpkBX1Wj1xCgCLcBGAs/s1600/open%2Bpan.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="408" data-original-width="524" height="311" src="https://1.bp.blogspot.com/-8MA8E4u7bT0/XXDOyR5TCgI/AAAAAAAAB9Q/3fRbQSWJv3A3a8hKTOr3obpkBX1Wj1xCgCLcBGAs/s400/open%2Bpan.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 2. Panci penguapan kelas A (Allen et al., 1998)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-LQKYbOpcHwY/XeSQalXMu3I/AAAAAAAACEs/4cjwAGEoDFYvBcSISf0l6RSJ8qlhT4WIQCLcBGAsYHQ/s1600/s2022e1r.gif" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="518" data-original-width="539" height="383" src="https://1.bp.blogspot.com/-LQKYbOpcHwY/XeSQalXMu3I/AAAAAAAACEs/4cjwAGEoDFYvBcSISf0l6RSJ8qlhT4WIQCLcBGAsYHQ/s400/s2022e1r.gif" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Gambar 3. Unsur iklim yang terkait dengan panci penguapan (evaporation pan) (Brouwer dan Heibloem, 1986)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Menurut web <a href="https://www.kean.edu/~csmart/Hydrology/Lectures/" style="text-align: left;">https://www.kean.edu/~csmart/Hydrology/Lectures/</a> prinsip panci penguapan sebagai berikut :</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
</div>
<ol>
<li>Panci dipasang di lapangan terbuka.</li>
<li>Panci diisikan dengan jumlah air yang diketahui (luas permukaan diketahui, kedalaman air diukur secara rutin).</li>
<li>Air dibiarkan menguap (biasanya 24 jam). Misalnya diukur pada pukul 7 pagi apabila ada hujan diukur secara bersamaan.</li>
<li>Setelah 24 jam, air yang tersisa kedalamannya diukur.</li>
<li>Jumlah evaporasi per satuan waktu (perbedaan kedalaman dua keadaan air) diukur, hasilnya adalah evaporasi panci (Epan dalam mm/hari).</li>
<li>Epan dikalikan dengan koefisien panci untuk mendapatkan nilai ETo.</li>
</ol>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b>Pertukaran energi di panci penguapan</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Panci penguapan dapat dibandingkan secara kasar dengan suatu badan air yang kecil. Secara umum evaporasi adalah peristiwa perubahan fase cair menjadi uap. Proses evaporasi terjadi karena adanya ketersediaan <span style="text-align: center;">energi panas (bahang) dan gradient/ defisit tekanan uap air </span><span style="text-align: center;">yang tergantung pada faktor cuaca seperti suhu udara, </span><span style="text-align: center;">kecepatan angin, tekanan atmosfer, radiasi matahari, </span><span style="text-align: center;">kualitas air dan bentuk serta sifat dari permukaan yang </span><span style="text-align: center;">berevaporasi (Trinah wati et al., 2015). Model neraca energi yang terjadi pada panci penguapan, digambarkan pada skema saat siang hari (<i>daytime</i>) dan malam hari (<i>nighttime</i>) sebagai berikut di Gambar 3. </span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-T4pcXNQB1Xo/XXsCoOJlLqI/AAAAAAAAB9o/lBzrBeZfIAkXnSq-SeM5X5J8Rd16z3sTQCLcBGAsYHQ/s1600/gambar%2Bneraca%2Benergi%2Bdi%2Bpanci%2Bpenguapan.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="424" data-original-width="296" height="400" src="https://1.bp.blogspot.com/-T4pcXNQB1Xo/XXsCoOJlLqI/AAAAAAAAB9o/lBzrBeZfIAkXnSq-SeM5X5J8Rd16z3sTQCLcBGAsYHQ/s400/gambar%2Bneraca%2Benergi%2Bdi%2Bpanci%2Bpenguapan.png" width="276" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 4. Skema neraca energi pada siang hari (<i>daytime</i>) dan malam hari (<i>nighttime</i>) yang terjadi di panci penguapan (Jacobs et al., 1998)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jacobs et al., 1998 menjelaskan kekuatan pendorong (<i>driving force</i>) pada siang hari adalah radiasi gelombang pendek (<i>incoming short wave radiation</i>) yang masuk ke permukaan air. Radiasi matahari atau gelombang pendek tersebut diserap, penyerapan tak hanya tergantung panjang gelombang tapi juga pada kekeruhan air. Di permukaan air terjadi proses pertukaran gelombang radiasi (<i>incoming and outgoing radiation</i>) dan terjadinya bahang terasa (<i>sensible heat</i>) maupun bahang laten (<i>latent heat</i>).<br />
<br />
Molina et al., 2006 menjelaskan proses pertukaran energi di dalam panci penguapan saat siang hari dan malam hari pada Gambar 4. Beliau membagi lapisan air di dalam panci menjadi lima lapisan dengan kedalaman identik δ = 0,04 m.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-h0Ad6ipKrrI/Xfw0ZRi7c3I/AAAAAAAACFk/RMNmDmYM0YoeSa5ZH93EFn6JHHT1hpzUQCLcBGAsYHQ/s1600/proses%2Bdi%2Bpanci%2Bpenguapan.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="345" data-original-width="1057" height="130" src="https://1.bp.blogspot.com/-h0Ad6ipKrrI/Xfw0ZRi7c3I/AAAAAAAACFk/RMNmDmYM0YoeSa5ZH93EFn6JHHT1hpzUQCLcBGAsYHQ/s400/proses%2Bdi%2Bpanci%2Bpenguapan.PNG" width="400" /></a></div>
Gambar 5. Proses pertukaran energi yang terjadi di dalam panci penguapan (a) saat siang hari (b) saat malam hari<br />
<br />
Neraca energi di dalam panci penguapan dibagi menjadi 2 proses yaitu neraca energi di lapisan permukaan dan di dalam panci penguapan.<br />
<br />
Persamaan neraca energi pada lapisan permukaan panci penguapan sebagai berikut :<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-7m3CJHGJfNU/Xfw9fun1crI/AAAAAAAACF4/uQJVujiq758gm1PqS2Q4mHTGueF8T287QCLcBGAsYHQ/s1600/neraca%2B1.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="46" data-original-width="458" height="32" src="https://1.bp.blogspot.com/-7m3CJHGJfNU/Xfw9fun1crI/AAAAAAAACF4/uQJVujiq758gm1PqS2Q4mHTGueF8T287QCLcBGAsYHQ/s320/neraca%2B1.PNG" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Dimana : Sab adalah radiasi gelombang pendek yang diserap oleh lapisan (W/<span style="font-size: 14.6667px;">m</span><sup style="font-family: Calibri, sans-serif;">2</sup>), Ln adalah radiasi gelombang panjang neto, Hs adalah panas yang terasa (<i>sensible heat</i>) di antara udara dan permukaan air, E adalah kerapatan fluks evaporasi (kg air/<span style="font-size: 14.6667px;">m</span><sup style="font-family: Calibri, sans-serif;">2</sup>/detik), λ adalah panas penguapan laten (J/kg), Gw adalah jumlah fluks konduksi dan konveksi pada lapisan yang berdekatan (W/<span style="font-size: 14.6667px;">m</span><sup style="font-family: Calibri, sans-serif;">2</sup>) dan Qw adalah variasi kandungan energi di dalam lapisan selama interval waktu (W/<span style="font-size: 14.6667px;">m</span><sup style="font-family: Calibri, sans-serif;">2</sup>).<br />
<br />
Persamaan yang terjadi di dalam lapisan lainnya sebagai berikut :<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-HKq3UFIZEs0/Xfw9PrRGDbI/AAAAAAAACFw/bMoIuPw90ucw0vXZVK1g7op_DMcRW0_jQCLcBGAsYHQ/s1600/neraca%2B2.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="49" data-original-width="282" height="34" src="https://1.bp.blogspot.com/-HKq3UFIZEs0/Xfw9PrRGDbI/AAAAAAAACFw/bMoIuPw90ucw0vXZVK1g7op_DMcRW0_jQCLcBGAsYHQ/s200/neraca%2B2.PNG" width="200" /></a></div>
<br />
Dimana <span face=""calibri" , sans-serif" style="font-size: 11pt;">Δ</span>Gw adalah jumlah pertukaran panas konduksi dan konveksi pada lapisan berdekatan.</div>
<br />
Perhitungan ETo dari panci penguapan dan estimasi evaporasi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :<br />
<b><br /></b><b>A. Metode FAO-24 (Allen dan Pruitt)</b><br />
<b><br /></b>
<span style="text-align: justify;">Menurut Doorenbos dan Kassam (1977), nilai ETo dapat diestimasi menggunakan nilai dari data perhitungan panci penguapan (Ep) dan koefisien panci. Menurut Allen dan Pruitt, 1991 nilai Kp dapat dihitung dengan rumus :</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
ETo = Kp X Ep</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Dimana :<br />
ETo : evapotranspirasi referensi (mm/hari)<br />
Kp : koefisien panci (normalnya 0,75 untuk panci kelas A)<br />
Epan : evaporasi panci (mm/hari).<br />
<br />
<span style="text-align: justify;">Menurut Doorenbos dan Kassam (1977) ada korelasi yang tinggi antara data evaporasi panci dan evapotranspirasi referensi ketika panci penguapan tersebut diperlakukan dan ditafsirkan datanya dengan benar. Rentang koefisien panci untuk panci kelas A nilai Kp dari 0,40 - 0,85 tergantung kecepatan angin harian rata-rata, kelembaban udara relatif terkait dengan karakteristik tempat panci penguapan (Abdel-Wahed dan </span><span style="text-align: justify;">Snyder, 2008).</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="text-align: justify;">Kondisi yang diperhatikan tidak hanya jenis panci, tetapi juga tanah penutup di sekitar stasiun, demikian juga angin di sekitarnya dan kelembaban udara harus juga diperiksa. Penempatan dan lingkungan panci ini akan mempengaruhi hasil khususnya nilai dari koefisien panci, alat yang diletakkan di daerah lahan yang kosong atau daerah yang ada tanaman rumput hijau akan berbeda. Gambar 5 menunjukkan 2 kasus yang berbeda. Kasus A panci penguapan diletakkan di atas rumput hijau pendek dikelilingi oleh lahan yang kosong, sedangkan kasus B panci penguapan diletakkan di lahan yang kosong/bera yang dikelilingi oleh rumput pendek yang hijau.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="text-align: justify;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="text-align: justify;">Tabel 1. Penentuan koefisien panci (K pan) tinggi ataupun rendah </span>(Brouwer dan Heibloem, 1986)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-lxj-2940cLQ/XgwAeKuz1qI/AAAAAAAACGQ/V8LHss7JAQAYz255xNyqC_-bo6mDtkvSQCLcBGAsYHQ/s1600/kpan.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="80" data-original-width="490" height="65" src="https://1.bp.blogspot.com/-lxj-2940cLQ/XgwAeKuz1qI/AAAAAAAACGQ/V8LHss7JAQAYz255xNyqC_-bo6mDtkvSQCLcBGAsYHQ/s400/kpan.PNG" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-BlAlM5qcqrY/XbAFzZ4EbVI/AAAAAAAACBo/_6CHyVNUHGs2v0Ch6tr-lPChEoNJokoYACEwYBhgL/s1600/gambar%2Bpanci%2Bpenguapan%2B2.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="336" data-original-width="337" height="199" src="https://1.bp.blogspot.com/-BlAlM5qcqrY/XbAFzZ4EbVI/AAAAAAAACBo/_6CHyVNUHGs2v0Ch6tr-lPChEoNJokoYACEwYBhgL/s200/gambar%2Bpanci%2Bpenguapan%2B2.jpg" width="200" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-9kdwwM3q4bw/XbAF2i7oHeI/AAAAAAAACBk/dSYHhhiVILQotD8pGKUWl1cYuYKOEyxCgCLcBGAsYHQ/s1600/gambar%2Bpanci%2Bpenguapan.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="346" data-original-width="318" height="200" src="https://1.bp.blogspot.com/-9kdwwM3q4bw/XbAF2i7oHeI/AAAAAAAACBk/dSYHhhiVILQotD8pGKUWl1cYuYKOEyxCgCLcBGAsYHQ/s200/gambar%2Bpanci%2Bpenguapan.jpg" width="200" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 6. Keadaan posisi panci penguapan yang berdekatan dengan tanaman rumput pendek (Kasus A) dan berdekatan dengan permukaan yang kering (Kasus B) (Allen et al., 1998)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Tabel 2. Nilai koefisien Kpan pada kasus A dan B berdasarkan kelembaban udara dan kecepatan angin </div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-3hlCiCa_LWg/XhEyOsJ3mpI/AAAAAAAACGk/PYzNfUmAxs8dOO351KOCvZV-z0-ztSk7QCLcBGAsYHQ/s1600/bahan.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="368" data-original-width="754" height="195" src="https://1.bp.blogspot.com/-3hlCiCa_LWg/XhEyOsJ3mpI/AAAAAAAACGk/PYzNfUmAxs8dOO351KOCvZV-z0-ztSk7QCLcBGAsYHQ/s400/bahan.JPG" width="400" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nilai Kpan atau Kp dapat tergantung pada jenis panci dan keadaan tanah yang berdekatan dengan alat tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Allen dan Pruitt (1991) nilai Kp dapat berbeda pada berbeda pada beberapa keadaan tanah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
1. Keadaan tanah yang hijau (bervegetasi) di sekitar panci penguapan sebagai berikut :<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-bO6TAoVzf18/XhE4iU-THrI/AAAAAAAACGw/K7Ug0r3yNP4X0145gheDKjnAeXmR-rsLACLcBGAsYHQ/s1600/allen%2B1.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="68" data-original-width="464" height="57" src="https://1.bp.blogspot.com/-bO6TAoVzf18/XhE4iU-THrI/AAAAAAAACGw/K7Ug0r3yNP4X0145gheDKjnAeXmR-rsLACLcBGAsYHQ/s400/allen%2B1.JPG" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
2. Keadaan tanah yang kosong (bera) sebagai berikut :</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-6_pfHVjTzrM/Xi0Ogvet7fI/AAAAAAAACG8/szbTEnmscE4ETK7hRg2iYF0sNQVqMpPPQCLcBGAsYHQ/s1600/kpan1.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="135" data-original-width="435" height="123" src="https://1.bp.blogspot.com/-6_pfHVjTzrM/Xi0Ogvet7fI/AAAAAAAACG8/szbTEnmscE4ETK7hRg2iYF0sNQVqMpPPQCLcBGAsYHQ/s400/kpan1.PNG" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dimana U2 adalah kecepatan angin harian rata-rata (m/s), F adalah jarak antara tanah yang bervegetasi dan kosong di sekitar cekungan ke penghalang angin (m) dapat mencapai 1 - 1000 m, RHmean adalah kelembaban udara rata-rata (%) (Abdel-Wahed dan <span style="text-align: justify;">Snyder, 2007; Ahmad et al., 2017).</span><br />
<span style="text-align: justify;"><br /></span>
<span style="text-align: justify;">Persamaan lain untuk Kpan atau Kp telah dikembangkan para ahli. Di antaranya menurut Cuenca (1989), Allen dan Pruitt (1991), Snyder (1992), Raghuwanshi dan Wallender (1998) serta Orang (1998). Persamaan yang dikembangkan oleh Cuenca, Snyder, dan Raghuwanshi-Wallender berdasarkan pada tabel Kp FAO-24. Sementara Allen - Pruitt dan Orang mengembangkan berdasarkan tabel data asli. Snyder mengembangkan persamaan Kp lain, tetapi mendasarkannya pada tabel data asli sebagai persamaan Snyder yang dimodifikasi. Orang menggabungkan teknik regresi linier yang mirip dengan yang digunakan oleh Snyder dengan interpolasi antara mengambil jarak untuk mengembangkan persamaan Kp juga berdasarkan pada tabel Kp asli. Pendekatan regresi indikator yang digunakan oleh Raghuwanshi dan Wallender tidak dipengaruhi oleh perbedaan antara FAO-24 dan nilai tabel asli karena tergantung pada kategori daripada rata-rata, atau nilai-nilai tertentu dalam suatu rentang. Fungsi-fungsi ini berdasarkan pada kelembaban udara rata-rata harian H (%), kecepatan angin harian rata-rata, U (km/hari) dan jarak terhadap daerah kosong/bera (fetch) F(m) yang telah didefinisikan oleh Doorenbos and Pruitt (1977). </span>Persamaan Kp dirangkum di bawah ini sebagai persamaan sebagai berikut :<br />
<br />
<b>Cuenca (1989)</b> :<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span lang="EN-US">K<sub>p</sub></span><sub><span lang="EN-US">an </span></sub><span lang="EN-US">=</span><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US">0.475 - 2.4x10<sup>-4</sup> U + 5.16x10<sup>-3</sup>
H + 1.18x10<sup>-3</sup> F - 1.6x10<sup>-5 </sup>H<sup>2 </sup>- 1.01x10<sup>-6
</sup>F<sup>2 </sup><o:p></o:p></span></div>
<span style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">- 8.0x10<sup>-9 </sup>H<sup>2</sup>U
- 1.0x10<sup>-8</sup> H<sup>2 </sup>F </span></span><br />
<span style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><br /></span></span>
<span style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><b>Allen-Pruitt (1991) :</b></span></span><br />
<span style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">K<sub>pan
</sub>= 0.108 - 0.000331 U + 0.0422 ln(F) + 0.1434 ln(H) - 0.000631 [ln(F)]<sup>2</sup>
ln(H)</span></span><br />
<span style="text-align: justify;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<b><span lang="EN-US">Snyder (1992): </span></b><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">K<sub>pan </sub>= 0.482
- 0.000376 U + 0.024 ln(F) + 0.0045 H</span><br />
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><br /></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<b><span lang="EN-US">Snyder modifikasi: </span></b><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">
<span lang="EN-US" style="font-size: 12pt;">K<sub>pan </sub>=
0.5321 - 0.00030 U + 0.0249 ln(F) + 0.0025 H </span></span><br />
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt;"><br /></span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<b><span lang="EN-US">Orang (1998):</span></b><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt;">
<span lang="EN-US" style="font-size: 12pt;">K<sub>pan </sub>=0.51206
- 0.000321 U + 0.002889 H + 0.031886 ln(F) - 0.000107 H ln(F)</span></span></span><br />
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<b><span lang="EN-US">Raghuwanshi and Wallender
(R-W) (1998):<o:p></o:p></span></b></div>
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">K<sub>pan </sub>=0.5944
+ 0.0242X<sub>1</sub> – 0.0583X<sub>2</sub> – 0.1333X<sub>3</sub> – 0.2083X<sub>4</sub>
+ 0.0812X<sub>5</sub> + 0.1344X<sub>6</sub> </span><br />
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><br /></span>
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">Dimana : </span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , serif;">X1 = ln(F); </span><span style="font-family: "times new roman" , serif;">X2, X3, X4 = 0 (bila katagorinya tidak ada) atau 1 (bila ada), berhubungan dengan katagori kecepatan angin</span><span style="font-family: "times new roman" , serif;"> 175-425, 425-700 dan lebih dari 700 km/hari dan </span><span style="font-family: "times new roman" , serif;">X5, X6 = 0 (bila katagorinya tidak ada) atau 1 (bila ada), berhubungan dengan katagori kelembaban udara rata-rata</span><span style="font-family: "times new roman" , serif;"> 40-70 dan di atas 70 %.</span><br />
<div>
<br /></div>
<b style="text-align: left;">B. Model PenPan</b></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Ada beberapa variasi dari model Penman untuk memodelkan evaporasi dari panci penguapan kelas A. Linacre (1994) mengembangkan model fisis yang disebut sebagai persamaan Penpan. Rotstayn et al., (2006) menambahkan komponen radiasi dari Linacre (1994) dan komponen aerodinamis dari Thom et al., (1981) sehingga menjadi model PenPan (McMahon et al., 2013; Molina et al., 2015). Model PenPan dua huruf dituliskan dengan huruf besar untuk membedakan dari metode yang dibuat oleh Linacre (1994). Model PenPan digambarkan sebagai berikut :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-OrvOw4gS0_s/XesV4HK5UWI/AAAAAAAACE4/SPi4LSBSxb07s3CE0b_EDFpincDt8n1lwCLcBGAsYHQ/s1600/penpan.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="61" data-original-width="371" height="52" src="https://1.bp.blogspot.com/-OrvOw4gS0_s/XesV4HK5UWI/AAAAAAAACE4/SPi4LSBSxb07s3CE0b_EDFpincDt8n1lwCLcBGAsYHQ/s320/penpan.JPG" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Dimana EpenPan adalah evaporasi panci (mm/hari) dengan model PenPan <span face=""calibri" , sans-serif" style="font-size: 13.5pt;">f</span><sub style="font-family: Calibri, sans-serif;">Pan</sub>(u) = 1.202 +1.62<span face=""calibri" , sans-serif" style="font-size: 11pt;">U</span><sub style="font-family: Calibri, sans-serif;">2</sub> dan <span face=""calibri" , sans-serif" style="font-size: 13.5pt;">R</span><sub style="font-family: Calibri, sans-serif;">NPan</sub> adalah radiasi matahari neto pada alat panci kelas A evaporimeter dan es - ea adalah defisit tekanan uap air jenuh (kPa).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<b>C. Metode Christiansen</b><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Christiansen (1968) mengembangkan metode sederhana untuk memprakirakan evapotranspirasi (ETo) dari nilai evaporasi panci. Menurut Christiansen menggunakan data evaporasi panci menggunakan korelasi multivariat dengan 3928 bulan dari 80 stasiun cuaca di dunia. Hasil dari metode Christiansen digambarkan sebagai berikut :</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-GqQWOLW1XSA/XZvQCeomplI/AAAAAAAAB-8/zSdeuMW3vsUznp-R7jYXI-cBSyQDWHCFwCLcBGAsYHQ/s1600/CHRISTIANSEN%2BMETHOD.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="61" data-original-width="408" height="46" src="https://1.bp.blogspot.com/-GqQWOLW1XSA/XZvQCeomplI/AAAAAAAAB-8/zSdeuMW3vsUznp-R7jYXI-cBSyQDWHCFwCLcBGAsYHQ/s320/CHRISTIANSEN%2BMETHOD.PNG" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dimana Ep adalah evaporasi pengukuran dari panci penguapan (mm/hari), Tm adalah suhu udara rata-rata (°C), w adalah kecepatan angin pada ketinggian 2 m (km/jam), Hm adalah kelembaban udara rata-rata (%) dan S adalah persentase lama penyinaran matahari Ct2, Cw2, Ch2, Cs2, menggambarkan koefisien suhu, kecepatan angin, kelembaban udara dan persentase cahaya matahari (Ahmad et al., 2017).</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-7ZIs_ZCEFPM/XZvTmNU4syI/AAAAAAAAB_I/ZbmomXioLCoZTnSS1fcDsRGaZgw7r4QSQCLcBGAsYHQ/s1600/CT2.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="87" data-original-width="591" height="47" src="https://1.bp.blogspot.com/-7ZIs_ZCEFPM/XZvTmNU4syI/AAAAAAAAB_I/ZbmomXioLCoZTnSS1fcDsRGaZgw7r4QSQCLcBGAsYHQ/s320/CT2.PNG" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-WR62wFfJ_50/XZvTnDeMcWI/AAAAAAAAB_M/Px-t5TJjJxoKJb9acSi5GSk00d6gDmz6wCLcBGAsYHQ/s1600/CW2.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="80" data-original-width="586" height="43" src="https://1.bp.blogspot.com/-WR62wFfJ_50/XZvTnDeMcWI/AAAAAAAAB_M/Px-t5TJjJxoKJb9acSi5GSk00d6gDmz6wCLcBGAsYHQ/s320/CW2.PNG" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-NBRBHSKkmqI/XZvTpFU5ULI/AAAAAAAAB_Q/q3fam0VArGAEJaHgZqPMs_CkjhB5bTQfQCLcBGAsYHQ/s1600/CH2.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="82" data-original-width="588" height="44" src="https://1.bp.blogspot.com/-NBRBHSKkmqI/XZvTpFU5ULI/AAAAAAAAB_Q/q3fam0VArGAEJaHgZqPMs_CkjhB5bTQfQCLcBGAsYHQ/s320/CH2.PNG" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-T1OQTtT8RLQ/XZvTq40jk7I/AAAAAAAAB_U/tEXHK_M2TWsY29RREvQbYFbQwCK5WvsuQCLcBGAsYHQ/s1600/CS2.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="87" data-original-width="572" height="48" src="https://1.bp.blogspot.com/-T1OQTtT8RLQ/XZvTq40jk7I/AAAAAAAAB_U/tEXHK_M2TWsY29RREvQbYFbQwCK5WvsuQCLcBGAsYHQ/s320/CS2.PNG" width="320" /></a></div>
<br />
<b>D. Persamaan KNF </b><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Metode KNF (Kohler Nordison- Fox) banyak digunakan untuk menentukan nilai evaporasi. Hasil penelitian Kohler et al (1955) di Okla dengan menggunakan komputasi pada 21 panci penguapan di AS. Dengan menggunakan konstanta psikometrik, beliau mengadaptasikan persamaan Penman (1948) sehingga didapatkan persamaan yang dapat digunakan secara umum yaitu :</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-OrIHKFfqDJY/Xi_JIg4Fc9I/AAAAAAAACHQ/D2nhaCNApEQ7Ktvy4bXCOPdxUHnf7yqfQCLcBGAsYHQ/s1600/epan%2Bknf2.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="49" data-original-width="174" src="https://1.bp.blogspot.com/-OrIHKFfqDJY/Xi_JIg4Fc9I/AAAAAAAACHQ/D2nhaCNApEQ7Ktvy4bXCOPdxUHnf7yqfQCLcBGAsYHQ/s1600/epan%2Bknf2.png" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-K_sGebHUhws/Xi_JMb7TscI/AAAAAAAACHU/ZwMjKjey-rwoRctZMeVYbBMxTlT7x5tcwCLcBGAsYHQ/s1600/epan%2Bknf3.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="91" data-original-width="425" height="85" src="https://1.bp.blogspot.com/-K_sGebHUhws/Xi_JMb7TscI/AAAAAAAACHU/ZwMjKjey-rwoRctZMeVYbBMxTlT7x5tcwCLcBGAsYHQ/s400/epan%2Bknf3.png" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dimana Rn adalah radiasi neto (W/m2), <span face=""arial" , sans-serif">Ɣ </span>adalah konstanta psikometri, Ea adalah komponen aerodinamik (perpindahan massa uap air), ea adalah tekanan uap jenuh saat suhu T derajat, ed adalah tekanan uap air jenuh pada suhu titik embun, Δ adalah kemiringan kurva tekanan uap air jenuh, T adalah suhu udara dan Rs adalah radiasi matahari (Irmak dan Haman, 2003; Wati et al., 2015).</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<b>Referensi </b></div>
<br />
<a href="https://www.kean.edu/~csmart/Hydrology/Lectures/Evaporation_pan.pdf">https://www.kean.edu/~csmart/Hydrology/Lectures/Evaporation_pan.pdf</a> diakses 25 Januari 2020<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Abdel-Wahed MH, Snyder RL. 2008.Simple evaluation to estimate reference evapotranspiration from evaporation pans surrounded by fallow soil. Journal of Irrigation and Drainage Engineering, vol 134 : 425-429.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ahmad L, Parvaze S, Mahdi SS, Dekhle BS, Parvaze S, Majid M, Wani F. 2017. Comparison of Potential Evapotranspiration Models and Establishment of Potential Evapotranspiration Curves for Temperate Kashmir Valley. Current Journal of Applied Science and Technology, 24(3), 1-10. https://doi.org/10.9734/CJAST/2017/36356<br />
<br />
Allen RG, Pruitt WO. 1991. FAO-24 reference evapotranspiration factors. Journal of Irrigation and Drainage Engineering,117(5):758-773</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b></b>
Allen RG, Pereira, LS, Raes, D, Smith, M. 1998. Crop Evapotranspiration Guide Lines for Computing Crop Water Requirements. FAO Irrigation and Drainage, Rome, Italy (Paper 56).<br />
<br />
Brouwer, C. and Heibloem, M. 1986. Irrigation Water Management: Irrigation Water Needs. Training Manual, Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.<br />
<br />
Irmak S and Haman DZ. 2003. Evaluation of Five Methods for Estimating Class A Pan Evaporation in a Humid Climate. HortTechnology, 13, 500-508.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Jacobs AFG, Heusinkveld BG, Lucassen, DC. 1998. Temperature variation in a class A evaporation pan. J. Hydrol. 206, 75–83, http://dx.doi.org/10.1016/S0022-1694(98) 00087-0.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lim WH, Roderick ML, Hobbins M, Wong SC, Farquhar, GD. 2013. The energy balance of a US Class A evaporation pan. Agricultural And Forest Meteorology, 182, 314-331. doi:10.1016/j.agrformet.2013.07.001<br />
<br />
McMahon TA, Peel MC, Szilagyi J. 2013. Estimating actual, potential, reference crop and pan evaporation using standard meteorological data: a pragmatic synthesis. Hydrology and Earth System Sciences, 17(12), 4865-4867. https://doi.org/10.5194/hess-17-4865-2013<br />
<br />
Molina CA, Martínez-Alvarez V, González-Real MM, Baille A. 2006. A simulation model for predicting hourly pan evaporation from meteorological data. Journal of Hydrology 318, 250-261. https://doi.org/10.1016/j.jhydrol.2005.06.016.<br />
<div>
<br /></div>
Molina CA, Vicente-Serrano SM, Sanchez-Lorenzo A, McVicar TR, Morán-Tejeda E, Revuelto J, El Kenawy A, Martín-Hernández N, Tomas-Burguera M. 2015. Atmospheric evaporative demand observations, estimates and driving factors in Spain (1961–2011). Journal of Hydrology 523 (2015) 262–277.<br />
<br />
Rotstayn LD, Roderick ML, Farquhar GD. 2006. A simple pan-evaporation model for analysis of climate simulations: Evaluation over Australia. Geophysical Research Letters, Vol. 33, L17715, Doi:10.1029/2006gl027114,<br />
<br />
Snyder RL. 1992. Equation for Evaporation Pan to Evapotranspiration Conversions. Journal of Irrigation and Drainage Engineering 118 (6).<br />
<br />
Wati T, Pawitan H, Sopaheluwakan A. 2015. Pengaruh parameter cuaca terhadap proses evaporasi pada interval waktu yang berbeda. J. Meteorologi dan Geofisika 16(3) : 155-165<br />
<div>
<br /></div>
<br />
<br /></div>
<br />
<br /></div>
</div>
</div>
ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-20043299895274298892019-10-29T15:45:00.004+08:002023-06-24T14:55:54.977+08:00NERACA ENERGI DI PERMUKAAN BUMI DAN PENGAMATAN RADIASI MATAHARI DENGAN ALAT ASRS<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-3XwaU3h1vU0/XbEYR4EDKAI/AAAAAAAACCU/H_3GvqUI00oolCn9d46dI8e4uMA5OyaYQCLcBGAsYHQ/s1600/energi%2Bterbarukan.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="288" data-original-width="464" height="247" src="https://1.bp.blogspot.com/-3XwaU3h1vU0/XbEYR4EDKAI/AAAAAAAACCU/H_3GvqUI00oolCn9d46dI8e4uMA5OyaYQCLcBGAsYHQ/s400/energi%2Bterbarukan.JPG" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;">Gambar 1. Beberapa energi terbarukan dan energi tak terbarukan</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">
Energi terbarukan (<i>renewable energy/ ath-thaqah al-mutajaddadah</i>) merupakan kebutuhan yang sangat penting. Ikhtiar ilmiah pengolahan energi terbarukan adalah pilihan terbaik untuk dilakukan mengkaji energi terbarukan dalam perspektif Islam (fikih). Salah satu energi terbarukan yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah energi dari radiasi matahari. Sumber energi tersebut adalah sumber energi penting yang ramah lingkungan, tidak mencemari lingkungan, dan tidak memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim serta pemanasan global (Ghazali et al., 2017). Saat ini penggunaan energi terbarukan di Indonesia baru sekitar 6,8% dalam bauran energi final. Pemerintah masih harus terus mendorong pengembangan energi tersebut. Indonesia terletak di daerah ekuator yang mempunyai surplus dalam penerimaan energi radiasi matahari, potensial luar biasa dibandingkan daerah lain di lintang tinggi.<br /><span><a name='more'></a></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-Rzlbgz3KcjY/XbEjF_xZfpI/AAAAAAAACDQ/zmZhAyrjp68-covRrqX5_rRkuYFzclWMQCLcBGAsYHQ/s1600/sistem%2Benergi%2Bsurya.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="230" data-original-width="441" height="166" src="https://1.bp.blogspot.com/-Rzlbgz3KcjY/XbEjF_xZfpI/AAAAAAAACDQ/zmZhAyrjp68-covRrqX5_rRkuYFzclWMQCLcBGAsYHQ/s320/sistem%2Benergi%2Bsurya.JPG" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 2. Gambaran pengolahan energi radiasi surya</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Menurut Ghazali et al., 2017, di dalam Al Qur'an membahas energi terbarukan. Ayat-ayat al-Qur’an dimaksudkan untuk memberikan landasan hukum bahwa al-Qur’an juga tidak lepas dari pembahasan mengenai energi.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-tycZqplAdMI/XbEe83BHBUI/AAAAAAAACCo/nFzjzUBZe583pa-9autRFyVb3dhb5LOawCLcBGAsYHQ/s1600/ayat%2B2.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="38" data-original-width="140" src="https://1.bp.blogspot.com/-tycZqplAdMI/XbEe83BHBUI/AAAAAAAACCo/nFzjzUBZe583pa-9autRFyVb3dhb5LOawCLcBGAsYHQ/s1600/ayat%2B2.JPG" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari.” (QS. asy-Syams: 1).<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-G9TXlnFa4Mg/XbEehKb90yI/AAAAAAAACCg/F6CDZIPO0qgAfmncJbYNMPTMip1K6MWOgCLcBGAsYHQ/s1600/ayat.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="139" data-original-width="456" height="121" src="https://1.bp.blogspot.com/-G9TXlnFa4Mg/XbEehKb90yI/AAAAAAAACCg/F6CDZIPO0qgAfmncJbYNMPTMip1K6MWOgCLcBGAsYHQ/s400/ayat.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. an-Nur (24): 35).<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-nP0V5MyC4xs/XbEfqhFk0dI/AAAAAAAACC0/w1Z_Sg0v6MIkFSPAJXQosWJHAeC4BJ2vgCLcBGAsYHQ/s1600/ayat%2B3.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="50" data-original-width="336" height="47" src="https://1.bp.blogspot.com/-nP0V5MyC4xs/XbEfqhFk0dI/AAAAAAAACC0/w1Z_Sg0v6MIkFSPAJXQosWJHAeC4BJ2vgCLcBGAsYHQ/s320/ayat%2B3.JPG" width="320" /></a></div>
“Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita.” (QS. an-Nuh [71]: 16)<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-lfYJ6Ij7fKk/XbEfvJGQtJI/AAAAAAAACC4/ZcTuM3TXi0AWxIAxDmDRemxEat57B2n8gCLcBGAsYHQ/s1600/ayat%2B4.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="76" data-original-width="446" height="54" src="https://1.bp.blogspot.com/-lfYJ6Ij7fKk/XbEfvJGQtJI/AAAAAAAACC4/ZcTuM3TXi0AWxIAxDmDRemxEat57B2n8gCLcBGAsYHQ/s320/ayat%2B4.JPG" width="320" /></a></div>
“Dia lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak, Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (QS. Yunus [10]: 5).<br />
<br />
<b>Neraca Energi di Permukaan Bumi</b><br />
<br />
<span class="fullpost">Matahari adalah sumber kekuatan penggerak (<i>driving force</i>)</span><span class="fullpost"><span class="fullpost"> iklim</span> kita, maka penelitian tentang neraca energi sangat penting untuk dapat memahami komplektivitas energi matahari dan keseimbangan termal di Bumi.</span><br />
<span class="fullpost"><br /></span>
Neraca energi radiasi matahari tahunan menggambarkan perbandingan secara global insolasi matahari (penyerapan radiasi matahari) dan radiasi terestrial inframerah (emisi inframerah). Transfer energi terjadi melalui panas yang sensible dan panas laten. Panas laten dari evaporasi di lautan sangat dominan dibandingkan panas sensible yang hanya beberapa persen berkontribusi dalam fluks panas. Surplus di daerah ekuator ini diteruskan melalui transfer panas dari daerah ekuator menuju daerah lintang tinggi (Gambar 3).<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-Yik0TmAzdqQ/XbEg8tqug8I/AAAAAAAACDE/ZC0kWXuWkrEey-idypuVG08aW8RKZG7-gCLcBGAsYHQ/s1600/HeatRedist.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="509" data-original-width="600" height="338" src="https://1.bp.blogspot.com/-Yik0TmAzdqQ/XbEg8tqug8I/AAAAAAAACDE/ZC0kWXuWkrEey-idypuVG08aW8RKZG7-gCLcBGAsYHQ/s400/HeatRedist.png" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 3. Neraca energi radiasi matahari tahunan </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Sumber : <a href="https://www.e-education.psu.edu/earth540/content/c4_p2.html" style="text-align: justify;">https://www.e-education.psu.edu/earth540/content/c4_p2.html</a></div>
<br />
<span class="fullpost"><br /></span>
Neraca energi di permukaan berhubungan erat dengan kehidupan kita. Neraca energi permukaan dapat disampaikan dengan persamaan matematika sederhana :<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<span class="fullpost">Rn = Rs in + Rl in - Rs out - Rl out</span></div>
<span class="fullpost"><br /></span>
<span class="fullpost">Dimana Rn adalah radiasi neto untuk (Rs in) berupa gelombang pendek datang, (Rl in) berupa gelombang panjang datang dikurangi nilai radiasi gelombang pendek keluar dan gelombang panjang keluar (Rs out dan Rl out).</span><br />
<span class="fullpost"><span style="text-align: left;"><br /></span></span>
<span class="fullpost"><span style="text-align: left;">Radiasi matahari berdasarkan sifat alamiah dan elektromagnetiknya terbagi atas dua macam yaitu :</span></span><br />
<ol style="text-align: justify;">
<li>Radiasi matahari yang datang (<i>incoming short radiation</i>) dalam bentuk gelombang pendek.</li>
<li>Radiasi matahari yang keluar (<i>outgoing long radiation</i>) dalam bentuk gelombang panjang</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Albedo adalah besaran yang menyatakan perbandingan antara intensitas radiasi matahari yang datang ke permukaan bumi dan yang dipantulkan kembali ke angkasa.</div>
<br />
Berikut gambaran skema radiasi gelombang pendek dan radiasi gelombang panjang di permukaan bumi :<br />
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-f9B7HyvRsvo/XZF3eCplqMI/AAAAAAAAB98/padAN6KQezsA2bCq0vXxdR-x4IGto4ARACLcBGAsYHQ/s1600/incoming%2Bradiation.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="696" data-original-width="962" height="289" src="https://1.bp.blogspot.com/-f9B7HyvRsvo/XZF3eCplqMI/AAAAAAAAB98/padAN6KQezsA2bCq0vXxdR-x4IGto4ARACLcBGAsYHQ/s400/incoming%2Bradiation.JPG" width="400" /></a><br />
<span style="text-align: center;">Gambar 4. Skema radiasi gelombang pendek</span><br />
<span style="text-align: center;">Sumber : </span><a href="https://slideplayer.info/slide/11997277/">https://slideplayer.info/slide/11997277/</a><br />
<br />
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-I19hqXyVQ-8/XZF3shBktLI/AAAAAAAAB-A/Xpp5rAZb5MkmBI5t9k0WUUJBWhN-1KI8wCLcBGAsYHQ/s1600/outgoing%2Bradiation.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: left;"><img border="0" data-original-height="682" data-original-width="975" height="277" src="https://1.bp.blogspot.com/-I19hqXyVQ-8/XZF3shBktLI/AAAAAAAAB-A/Xpp5rAZb5MkmBI5t9k0WUUJBWhN-1KI8wCLcBGAsYHQ/s400/outgoing%2Bradiation.JPG" width="400" /></a><br />
<span style="text-align: center;">Gambar 5. Skema radiasi gelombang panjang</span><br />
<div>
<br /></div>
<span class="fullpost">Energi radiasi yang dipancarkan </span>energi tidak semua sampai ke permukaan. Dari 100% radiasi (insolasi) yang dipancarkan oleh matahari, hanya 46 % yang sampai secara langsung ke permukaan sedangkan 23% diserap oleh atmosfer dan 29% direfleksikan. 6% dipantulkan kembali oleh permukaan, 18% diserap udara (uap, air, debu dan ozon), 4% diserap awan, 16% dipantulkan awan, dan 8% dipantulkan oleh udara. Pemetaan ini dinamakan neraca radiasi matahari. Neraca energi merupakan kesetimbangan dinamis antara masukan energi dari matahari dengan kehilangan energi oleh permukaan setelah melalui proses-proses yang kompleks.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-spoQRNjmBko/XagghsHqF7I/AAAAAAAACAo/eIBLCYs_P_sN03-DpQjCfVYh8ySapkb2QCLcBGAsYHQ/s1600/neraca%2Benergi.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="407" data-original-width="745" height="216" src="https://1.bp.blogspot.com/-spoQRNjmBko/XagghsHqF7I/AAAAAAAACAo/eIBLCYs_P_sN03-DpQjCfVYh8ySapkb2QCLcBGAsYHQ/s400/neraca%2Benergi.png" width="400" /></a></div>
Gambar 6. Neraca energi di permukaan bumi<br />
<br />
Penman (1948) menggambarkan neraca energi di permukaan bumi dengan persamaan sederhana fluks energi yang datang dan keluar sebagai berikut :<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
Rn = LE + H + G</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
Dimana Rn adalah besarnya radiasi neto/ fluks energi radiasi neto yang datang (W/m2), LE adalah fluks panas laten yang sampai di udara (W/m2), H adalah fluks panas sensibel yang sampai di udara (W/m2) dan G adalah fluks panas yang sampai ke permukaan tanah (badan air) (W/m2).<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-ZOWorsFHT4w/XbD9IIxXPdI/AAAAAAAACB0/wN-dtch5MsIhlYt1EbE_2YksZICXyi_NgCLcBGAsYHQ/s1600/net%2Bradiation.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="413" data-original-width="301" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-ZOWorsFHT4w/XbD9IIxXPdI/AAAAAAAACB0/wN-dtch5MsIhlYt1EbE_2YksZICXyi_NgCLcBGAsYHQ/s320/net%2Bradiation.JPG" width="233" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Gambar 7. Ilustrasi neraca energi di permukaan tanah</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-zdX3igVzRtE/XbD9734eXJI/AAAAAAAACB8/sgljzFo9iLUZw_OXPOo2WcjWq0AQeDsugCLcBGAsYHQ/s1600/neraca%2Benergi%2Bdi%2Bpermukaan.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="404" data-original-width="632" height="204" src="https://1.bp.blogspot.com/-zdX3igVzRtE/XbD9734eXJI/AAAAAAAACB8/sgljzFo9iLUZw_OXPOo2WcjWq0AQeDsugCLcBGAsYHQ/s320/neraca%2Benergi%2Bdi%2Bpermukaan.JPG" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Gambar 8. Persamaan neraca energi di permukaan tanah </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<i>Sensible heat </i>adalah panas terasa yang dapat dirasakan tubuh manusia dan terukur oleh termometer. <i>Latent heat </i>(panas bahang) adalah panas yang tersembunyi, hingga terjadi perubahan fase air. Misalnya : peristiwa evaporasi, air berubah fase menjadi uap membutuhkan sejumlah energi, dan energi yang dipakai tersimpan sebagai panas laten. Pada saat terjadi kondensasi, uap menjadi embun disertai energi laten dilepas ke alam.<br />
<br />
<b>Mengenal ASRS</b><br />
<br />
<span class="fullpost">Automatic Solar Radiation Station (<b>ASRS</b>) instrumen yang digunakan BMKG untuk mengetahui intensitas radiasi yang jatuh pada permukaan bumi baik yang langsung maupun yang dibaurkan oleh atmosfer. </span><span class="fullpost">ASRS difokuskan pada radiasi matahari gelpmbang pendek. </span> Pengukuran radiasi matahari secara langsung dilakukan oleh sensor yang terdapat pada ASRS. Data yang tertampung terkumpul dalam logger akan langsung dikirimkan setiap 10 menit sekali.<br />
<br />
Komponen <i>hardware</i> yang ada di dalam ASRS meliputi 3 unit <i>pyranometer</i>, 1 unit <i>pyrheliometer</i> dan 1 unit s<i>un tracker</i>. Komponen output yang bisa didapatkan adalah : radiasi difusi (W/m2), radiasi langsung (W/m2), radiasi global (W/m2), radiasi pantulan (W/m2), radiasi net (W/m2), lama penyinaran (menit) dan sudut datang radiasi (<span face=""arial" , sans-serif" style="background-color: white; color: #545454; font-size: 14px; text-align: left;">°</span>).<br />
<br />
Radiasi matahari yang teramati atau terukur dengan alat dapat dibagi menjadi 3 yaitu :<br />
<ol>
<li>Radiasi <i>Direct Beam</i> (Ib)/ radiasi langsung, yaitu radiasi matahari yang masuk ke atmosfer bumi dan langsung jatuh teramati di permukaan bumi.</li>
<li>Radiasi <i>Diffuse</i> (Id)/ radiasi baur, yaitu radiasi matahari yang masuk ke atmosfer bumi yang kemudian diserap, dihamburkan atau dipantulkan oleh uap air, partikel debu ataupun polutan di atmosfer yang kemudian terukur/ teramati di permukaan bumi.</li>
<li style="text-align: justify;">Radiasi global adalah radiasi matahari yang diterima permukaan bumi, baik berupa radiasi langsung maupun radiasi baur. Sehingga radiasi global dapat dijelaskan sebagai berikut :</li>
</ol>
<div style="text-align: center;">
Radiasi Global = Ib + Id</div>
<ol>
</ol>
Karakterisasi sumber energi matahari sangat penting dalam pengukuran aplikasi radiasi matahari. Radiasi di permukaan dijelaskan dengan tiga komponen yaitu : DNI, DHI dan GHI Pengukuran insitu radiasi matahari tersebut dapat dihitung dengan bagaimana radiasi matahari mencapai permukaan Bumi dengan berbagai jalan tersebut (Po et al., 2018).</div>
<div style="text-align: justify;">
<ol>
<li>DNI (<i>Direct Normal Irradiance</i>) adalah jumlah radiasi matahari yang diterima per satuan luas oleh permukaan yang tegak lurus atau normal terhadap sinar datang dari arah matahari. </li>
<li>DHI (<i>Diffuse Horizontal Irradiance</i>) adalah jumlah radiasi matahari yang diterima per satuan luas (yang tidak ternaungi atau terhalang bayangan) yang tidak sampai secara langsung tapi terhablurkan (<i>scattered</i>) oleh partikul dan molekul di atmosfer. </li>
<li>GHI (<i>Global Horizontal Irradiance</i>) adalah jumlah radiasi gelombang pendek yang diterima di atas permukaan tanah yang horizontal.</li>
</ol>
</div>
<span style="text-align: justify;">Nilainya tergantung pada nilai DNI dan DHI dengan rumus sebagai berikut :</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Global Horizontal (GHI) = Direct Normal (DNI) X cos(θ) + Diffuse Horizontal (DHI)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-qOChsbfZIqA/XZGWlJOWIAI/AAAAAAAAB-k/9-eBK_ORwvYe-lmyFiz4nTk0nNH1WLQ6QCLcBGAsYHQ/s1600/dni-dhi-ghi.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="462" data-original-width="812" height="227" src="https://1.bp.blogspot.com/-qOChsbfZIqA/XZGWlJOWIAI/AAAAAAAAB-k/9-eBK_ORwvYe-lmyFiz4nTk0nNH1WLQ6QCLcBGAsYHQ/s400/dni-dhi-ghi.png" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Gambar 6. Komponen radiasi matahari GHI, DHI dan DNI </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
(sumber : <span style="text-align: justify;">https://firstgreenconsulting.wordpress.com/)</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-hUt9a3j_qXI/Xaa_N02OI5I/AAAAAAAACAE/jFCdiWkvt-EVCp-VbPNJF1VCHE8ZIdebACLcBGAsYHQ/s1600/DHI%2BGHI%2BDNI.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="319" data-original-width="418" height="244" src="https://1.bp.blogspot.com/-hUt9a3j_qXI/Xaa_N02OI5I/AAAAAAAACAE/jFCdiWkvt-EVCp-VbPNJF1VCHE8ZIdebACLcBGAsYHQ/s320/DHI%2BGHI%2BDNI.JPG" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Gambar 7. Mekanisme GHI, DHI dan DNI (Joshi dan Patel, 2015).</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alat pengukur ASRS akan dapat mengukur ketiga komponen radiasi matahari GHI, DHI dan DNI. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sistem ini memerlukan peralatan berupa :<br />
<ol>
<li>Pyranometer untuk menghitung GHI</li>
<li>Pyranometer yang dinaungi untuk menghitung DHI</li>
<li>Pyrheliometer untuk menghitung DNI</li>
</ol>
<div>
Pengukuran GHI dilakukan dengan pyranometer sebagai sensor pengukur radiasi global. Alat ini digunakan sebagai alat acuan karena pengukurannya yang akurat. Penggunaan sensor ini sangat penting dalam pengukuran radiasi matahari. Dianjurkan hanya menggunakan alat yang telah diklasifikasi dan dikalibrasi untuk mendapatkan hasil yang paling akurat. <i>Pyranometer</i> ini ditempatkan di atas tiang tanpa ada penghalang.<br />
<br /></div>
Pengukuran DHI dilakukan dengan menggunakan <i>Pyranometer</i> yang dipasang pada <i>sun tracker</i>. Sensor sun tracker akan mengikuti arah matahari, mengukur langsung radiasi yang dihasilkan oleh sinar matahari tanpa terhalang awan. Alat ini juga dilengkapi dengan sensor penangkap sinar pantulan. Alat ini juga mengikuti arah matahari dari terbit hingga terbenam. Sensornya secara otomatis akan mengarah ke matahari. <i>Pyranometer</i> ini dipasang horizontal terhadap permukaan tanah. Radiasi difusi adalah radiasi gelombang pendek yang tersebar karena difusi radiasi langsung oleh awan, molekul udara, butir butir air, dan partikel yang tersuspensi di udara.<br />
<br />
<div>
Pengukuran DNI di alat ASRS mewakili komponen radiasi matahari langsung yang mempunyai 80% dari jumlah neraca radiasi di Bumi. Di luar atmosfer irradiasi matahari dianggap konstan (1367 W/m2), dengan fluktuasi yang sedikit selama siklus 11 tahun. DNI di permukaan bumi bervariasi karena kondisi atmosfer (awan, aerosol, uap air dan molekul). Sensor di <i>pyrheliometer</i> didesain untuk menangkap radiasi matahari yang datang dengan sudut normal (DNI). Untuk mendapatkan radiasi ini, digunakan <i>sun tracker</i> berpasangan dengan <i>pyrheliometer.</i></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-rTYsIOKWXHw/XaVybyL7l4I/AAAAAAAAB_s/EaqQOb76-KsMu623O7ySIce7qZejJaOkACLcBGAsYHQ/s1600/sun%2Btracker.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="720" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-rTYsIOKWXHw/XaVybyL7l4I/AAAAAAAAB_s/EaqQOb76-KsMu623O7ySIce7qZejJaOkACLcBGAsYHQ/s320/sun%2Btracker.jpg" width="180" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 6. <i>Pyrheliometer</i> dan <i>Sun Tracker</i> di Stasiun Klimatologi Banjarbaru</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-fnNIOr6iD-A/XabNIXp85oI/AAAAAAAACAc/YB632jgwhkEhvYcTzZ42WwqC-LZN39j6QCLcBGAsYHQ/s1600/str.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="784" data-original-width="678" height="400" src="https://1.bp.blogspot.com/-fnNIOr6iD-A/XabNIXp85oI/AAAAAAAACAc/YB632jgwhkEhvYcTzZ42WwqC-LZN39j6QCLcBGAsYHQ/s400/str.JPG" width="345" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Gambar 7. Bagian dari <i>sun tracker </i>: kaki, badan robotic dan lengan, GPS, <i>sun sensor, </i><span style="text-align: justify;">lempengan pemasangan sensor <i>(top mounting plate), </i></span><span style="text-align: justify;">Lengan pembuat bayangan (<i>shading arm</i>) dan <i>m</i></span><i>icrocomputer</i> serta modul input output.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-zj-zJHZ8p-8/XaglZdJjx_I/AAAAAAAACA0/m4iSMTON2xM3US2ubSNXSU5EFcJXj1h7gCLcBGAsYHQ/s1600/pyreliometer.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="280" data-original-width="611" height="182" src="https://1.bp.blogspot.com/-zj-zJHZ8p-8/XaglZdJjx_I/AAAAAAAACA0/m4iSMTON2xM3US2ubSNXSU5EFcJXj1h7gCLcBGAsYHQ/s400/pyreliometer.JPG" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 8. Bagian dari <i>Pyrheliometer</i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-3of7uVM8cOs/XaV0XhvSVPI/AAAAAAAAB_4/Fh01TKxLTtYOO5vcGYDNy3YdCbZHF0IugCLcBGAsYHQ/s1600/pyranometer.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="720" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-3of7uVM8cOs/XaV0XhvSVPI/AAAAAAAAB_4/Fh01TKxLTtYOO5vcGYDNy3YdCbZHF0IugCLcBGAsYHQ/s320/pyranometer.jpg" width="180" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 9. <i>Pyranometer</i> untuk radiasi global (atas) dan untuk menghitung radiasi difusi (bawah) di Stasiun Klimatologi Banjarbaru</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-G7B1QX1OI34/XbFFTC4Cl3I/AAAAAAAACDc/JqmEQ0R0tp0rik7lYZYXYxFrQaK_l3Z4ACLcBGAsYHQ/s1600/pyranometer2.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="339" data-original-width="567" height="191" src="https://1.bp.blogspot.com/-G7B1QX1OI34/XbFFTC4Cl3I/AAAAAAAACDc/JqmEQ0R0tp0rik7lYZYXYxFrQaK_l3Z4ACLcBGAsYHQ/s320/pyranometer2.JPG" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 10. Bagian dari <i>Pyranometer</i></div>
<br />
<i>Pyranometer</i> adalah sensor dengan permukaan hitam dan thermophile yang mengkonversikan perbedaan temperatur yang terjadi menjadi voltase listrik. <i>Pyrheliometer</i> adalah sensor yang memiliki prinsip kerja sama dengan <i>pyranometer</i>, tetapi <i>pyrheliometer </i>tidak memiliki sudut penangkap radiasi 180 derajat, melainkan sensor ini menangkap radiasi matahari yang datang (DNI). <i>Sun tracker</i> adalah alat berupa lengan robot yang dapat mengarahkan lengannya kepada matahari dalam sudut normal.<br />
<br />
Radiasi neto adalah nilai radiasi yang dihitung dengan pengurangan nilai radiasi global dengan nilai radiasi pantulan. Nilai ini juga disebut nilai albedo. Pada malam hari, nilai radiasi neto terkadang menunjukkan nilai minus. Hal ini diakibatkan oleh radiasi gelombang panjang yang dikeluarkan oleh bumi dan tertangkap oleh <i>pyranometer</i>.<br />
<div>
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-Z6Ql7jrMcfY/Xbenoqp3nSI/AAAAAAAACDw/8e1LYRg_qb8X85phcAw43ti7onA9huPVQCLcBGAsYHQ/s1600/asrs.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="225" src="https://1.bp.blogspot.com/-Z6Ql7jrMcfY/Xbenoqp3nSI/AAAAAAAACDw/8e1LYRg_qb8X85phcAw43ti7onA9huPVQCLcBGAsYHQ/s400/asrs.jpeg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Gambar 11. Tampilan di monitor komputer ASRS</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tampilan di PC untuk ASRS pada gambar 11. Warna merah menunjukkan radiasi global sedangkan warna kuning bagian atas DNI dan warna kuning bagian bawah radiasi neto.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-s2nBilSCQVo/XbetTBW6plI/AAAAAAAACEI/MjsnIsgOgPMWL4KYOCq_zWFielby6J9qgCLcBGAsYHQ/s1600/data%2Bsiang%2Basrs.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="285" data-original-width="802" height="113" src="https://1.bp.blogspot.com/-s2nBilSCQVo/XbetTBW6plI/AAAAAAAACEI/MjsnIsgOgPMWL4KYOCq_zWFielby6J9qgCLcBGAsYHQ/s320/data%2Bsiang%2Basrs.PNG" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Gambar 12. Tampilan hasil dari alat ASRS</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Hasil dari alat ASRS meliputi nama stasiun bersangkutan (Gambar 12). Azimut dan <i>altitude</i> untuk menentukan nilai yang didapatkan oleh sun tracker Nilai ini menunjukkan posisi matahari relatif terhadap posisi alat (lintang, bujur) dan waktu (tahun, bulan, tanggal, jam, menit, detik) di mana alat berada. Diffuse, DNI dan <i>global_rad</i>. menunjukkan nilai DHI, DNI dan GHI, <i>reflective_rad </i>menunjukkan radiasi pantulan serta <i>sunshine</i> menunjukkan lama penyinaran matahari.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-z6Lr55PBNqY/XbfrMnvHqSI/AAAAAAAACEY/YYXPKb6QtM8k8lEam4GGU4z5WKTldy1IgCLcBGAsYHQ/s1600/track.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="198" data-original-width="234" src="https://1.bp.blogspot.com/-z6Lr55PBNqY/XbfrMnvHqSI/AAAAAAAACEY/YYXPKb6QtM8k8lEam4GGU4z5WKTldy1IgCLcBGAsYHQ/s1600/track.PNG" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Gambar 13. Ilustrasi dari penelitian Po et al., 2018 yang menunjukkan posisi sapuan RSB (<i>rotaring shadow band</i>) pada alat ASRS yang lebih canggih untuk menentukan GHI dan DHI</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
Pengolahan data radiasi matahari dapat digunakan untuk mendapatkan informasi potensi radiasi surya antara lain : berapa nilai maksimum, minimum dan ekstremnya, jam berapa radiasi dapat kita peroleh secara maksimal, kapan bulan efektif untuk menggunakan radiasi surya.<br />
<br />
Contoh pengolahan sebagai berikut :<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-69K80eXlAwc/XbepM_isUTI/AAAAAAAACD8/jchyK7QkUQoxxuHJcH5Hdb62we8EH6ptgCLcBGAsYHQ/s1600/boxplot.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="774" data-original-width="1373" height="225" src="https://1.bp.blogspot.com/-69K80eXlAwc/XbepM_isUTI/AAAAAAAACD8/jchyK7QkUQoxxuHJcH5Hdb62we8EH6ptgCLcBGAsYHQ/s400/boxplot.PNG" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Gambar 14. Contoh pengolahan data dari ASRS (Hermawanto, 2019)</div>
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<a href="https://www.ammonit.com/en/products/sensors/solar-sensors-pyranometers">https://www.ammonit.com/en/products/sensors/solar-sensors-pyranometers</a> diakses 16 Oktober 2019.<br />
<br />
<span style="color: #0000ee; text-decoration-line: underline;">https://www.e-education.psu.edu/earth540/content/c4_p2.html </span>diakses 23 Oktober 2019.<br />
<br />
<span style="color: #0000ee; text-decoration-line: underline;">ht</span><a href="https://eko-eu.com/products/solar-energy/sun-trackers/str-21g-sun-trackers">tps://eko-eu.com/products/solar-energy/</a> diakses 15 Oktober 2019.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
https://firstgreenconsulting.wordpress.com/2012/04/26/differentiate-between-the-dni-dhi-and-ghi/ diakses 30 September 2019.<br />
<br />
<a href="https://slideplayer.info/slide/11997277/">https://slideplayer.info/slide/11997277/</a> neraca energi matahari dan bumi diakses 17 Oktober 2019.<br />
<br />
<a href="https://www.slideshare.net/FundacionAreces/raymond-desjardins-impacto-de-la-agricultura-sobre-el-cambio-climtico">https://www.slideshare.net/FundacionAreces/raymond-desjardins-impacto-de-la-agricultura-sobre-el-cambio-climtico</a> diakses 23 Oktober 2019.<br />
<br />
Hermawanto A. 2019. Pemanfaatan Data Iklim untuk Informasi Energi Terbarukan (Energi Surya). Pusat Layanan Iklim Terapan BMKG. Jakarta.<br />
<br />
<br />
Ghazali AM, Ubaid A, Wardhana AR, Masud I, Mohammad J, Ma'afi M, Wahid M, Budiarto R. 2017<br />
Fikih Energi Terbarukan - Pandangan dan Respons Islam atas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). KEMALA - Konsorsium Energi Mandiri Lestari. Jakarta - Yogyakarta.<br />
<br />
Joshi A, Patel RJ. 2015. Installation and Commissioning of an Automatic Solar Radiation Monitoring System (ASRMS). Technology Development Article March - April 2015<br />
<div>
<br /></div>
Po JM, Hoogendijk K, Beuttell W, Kazunori S, Takeuchi E. 2018. Direct Spectral Irradiance Measurements from Rotating Shadowband EKO Grating Spectroradiometer. IEEE 7th World Conference on Photovoltaic Energy Conversion (WCPEC) RSB conference proceedings.<br />
<br />
<br />
<div>
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-48214604411703434012019-07-31T16:03:00.002+08:002023-03-08T08:22:20.789+08:00KEARIFAN LOKAL DALAM MENENTUKAN AWAL MUSIM KEMARAU UNTUK PERTANIAN DI LAHAN RAWA KALIMANTAN SELATAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;"><span style="color: black; font-family: inherit;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-elYGwosJoyE/XMqZzOzrJNI/AAAAAAAAB3Y/DeG4u8s655E2vDN_rQGXi0110I2gnhPRwCLcBGAs/s1600/gambar%2Blahan%2Brawa.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="886" data-original-width="1336" height="265" src="https://4.bp.blogspot.com/-elYGwosJoyE/XMqZzOzrJNI/AAAAAAAAB3Y/DeG4u8s655E2vDN_rQGXi0110I2gnhPRwCLcBGAs/s400/gambar%2Blahan%2Brawa.PNG" width="400" /></a></span></div><div style="text-align: center;">Gambar 1. Peta lahan rawa (Sumber : <a href="https://www.cifor.org/global-wetlands/" style="text-align: justify;">https://www.cifor.org/global-wetlands/</a>)</div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: inherit;">Sistem pengetahuan lokal atau
sering juga disebut <i>indigenous knowledge</i> atau <i>local knowledge</i> adalah konsep
mengenai segala sesuatu gejala yang dilihat, dirasakan, dialami ataupun yang
dipikirkan, diformulasikan menurut pola dan cara berpikir suatu kelompok
masyarakat. Pengetahuan yang khas milik suatu masyarakat atau budaya tertentu
yang telah berkembang lama sebagai hasil dari proses hubungan timbal-balik
antara masyarakat dengan lingkungannya. Hasil kajian menunjukkan bahwa terdapat
beberapa kearifan lokal yang hidup dan berkembang di wilayah lahan gambut
Kalimantan, antara lain: (1) pemanfaatkan gerakan pasang surut air untuk
irigasi dan drainase, (2) penentuan tanaman yang ditanam di sekitar pengairan,
(3) konservasi air dengan sistem tabat, (4) sistem pemilihan lahan, (5) sistem
penyiapan lahan dan pengolahan tanah, (6) sistem penataan lahan, (7) sistem
pengelolaan kesuburan tanah, dan (8) cara petani dalam mengenali musim
(Prayoga, 2016).</span><br />
<span style="color: black; font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Kearifan lokal yang terkait
dengan iklim adalah cara petani mengenali musim hujan dan musim kemarau melalui
gejala alam. Informasi awal musim hujan sangat penting bagi pertanian. Salah
satu indikator yang digunakan dalam menentukan waktu tanam adalah awal musim
hujan (Surmaini dan Syahbuddin, 2016). Musim kemarau ditunggu karena bagi
masyarakat tradisional untuk membuka lahan bagi kegiatan pertanian, dalam
sistem perladangan yang mengandalkan curah hujan sebagai kebutuhan air tanaman.</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;"><span><a name='more'></a></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>
<span style="font-family: inherit; text-indent: 36pt;">Lahan rawa di Indonesia terdapat
sekitar 33,4 juta tersebar di 16 provinsi, salah satunya Kalimantan Selatan.
Lahan pasang surut dipengaruhi oleh gerakan air pasang surut laut ataupun
sungai, sedangkan lahan rawa lebak lebih dipengaruhi oleh air setempat (</span><i style="font-family: inherit; text-indent: 36pt;">water
logging</i><span style="font-family: inherit; text-indent: 36pt;">) dan air kiriman dari kawasan hulu (Wakhid dan Syahbuddin, 2013).
Agroekosistem di Kalimantan Selatan terdiri atas lahan rawa pasang surut, lahan
rawa lebak dan lahan kering. Maka penting sekali memahami kearifan lokal daerah
kita dari segi iklimnya.</span><br />
<span style="font-family: inherit; text-indent: 36pt;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit; text-indent: 36pt;">Tantangan yang dihadapi lahan
rawa dari segi iklim adalah variabilitas iklim yaitu perubahan pola curah
hujan, ketidakpastian kejadian iklim dan intensitas kejadian kekeringan (El
Nino) atau kebasahan (La Nina) semakin rapat. Pergeseran awal dan akhir musim
tanam akan berakibat negatif terhadap pola tanam dan produktivitas tanaman,
khususnya tanaman pangan (Wakhid dan Syahbuddin, 2013). </span><br />
<span style="font-family: inherit; text-indent: 36pt;"><br /></span>
<b><span style="font-family: inherit; text-indent: 36pt;">Lahan</span><span style="font-family: inherit; text-indent: 36pt;"> rawa pasang surut </span></b><br />
<span style="font-family: inherit; text-indent: 36pt;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit; text-indent: 36pt;">Lahan rawa pasang surut adalah tipe ekosistem lahan basah yang ciri utamanya dicirikan dengan rezim air
yang utamanya adalah pengaruh pasang dan surut air sungai/laut sekitar.
Fenomena pasang dan surut disebabkan gaya tarik bulan dan bumi. Pada saat bulan
dan bumi berjarak terdekat, maka terjadilah pasang besar (<i>spring tide</i>), yaitu saat bulan penuh (purnama) dan bulan mati yang
terjadi tanggal 1 dan 15 bulan Qomariyah. Sebaliknya terjadi surut, saat jarak bulan dan bumi terjauh terjadilah
surut (Noor dan Rahman, 2015).</span><br />
<span style="font-family: inherit; text-indent: 36pt;"><br /></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-FXcxg-ZH2A0/XMqalBuiS9I/AAAAAAAAB3g/h94WAG1s3O0C6eEyFcCsCHKIpy_O_M2dACLcBGAs/s1600/pasang.gif" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="303" data-original-width="280" src="https://1.bp.blogspot.com/-FXcxg-ZH2A0/XMqalBuiS9I/AAAAAAAAB3g/h94WAG1s3O0C6eEyFcCsCHKIpy_O_M2dACLcBGAs/s1600/pasang.gif" /></a></div>
<span style="font-family: inherit; text-indent: 36pt;">Gambar 2. Mekanisme pasang surut yang dipengaruhi gaya tarik bulan</span><br />
<span style="font-family: inherit; text-indent: 36pt;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit; text-indent: 36pt;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit; text-indent: 36pt;">Lahan rawa pasang surut berdasarkan jangkauan air dibedakan 4 tipe luapan sebagai berikut :</span><br />
<ol>
<li><span style="font-family: inherit; text-indent: 36pt;">Tipe A, lahan yang selalu terluapi air pasang baik saat pasang besar maupun kecil.</span></li>
<li><span style="font-family: inherit; text-indent: 36pt;">Tipe B, lahan yang hanya terluapi oleh pasang besar.</span></li>
<li>Tipe C, lahan yang tidak pernah terluapi walaupun pasang besar. Air pasang mempengaruhi secara tidak langsung, kedalaman air tanah dari permukaan tanah kurang dari 50 cm.</li>
<li><span style="font-family: inherit; text-indent: 36pt;">Tipe D, lahan yang tidak terluapi air pasang dan air tanahnya lebih dari 50 cm.</span></li>
</ol>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-V_wT8nRv4S8/XMqbdzPeytI/AAAAAAAAB3s/3PTZPD-LXQ0pmiUE-O3WlGfsVVDWjBs8ACLcBGAs/s1600/lahan%2Bpasut.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="199" data-original-width="401" height="197" src="https://4.bp.blogspot.com/-V_wT8nRv4S8/XMqbdzPeytI/AAAAAAAAB3s/3PTZPD-LXQ0pmiUE-O3WlGfsVVDWjBs8ACLcBGAs/s400/lahan%2Bpasut.png" width="400" /></a></div>
<div style="text-indent: 0px;">
<span style="font-family: inherit; text-indent: 36pt;">Gambar 3.</span><span style="text-indent: 36pt;"> Lahan berdasarkan tipe luapan A cocok padi; B cocok untuk padi, palawija, hortikultura; C cocok untuk palawija dan kebun dan tipe D untuk kebun atau konservasi jika gambutnya dalam. </span><br />
<span style="text-indent: 36pt;"><br /></span>
<span style="text-indent: 36pt;">Lahan rawa pasang surut di Kalimantan Selatan banyak terdapat di daerah Kabupaten Barito Kuala, sebagian daerah Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin. </span><br />
<span style="text-indent: 36pt;"><br /></span>
Beberapa kearifan lokal memprediksi musim kemarau di lahan rawa pasang surut sebagai berikut :<br />
<br />
<ol>
<li>Kolam perangkap ikan (beje) sudah surut. Beje adalah kolam penangkap ikan yang airnya dari sungai. Ikan-ikan masuk ke Beje beserta aliran sungai. Saat orang mulai menangkap ikan dari Beje itulah saat kemarau tiba.</li>
<li><span style="text-indent: 48px;">Ikan banyak turun ke muara sungai. Saat hujan berkurang aliran sungai di hulu sungai mulai surut. Saat kemarau ikan bergerak ke muara karena di sana masih cukup air.</span></li>
<li><span style="text-indent: 48px;">Ikan sepat layang menggumpal di udara.</span></li>
<li><span style="text-indent: 48px;">Rontoknya daun-daun pepohonan. Banyak pepohonan merontokkan daun saat musim kemarau. Pohon Karet dan Pantung (Jelutung) sampai hanya menyisakan cabang dan rantingnya di musim kemarau. </span></li>
</ol>
Aktifitas pertanian petani dayak Bakumpai terkait erat dengan lahan pasang surut. Dilihat dari segi geografis, lahan pertanian petani Bakumpai termasuk kategori rawa pasang surut tipe A, yakni lahan yang selalu terluapi oleh air pada saat pasang besar maupun kecil. Cara petani Bakumpai di lahan pasang surut mengenal musim terbagi atas dua macam, yaitu wayah pandang (musim kemarau) dan wayah danum (musim air). Wayah pandang berlangsung antara bulan November hingga April, masa pancaroba pada bulan Mei, sedangkan Wayah danum berlangsung antara bulan Juni hingga Oktober. Perbedaan musim ini akan mempengaruhi aktivitas pertanian yang dilakukan.</div>
<div style="text-indent: 0px;">
<span style="text-indent: 48px;"><br /></span></div>
<div style="text-indent: 0px;">
<span style="text-indent: 48px;">Aktivitas pertanian petani Bakumpai seperti pengolahan lahan, pemilihan varietas padi, persemaian, proses penanaman padi, pemeliharaan tanaman, pemanenan dan pasca panen dibagi ke dalam beberapa musim, yaitu : <i>wayah manugal, wayah malacak, wayah maimbul, dan wayah getem</i>.</span></div>
<div style="text-indent: 0px;">
<div style="text-indent: 48px;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-LUv8K09DVVQ/XUFDzHgO_dI/AAAAAAAAB7U/1HsQ96LCQeomtWyICpZX2Z-TI2IuNm7pQCLcBGAs/s1600/sistem%2Bpertanian%2Bdayak%2Bbakumpai.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="691" data-original-width="820" height="269" src="https://1.bp.blogspot.com/-LUv8K09DVVQ/XUFDzHgO_dI/AAAAAAAAB7U/1HsQ96LCQeomtWyICpZX2Z-TI2IuNm7pQCLcBGAs/s320/sistem%2Bpertanian%2Bdayak%2Bbakumpai.png" width="320" /></a></div>
<div style="text-indent: 48px;">
Gambar 4. Siklus pertanian di lahan pasang surut orang Dayak Bakumpai<br />
<br />
Pola kearifan lokal yang dimiliki petani Bakumpai, ternyata tidak hanya terletak pada kemampuan mereka dalam mengolah lahan, tetapi jika dicermati terdapat suatu siklus kehidupan antara pertanian dan aktivitas kerja lainnya. Misalnya, dalam mengolah lahan yang dilakukan turun-temurun, kearifan lokal didapatkan dari cara memanfaatkan rumput yang ditebas untuk dijadikan pupuk alami. Alat yang digunakan petani Bakumpai untuk memotong rumput, tidak sampai membalikkan permukaan tanah yang mempengaruhi kadar keasaman (Wahyu dan Nasrullah, 2011).</div>
<div style="text-indent: 48px;">
<br /></div>
<div style="text-indent: 48px;">
Pembuatan surjan dan tukungan di lahan pasang surut. Lahan pasang surut dapat ditata sebagai sawah, tegalan dan surjan. Disesuaikan dengan tipe luapan air dan tipologi lahan serta tujuan pemanfaatannya. Penataan lahan sistem surjan dalam usahatani di lahan rawa memegang peranan penting karena memiliki beberapa keuntungan : (1) intensitas penggunaan lahan meningkat, (2) beragam produksi pertanian dapat dihasilkan, (3) resiko kegagalan panen dapat dikurangi dan (4) stabilitas produksi dan pendapatan meningkat.<br />
<br />
Keberhasilan usaha pertanian di lahan rawa sangat ditentukan oleh keberhasilan penerapan sistem tata air. H. Idak adalah perintis pemanfaatan lahan rawa pasang surut dengan nama sistem tata air mikro Haji Idak. Di atas areal tanah 6,4 Ha membuat kebun sawah percontohan beliau membuatnya. Sejak tahun 1982 dalam rangka meningkatkan produktivitas pertanian, masyarakat menerapkan sistem yang disebut Tamhi, kependekan dari Tata Air Mikro Haji Idak. Haji Idak adalah orang pertama yang mempopulerkan sistem tata air tersebut. Keuntungan dari sistem ini tanaman bisa dua kali setahun dipanen. Di samping itu, dengan sistem ini lahan tanam bisa sekaligus ditanami padi, buah-buahan, sayuran, dan palawija. Sistem ini sebagai percontohan bagi daerah pasang surut di berbagai daerah lain di Indonesia.<br />
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-ttfcii7KlvA/XUFE7phqnRI/AAAAAAAAB7g/bZTuaMCFUDA_wHXm8KHNbgAf6ohW0LkpwCLcBGAs/s1600/SURJAN.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="584" data-original-width="716" height="261" src="https://1.bp.blogspot.com/-ttfcii7KlvA/XUFE7phqnRI/AAAAAAAAB7g/bZTuaMCFUDA_wHXm8KHNbgAf6ohW0LkpwCLcBGAs/s320/SURJAN.png" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-kYP97S4Bi5w/XUFFETOKSkI/AAAAAAAAB7k/MeF6ad_E-Ck_xUNr7VEGPhi4GKFEwUu3ACLcBGAs/s1600/SURJAN2.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="162" data-original-width="282" src="https://1.bp.blogspot.com/-kYP97S4Bi5w/XUFFETOKSkI/AAAAAAAAB7k/MeF6ad_E-Ck_xUNr7VEGPhi4GKFEwUu3ACLcBGAs/s1600/SURJAN2.png" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 5. Sistem pertanian surjan dan tukungan di lahan pasang surut</div>
<div style="text-indent: 48px;">
<br /></div>
<div style="text-indent: 48px;">
</div>
<span style="text-indent: 36pt;"><b>Lahan rawa lebak</b></span><br />
<span style="text-indent: 36pt;"><b><br /></b></span>
<span style="text-indent: 36pt;">Lahan rawa lebak adalah lahan yang pada periode tertentu (minimal satu bulan) tergenang air dan rejim ainya dipengaruhi oleh hujan, baik yang turun setempat maupun di daerah sekitarnya. Berdasarkan tinggi dan lama genangannya air rawa lebak dibedakan atas :</span><br />
<br />
<ol>
<li><span style="text-indent: 36pt;">Lahan lebak dangkal adalah lahan lebak yang tinggi genangan kurang dari 50 cm selama kurang dari 3 bulan.</span></li>
<li><span style="text-indent: 36pt;">Lahan lebak tengahan adalah lahan lebak yang tinggi genangan airnya 50-100 cm selama 3-6 bulan.</span></li>
<li><span style="text-indent: 36pt;">Lahan lebak dalam adalah lahan lebak yang tinggi genangan airnya lebih dari 100 cm selama lebih dari 6 bulan (Achmadi dan Las, 2006).</span></li>
</ol>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-Ose3Mn5ffUM/XTlriDFkOdI/AAAAAAAAB6o/CbGVA7bXcHgPWzrTCAPBlkKHUj-nCxCBACLcBGAs/s1600/lebak.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="263" data-original-width="986" height="106" src="https://1.bp.blogspot.com/-Ose3Mn5ffUM/XTlriDFkOdI/AAAAAAAAB6o/CbGVA7bXcHgPWzrTCAPBlkKHUj-nCxCBACLcBGAs/s400/lebak.png" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Gambar 6. Ilustrasi lahan rawa lebak <span style="text-align: justify; text-indent: 48px;"> </span><span style="text-align: justify; text-indent: 48px;">(Achmadi dan Las, 2006)</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify; text-indent: 48px;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Gejala alam masih menjadi indikator utama dalam penentuan datangnya musim kemarau dan penghujan di lahan rawa lebak. Gejala alam di lahan rawa lebak yang menjadi tanda musim kering sebagai berikut :</div>
<ol>
<li>Apabila ikan-ikan mulai pergi meninggalkan kawasan lahan lebak (turun) menuju sungai tanda datangnya musim kering. Gejala ini biasanya pada bulan April – Mei, suhu air meningkat sehingga ikan turun mencari daerah berair dalam.</li>
<li>Bila ketinggian air makin menyusut tapi ada ikan saluang yang bertahan, maka menunjukkan lahan lebak tidak akan kekeringan. Biasanya masih ada air sehingga kedalaman air di lahan lebak kembali meningkat, akibat turunnya hujan di lahan tersebut atau kiriman air di dataran tinggi melalui beberapa anak sungai.</li>
<li>Bintang Karantika muncul di ufuk barat pada senja hari hingga sesudah waktu maghrib menandakan air di lahan lebak akan mulai kering. Kemunculan bintang ini di ufuk barat merupakan peringatan kepada petani untuk segera melakukan penyemaian benih tanaman padi (manaradak).</li>
<li>Bintang Baur Bilah yang muncul di sebelah barat pertanda bagi datangnya musim kering dan dijadikan patokan dalam memperkirakan lama tidaknya musim kering. Baur Bilah adalah tiga buah bintang yang bersusun sejajar.</li>
<li>Tingginya air pasang yang datang secara bertahap juga menjadi ciri yang menentukan lamanya musim kering. Apabila dalam tiga kali kedatangan air pasang (pasang-surut, pasang-surut dan pasang kembali), ketinggian air pasang pada tahapan pasang surut yang ketiga lebih tinggi dari dua pasang sebelumnya biasanya terjadi musim kering yang panjang. </li>
<li>Ada juga yang melihat posisi antara matahari dan bintang karantika. Apabila matahari terbit agak ke sebelah timur laut dibandingkan posisi karantika berarti akan terjadi kemarau panjang (landang).</li>
<li>Burung putih seperti kuntul dan sejenis bangau mulai meletakkan telurnya di semak padang parupuk merupakan tanda air akan menyurut (rintak). Burung putih mengharapkan setelah telurnya menetas air akan surut sehingga anaknya mudah mencari mangsa (ikan).</li>
<li>Ada pula petani yang meramalkan kemarau dengan melihat gerak asap (mamanduk). Apabila asap terlihat tegak (cagat) agak lama berarti kemarau akan panjang dan sebaliknya (Noorginayuwati & Rafieq 2007; Prayoga 2016).</li>
</ol>
<div>
Menurut Noorginayuwati dan Rafieq 2007, ciri alam sebagai pertanda akan datangnya air di lahan lebak yang diinformasikan oleh petani meliputi :</div>
<div>
<ol>
<li>Fenomena Kapat, yaitu saat suhu udara mencapai derajat tertinggi. Mengetahui waktu terjadinya kapat dapat menunjukkan bahwa air yang diletakkan dalam suatu tempat akan memuai. Kapat mengikuti kalender syamsiah (masehi) dan terjadi pada awal bulan Oktober. Empat puluh hari setelah terjadinya kapat air di lahan lebak akan dalam kembali (layap). Kapat berarti bertemu dengan hujan dan tidak lagi berharap panas.</li>
<li>Setelah terjadinya fenomena Kapat, akan muncul fenomena lain berterbangannya benda yang disebut benang-benang. Munculnya benda putih menyerupai benang-benang yang sangat lembut yang berterbangan di udara dan menyangkut di pepohonan tiang-tiang tinggi sebagai tanda datangnya musim barat, yaitu tanda akan dalamnya kembali air di lahan lebak (layap). Fenomena alam ini biasanya terjadi Oktober sampai November.</li>
<li>Apabila kumpai payung (papayungan) tumbuh di tanah agak tinggi mulai menguning dan rebah maka pertanda air akan dalam (basurung). Ada pula tumbuh-tumbuhan pacar halang berbuah kecil seperti butir jagung. Bila buahnya memerah (masak) dan mulai berjatuhan maka air mulai menggenangi lahan rawa. Kakuding, apabila tumbuhan ini berbunga dan bunganya mulai jatuh berarti air akan dalam. Bila eceng gondok (ilung) mulai berbunga maka air akan datang.</li>
<li>Untuk menentukan lama tidaknya musim basah, petani menjadikan keladi lumbu (gatal) sebagai indikator. Bila tanaman ini mulai berbunga berarti saat pertengahan musim air dalam. Bila rumput pipisangan daunnya bercahaya agak kuning maka pertanda air akan lambat turun (batarik).</li>
<li>Bila ikan-ikan yang masih ditemukan di lahan lebak mulai bertelur maka tanda air akan datang (layap). Biasanya terlebih dahulu ditandai dengan hujan deras, lalu ikan betok berloncatan (naik) melepaskan telurnya, setelah itu akan panas sekitar 40 hari lalu air akan datang dan telur ikan akan menetas.</li>
</ol>
</div>
<div>
Lahan rawa lebak di Kalimantan Selatan tersebar di beberapa kecamatan dalam wilayah Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Utara. Sebagian besar usaha padi dikembangkan dengan hanya bertanam sekali saat musim kering (banih rintak) dan sebagian kecil dapat bertanam dua kali setahun (banih surung dan banih rintak). Di lahan rawa rebak petani umumnya mengusahakan tanaman padi, jagung, kacang tanah, kacang negara, umbi-umbian, kacang panjang, labu dan semangka. Sebagian juga sebagai pencari ikan, memelihara ikan dalam keramba serta memelihara ayam, itik dan kerbau rawa (Noorginayuwati dan Rafieq, 2007).</div>
<div>
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-2wlcbzmrHbs/XUFBTVQWu2I/AAAAAAAAB7I/NdakRknxDPACO-MASKE1-ztGfGo4kgMQgCLcBGAs/s1600/lebak%2Bkalsel.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="563" height="227" src="https://1.bp.blogspot.com/-2wlcbzmrHbs/XUFBTVQWu2I/AAAAAAAAB7I/NdakRknxDPACO-MASKE1-ztGfGo4kgMQgCLcBGAs/s320/lebak%2Bkalsel.png" width="320" /></a></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Gambar 7. Keadaan lahan rawa lebak saat musim hujan dan musim kemarau di Kalimantan Selatan</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Informasi hujan di lahan rawa</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Informasi hujan di daerah lahan rawa pasang surut dan lahan rawa lebak sangatlah berguna. Kearifan lokal pertanian terkait erat dengan produk BMKG dapat saling melengkapi dan menunjang. Peran penting informasi BMKG dapat digunakan sebagai dasar kegiatan usaha tani : jenis usaha tani, waktu tanam, pemeliharaan tanaman dan persiapan pencegahan dan pengendalian OPT. Informasi iklim BMKG dapat terbagi menjadi 3 bagian yaitu informasi dasarian (10 harian), informasi bulanan dan informasi musiman.</div>
<div>
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-cpxt3Nq46zM/XUFJfwihXrI/AAAAAAAAB70/ZNeyJoaiFcsc9f6ttgehJIQDs181nIligCLcBGAs/s1600/ch1.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="579" data-original-width="748" height="247" src="https://1.bp.blogspot.com/-cpxt3Nq46zM/XUFJfwihXrI/AAAAAAAAB70/ZNeyJoaiFcsc9f6ttgehJIQDs181nIligCLcBGAs/s320/ch1.jpg" width="320" /></a> </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-1PWsBqeoqRI/XUFJpePnrSI/AAAAAAAAB78/nonUsedvrzgAk44QF36p4qvuPcRwZ8V_ACLcBGAs/s1600/ch3.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="562" data-original-width="794" height="226" src="https://1.bp.blogspot.com/-1PWsBqeoqRI/XUFJpePnrSI/AAAAAAAAB78/nonUsedvrzgAk44QF36p4qvuPcRwZ8V_ACLcBGAs/s320/ch3.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-LUNAKSoInxw/XUFJjx5xpbI/AAAAAAAAB74/xARFQt_1NUA3VsF_chqfvMCk7MQxASivACLcBGAs/s1600/ch2.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="579" data-original-width="748" height="247" src="https://1.bp.blogspot.com/-LUNAKSoInxw/XUFJjx5xpbI/AAAAAAAAB74/xARFQt_1NUA3VsF_chqfvMCk7MQxASivACLcBGAs/s320/ch2.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 8. Produk hujan BMKG</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Bagi petani lahan rawa mengetahui informasi dasarian berupa monitoring hari tanpa hujan berturut-turut sangat penting agar tahu apakah daerahnya telah mengalami kekeringan atau kebasahan. Analisis curah hujan dasarian juga diperlukan untuk mengetahui besarnya curah hujan dasarian dan acuan menentukan awal musim. Lahan rawa pasang-surut perlu mengetahui saat pasang naik dan curah hujan yang tinggi untuk mewaspadai kemungkinan banjir. Lahan rawa lebak di dataran lebih rendah, bukan hanya daerah yang bersangkutan diperlukan tetapi juga pos hujan terletak lebih tinggi di sekitar lokasi. Hal ini karena di musim hujan, banjir dapat terjadi karena kiriman air dari kawasan hulu. Prakiraan peluang probabilitas curah hujan bulanan untuk memprakirakan intensitas hujan manakah yang lebih berpeluang terjadi di daerah tersebut.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: normal; margin-left: 21.3pt; text-indent: -0.25in;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-y6NKgDl7Hsk/XUE7TAK5FyI/AAAAAAAAB60/N75dQSy96uwIMalMOaRvno0I9Id51ri5QCLcBGAs/s1600/pasang%2Bsurut.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="497" data-original-width="515" height="308" src="https://1.bp.blogspot.com/-y6NKgDl7Hsk/XUE7TAK5FyI/AAAAAAAAB60/N75dQSy96uwIMalMOaRvno0I9Id51ri5QCLcBGAs/s320/pasang%2Bsurut.JPG" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-QHuQRG38lWY/XUE7xFe9DWI/AAAAAAAAB68/TVM2iVITx20AZzSRYMIYj_7YsQtHKM07ACLcBGAs/s1600/lebak.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="593" data-original-width="454" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-QHuQRG38lWY/XUE7xFe9DWI/AAAAAAAAB68/TVM2iVITx20AZzSRYMIYj_7YsQtHKM07ACLcBGAs/s320/lebak.JPG" width="244" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Gambar 9. Hujan di daerah lahan rawa pasang surut dan lebak yang berhubungan dengan kejadian banjir</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Prakiraan musim kemarau dan musim hujan dapat digunakan oleh petani dengan beriringan kearifan lokal setempat. Melalui kearifan lokal petani melihat gejala alam yang menunjukkan masuknya awal musim dan menentukan waktunya secara detil melalui data curah hujan yang dimilikinya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Menentukan awal musim dapat beriringan dengan kearifan lokal setempat. Contoh : menentukan awal musim kemarau (AMK) di daerah lahan rawa lebak (Sungai Pandan, Kab. HSU) dan lahan rawa pasang surut (Anjir Pasar, Kab. Batola). Petani dapat menentukan awal musim kemarau (AMK) Anjir Pasar tahun 2017 akhir Juni (Juni III) dan akhir Mei (Mei III) tahun 2018. Di Sungai Pandan AMK sama awal Juli (Juli I) tahun 2017 dan 2018. Jadi, awal musim kemarau di tahun yang berbeda dapat sama dan juga berbeda.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-Pxk8W9OIGDg/XUKT88VMoUI/AAAAAAAAB8w/HuhJR0UdMbQFf1Hdq9HUGPQRGJAgiHFfQCLcBGAs/s1600/anjir%2Bpasar.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="127" data-original-width="648" height="77" src="https://1.bp.blogspot.com/-Pxk8W9OIGDg/XUKT88VMoUI/AAAAAAAAB8w/HuhJR0UdMbQFf1Hdq9HUGPQRGJAgiHFfQCLcBGAs/s400/anjir%2Bpasar.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-sl5aGeaFN_s/XUKTZkV2PCI/AAAAAAAAB8o/FfFnwu01s_sXVsPuOcaEuN_CgXWUR51aQCLcBGAs/s1600/hsu.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="125" data-original-width="646" height="76" src="https://1.bp.blogspot.com/-sl5aGeaFN_s/XUKTZkV2PCI/AAAAAAAAB8o/FfFnwu01s_sXVsPuOcaEuN_CgXWUR51aQCLcBGAs/s400/hsu.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div>
Gambar 10. Contoh penentuan awal musim kemarau</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b>Informasi hujan untuk menentukan jadwal tanam</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-zVDY4unQJ_o/XUFJ-uFsTsI/AAAAAAAAB8M/Qh6OHRLKLjIr2DXF70_o4Rm5dIjITW7-wCLcBGAs/s1600/monson.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="194" data-original-width="259" height="149" src="https://1.bp.blogspot.com/-zVDY4unQJ_o/XUFJ-uFsTsI/AAAAAAAAB8M/Qh6OHRLKLjIr2DXF70_o4Rm5dIjITW7-wCLcBGAs/s200/monson.png" width="200" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-TzBbUWtotYQ/XUFKBVnEZqI/AAAAAAAAB8Q/3f8Y1KzWfDo4SvxPpR1C8x2608wW1gZEQCLcBGAs/s1600/equatorial.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="196" data-original-width="258" height="151" src="https://1.bp.blogspot.com/-TzBbUWtotYQ/XUFKBVnEZqI/AAAAAAAAB8Q/3f8Y1KzWfDo4SvxPpR1C8x2608wW1gZEQCLcBGAs/s200/equatorial.png" width="200" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-K0nWJTSzfsw/XUFKNb1yUZI/AAAAAAAAB8U/xfBES2lmTFEYK4bq7DLEMUzGOXvRu-03wCLcBGAs/s1600/local.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="192" data-original-width="262" height="146" src="https://1.bp.blogspot.com/-K0nWJTSzfsw/XUFKNb1yUZI/AAAAAAAAB8U/xfBES2lmTFEYK4bq7DLEMUzGOXvRu-03wCLcBGAs/s200/local.png" width="200" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 11. Pola curah hujan</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Analisis jadwal tanam di daerah lahan rawa pasang surut mempertimbangkan pola curah hujan, mempertimbangkan <b>Awal Musim Hujan (AMH)</b> yang merupakan awal tanam, mempertimbangkan periode basah (di atas 100 mm/ bulan) dan menghindari periode kering ( di bawah100 mm/bulan). Prediksi lebih dari 100 mm/ bulan potensial penanaman padi, 75 s.d. 100 mm/bulan bera padi tapi dapat menanam palawija dan di bawah 75 mm/bulan hanya bera. Memperhitungkan juga sifat hujan (Atas Normal, Normal, Bawah Normal). Mempertimbangkan juga pasang surut air.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Analisis jadwal tanam di daerah Lahan rawa lebak mempertimbangkan pola curah hujan, mempertimbangkan <b>Awal Musim Kemarau (AMK)</b> yang merupakan awal tanam, menghindari periode basah ( di atas 150 mm/ bulan), memanfaatkan awal periode kering (di bawah 150 mm/bulan) dan menghindari akhir periode kering setelah 1 musim tanam. Prediksi hujan kurang dari 150 mm/ bulan (periode kering) : periode 4-6 bulan potensial menanam padi, periode 3 bulan tak cukup untuk padi atau hanya bisa padi dalam dan periode di atas 6 bulan terlalu kering ditanamai, hanya bera. Memperhitungkan juga sifat hujan (Atas Normal, Normal, Bawah Normal). Mempertimbangkan juga datang dan perginya air genangan (Pramudya, 2018).</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify; text-indent: 48px;"><b>Daftar Pustaka</b></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify; text-indent: 48px;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify; text-indent: 48px;">Achmadi dan Las, I. 2006. Inovasi Teknologi Pengembangan Pertanian Lahan Rawa Lebak. dalam Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi dan Pengembangan Terpadu Lahan Rawa Lebak, Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra). Banjarbaru : 21-36.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify; text-indent: 48px;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify; text-indent: 48px;">Noor, M dan Rahman, A. 2015. Biodiversitas dan Kearifan Lokal dalam Budidaya Tanaman Pangan Mendukung Kedaulatan Pangan: Kasus di Lahan Rawa Pasang Surut. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia : 1861-1867.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify; text-indent: 48px;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify; text-indent: 48px;">Noorginayuwati dan Rafieq, A. 2007. Kearifan Lokal dalam Pemanfaatan Lahan Lebak untuk Pertanian di Kalimantan Selatan. Dalam Kearifan Budaya Lokal Lahan Rawa. Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian. Banjarbaru/Bogor.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify; text-indent: 48px;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify; text-indent: 48px;">Pramudya, A. 2018. Analisis Jadwal Tanaman Semusim untuk Mendukung Kalender dan Peningkatan Indeks Pertanaman 2018. Bimbingan Teknis Identifikasi Sumberdaya Air dan Pengelolaan Pola Tanam 20-22 Maret 2018. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Bogor.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify; text-indent: 48px;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify; text-indent: 48px;">Prayoga, K. 2016. Pengelolaan Lahan Gambut Berbasis Kearifan Lokal di Pulau Kalimantan. Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 (3): 1016-1022.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify; text-indent: 48px;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify; text-indent: 48px;">Surmaini, E dan Syahbuddin. 2016. Kriteria Awal Tanam : Tinjauan Prediksi Waktu Tanam Padi di Indonesia. J. Litbang Pertanian 35 (2): 47-56.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify; text-indent: 48px;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify; text-indent: 48px;">Wahid, N dan Syahbuddin, H. 2013. Peta Kalender Tanam Padi Lahan Rawa Lebak di Kalimantan Selatan di Tengah Perubahan Iklim Global. Jurnal Ilmiah Geomatika 19(1):32-39.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify; text-indent: 48px;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify; text-indent: 48px;">Wahyu dan Nasrullah. 2011. Kearifan Lokal Petani Dayak Bakumpai dalam Pengelolaan Padi di Lahan Rawa Pasang Surut Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Komunitas. Vol.5 No.2 September.</span></div>
<div style="text-indent: 48px;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify; text-indent: 48px;"></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify; text-indent: 48px;">
<br /></div>
<div style="text-indent: 48px;">
<br /></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
<br />
<br /></div>
</div>
</div>
ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-14932606981068356552019-07-02T15:58:00.003+08:002023-02-19T14:41:13.439+08:00PEMAHAMAN TENTANG MJO (MADDEN JULIAN OSCILLATION)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-FYgdmEi8thI/XQnptQxy4bI/AAAAAAAAB5U/PwYS6ebPGcQ7oz_Z6o1GM_3yH_dAt3XagCLcBGAs/s1600/topografi%2Bindonesia.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="428" data-original-width="602" height="283" src="https://1.bp.blogspot.com/-FYgdmEi8thI/XQnptQxy4bI/AAAAAAAAB5U/PwYS6ebPGcQ7oz_Z6o1GM_3yH_dAt3XagCLcBGAs/s400/topografi%2Bindonesia.JPG" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;">Gambar 1. Topografi di Indonesia. Diadaptasi dari : Hidayat dan Kizu (2009)</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;">
Di awal Juni 2019 yang lalu Kalimantan Selatan dan beberapa daerah lain di Indonesia dilanda kejadian bencana hidrometeorologi. Hujan yang turun beberapa jam pada Sabtu (8/6) lalu langsung
menyebabkan Kotabaru dan Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, diterjang
banjir.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut bencana
banjir yang akhir-akhir ini terjadi di beberapa wilayah Indonesia akibat
aktivitas <i>Madden Julian Oscillation</i> (MJO). Apakah MJO tersebut? Informasinya dapat anda baca pada artikel berikut ini.<br />
<br />
Indonesia adalah wilayah yang rentan terhadap variabilitas iklim. Kejadian iklim ekstrim di tempat kita dapat mengakibatkan dampak yang merugikan di berbagai bidang. Kejadian iklim yang ekstrim di daerah kita terkait erat dengan variabilitas curah hujan. Hujan yang ekstrim dapat menyebabkan kejadian banjir dan sebaliknya rendahnya hujan dapat menyebabkan kekeringan. Dengan memahami variabilitas hujan dan faktor yang mempengaruhinya dapat berguna meningkatkan prakiraan iklim dan mengurangi resiko dari bencana alam (Hidayat, 2015).<span><a name='more'></a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Indonesia mempunyai wilayah daratan dan lautan yang luas. Lebih dari sepuluh ribu pulau dikelilingi oleh lautan. Pulau-pulau ini wilayahnya bergunung-gunung dan terletak di daerah equatorial yang aktifitas konvektifnya paling tinggi. Konveksi yang menggerakkan sirkulasi atmosfer melalui penyerapan dan pelepasan sejumlah bahang laten (<i>latent heat</i>) (Hidayat dan Kizu, 2009).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Indonesia sebagai daerah yang intensif proses konveksi dan curah hujan karena negara kepulauan, mempunyai kawasan lautan yang luas. Lautan merupakan tempat penyimpanan panas yang berguna dalam pembentukan awan-awan konvektif. Keragaman aktifitas konveksi yang kuat di daerah tropis tak hanya dalam skala waktu harian, tapi juga skala waktu intra-musiman. Gangguan skala besar di daerah tropis dalam aktifitas konvektif yang mempengaruhi keragaman curah hujan pada skala intra-musiman ini disebut sebagai MJO (<i>Madden Julian Oscillation</i>). MJO
mempengaruhi cuaca tropis secara signifikan,
khususnya di Samudera Hindia, Benua Maritim
Indonesia (BMI) dan Samudera Pasifik bagian
barat (Arbain et al., 2017).</div><div style="text-align: justify;">
<br />
MJO pertama kali ditemukan tahun 1971 oleh Dr Roland Madden dan Dr Paul Julian dari NCAR (<i>National Center for Atmospheric Research</i>) AS, ketika mereka mempelajari pola angin dan tekanan tropis. Mereka mengamati adanya osilasi yang teratur angin di antara Singapura dan Pulau Kanton di Barat Tengah Pasifik Ekuator.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Madden Julian Oscillation</i> (MJO) adalah osilasi intraseasonal di wilayah tropis dengan karakteristik utama adanya wilayah peningkatan dan penurunan curah hujan yang bergerak berpasangan (<i>dipol</i>) mengelilingi bumi dari Barat ke Timur, dari Barat ke Timur (Arbain et al., 2017). MJO fenomena yang unik diidentifikasikan sebagai gelombang yang menjalar dari Barat (Samudera Hindia) hingga ke Timur (Samudera Pasifik) pada periode 30-60 hari (Yulihastin et al., 2017). MJO gangguan cuaca seperti pada awan, hujan, angin dan tekanan yang memiliki pergerakan ke arah timur, serta melintasi daerah tropis dan kembali lagi pada titik awalnya. MJO dalam fase aktif memiliki korelasi terjadinya intensitas curah hujan yang tinggi terhadap wilayah yang dilaluinya. MJO juga memberikan efek signifikan terhadap monsun, seperti mempengaruhi waktu onset monsun, juga mengganggu fase aktif dan fase jeda (<i>break</i>) monsun. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Berbeda dengan ENSO yang stasioner, MJO bergerak ke timur, melintasi daerah tropis dan kembali ke titik awalnya dalam waktu 30 hingga 60 hari. MJO lebih mudah digambarkan dalam variabilitas iklim tropis intraseasonal (variabilitas yang mingguan).<br />
<div>
<br /></div>
MJO terdiri dari 2 fase yaitu fase peningkatan curah hujan (konvektif) dan fase curah hujan menurun. Identifikasi MJO dapat dilakukan menggunakan data indeks RMM1 (<i>Real-time Multivariate</i>) dan RMM2. RMM1 dan RMM2 Lokasi fase konvektif berdasarkan geografis dapat dilihat dalam 8 fase. MJO mempunyai delapan fase tersebut dalam menyelesaikan satu kali periode osilasi dengan berawal dari Samudera Hindia bagian Barat atau sebelah Timur Afrika. Fase tersebut sebagai berikut :<br />
<ol>
<li>Fase 1 di benua Afrika (21°BB- 60°BT)</li>
<li>Fase 2 di Samudera Hindia bagian barat (60° BT - 80° BT).</li>
<li>Fase 3 di Samudera Hindia bagian Timur (80° BT - 100 °BT).</li>
<li>Fase 4 di Indonesia bagian Barat (100° BT - 120° BT).</li>
<li>Fase 5 di Indonesia bagian Timur (120° BT -140° BT).</li>
<li>Fase 6 di kawasan Pasifik Barat (140° BT - 160° BT).</li>
<li>Fase 7 di Kawasan Pasifik Timur (160°BT - 180° BT).</li>
<li>Fase 8 daerah konveksi di belahan Pasifik Timur ((180° - 160° BB).</li>
</ol>
<div>
Kalau digambarkan dalam peta sebagai berikut :</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-xKu-zhsU0iw/XQrJuLd7PwI/AAAAAAAAB5s/mUMglkNQpfsIaorZxZgc6EHQnf64OvgeACLcBGAs/s1600/fase%2BMJO.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="239" data-original-width="536" height="177" src="https://1.bp.blogspot.com/-xKu-zhsU0iw/XQrJuLd7PwI/AAAAAAAAB5s/mUMglkNQpfsIaorZxZgc6EHQnf64OvgeACLcBGAs/s400/fase%2BMJO.JPG" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 2. Posisi beberapa fase MJO</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kalau digambarkan dalam indeks RMM1 dan RMM2 sebagai berikut :</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-4QFatF0PkXs/XQnIvaY0kfI/AAAAAAAAB40/mRwVdc9pPRk8MAUHnQWM7ZwNNxbG9URRwCLcBGAs/s1600/mjo.gif" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="850" data-original-width="800" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-4QFatF0PkXs/XQnIvaY0kfI/AAAAAAAAB40/mRwVdc9pPRk8MAUHnQWM7ZwNNxbG9URRwCLcBGAs/s320/mjo.gif" width="301" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 3. Contoh gambar posisi MJO dengan data indeks RMM1 dan RMM2</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Sumber : <a href="http://www.bom.gov.au/climate/mjo/" style="text-align: justify;">http://www.bom.gov.au/climate/mjo/</a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div>
</div>
<div>
Cara mendeteksi MJO juga dapat dilakukan dengan diagram <i>hovmoller.</i> Diagram tersebut menggambarkan semua nilai rata-rata pada satu kolom garis bujur/ lintang dengan menempatkan nilai-nilai tersebut dalam satu sumbu sedangkan sumbu yang lain menggambarkan dimensi waktu. Propagasi MJO dapat dideteksi pergerakannya menggunakan diagram ini melalui sumbu vertikal menjelaskan waktu sedangkan sumbu horizontal menjelaskan garis bujur. MJO juga dapat dideteksi melalui beberapa variabel atmosfer seperti OLR (<i>Outgoing Longwave Radiation</i>) dan angin di mana variabel tersebut mempunyai osilasi yang kuat saat fase aktif.</div>
<div>
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-7g56Ss2mWWo/XRMgnLfuXKI/AAAAAAAAB6E/xzxOJeExQEYFUZ-K2ibem4Jp8H03x3VlACLcBGAs/s1600/olr_hovs_183_-15_15.ps.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="596" data-original-width="534" height="400" src="https://1.bp.blogspot.com/-7g56Ss2mWWo/XRMgnLfuXKI/AAAAAAAAB6E/xzxOJeExQEYFUZ-K2ibem4Jp8H03x3VlACLcBGAs/s400/olr_hovs_183_-15_15.ps.png" width="357" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div>
Gambar 4. Contoh diagram Hovmoller anomali OLR</div>
<div>
Sumber : <a href="http://www.bom.gov.au/climate/mjo/#tabs=Time-longitude">http://www.bom.gov.au/climate/mjo/#tabs=Time-longitude</a></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<span style="background-color: white;">Anomali OLR negatif (warna ungu) menunjukkan banyaknya kumpulan awan berada di lokasi garis bujur yang bersangkutan dibandingkan klimatologisnya, sebaliknya anomali OLR positif (warna oranye) menunjukkan sedikitnya kumpulan awan. Kalimantan Selatan terletak pada kisaran 114 19' 33" BT sampai 116 33' 28" BT. Kumpulan awan tersebut menunjukkan lebih banyaknya hujan yang terjadi daripada klimatologisnya. Pergerakan MJO yang kuat ke arah timur digambarkan dengan warna ungu. </span><br />
<span style="background-color: white;"><br /></span>
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: white;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-fu7ZswKLzdg/XRsIiIm8o-I/AAAAAAAAB6Q/mNb_iaGt4SoZcoOsgQ3cORxa2ZNx8bIpQCLcBGAs/s1600/mjo.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="471" data-original-width="924" height="202" src="https://1.bp.blogspot.com/-fu7ZswKLzdg/XRsIiIm8o-I/AAAAAAAAB6Q/mNb_iaGt4SoZcoOsgQ3cORxa2ZNx8bIpQCLcBGAs/s400/mjo.PNG" width="400" /></a></span></div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-cxtT-fDhxC0/XQrM6XTB4JI/AAAAAAAAB54/CSNGg_SIdpUQ_TSvnxNXGHrFAfxlR5phgCLcBGAs/s1600/MJO_610_0.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="413" data-original-width="610" height="270" src="https://1.bp.blogspot.com/-cxtT-fDhxC0/XQrM6XTB4JI/AAAAAAAAB54/CSNGg_SIdpUQ_TSvnxNXGHrFAfxlR5phgCLcBGAs/s400/MJO_610_0.png" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Gambar 5. Struktur dan pergerakan MJO</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Sumber : <a href="https://www.metoffice.gov.uk/weather/learn-about/weather/atmosphere/madden-julian-oscillation">https://www.metoffice.gov.uk/</a> dan <a href="https://www.metoffice.gov.uk/weather/learn-about/weather/atmosphere/madden-julian-oscillation">https://www.metoffice.gov.uk/</a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Struktur permukaan dan atmosfer bagian atas MJO ketika fase konvektif yang meningkat (basah) berpusat di Samudera Hindia dan fase konvektif yang menurun (kering) di Samudera Pasifik. Panah horizontal menunjuk ke kiri mewakili angin dari timuran dan panah yang menunjuk ke kanan mewakili angin yang baratan. Sistem bergerak berpasangan ke timur dan akhirnya mengelilingi kembali ke titik asalnya. Pada fase konvektif yang meningkat angin di permukaan bertemu, udara didororng ke atas. Di atas atmosfer angin berbalik, gerakan udara yang meningkat di atmosfer tersebut cenderung meningkatkan kondensasi dan curah hujan. Saat angin menurun menghangat dan mengering cenderung menurunkan curah hujan.<br />
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-2lwEYtNvxM4/XQnmhJbmivI/AAAAAAAAB5I/jym4GcZlkBwpPOXIwr8Od5kN3ohLAOogACLcBGAs/s1600/mjo%2Bfase.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="651" data-original-width="598" height="400" src="https://1.bp.blogspot.com/-2lwEYtNvxM4/XQnmhJbmivI/AAAAAAAAB5I/jym4GcZlkBwpPOXIwr8Od5kN3ohLAOogACLcBGAs/s400/mjo%2Bfase.JPG" width="366" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 6. Sirkulasi MJO pada angin zonal 850 mb </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Sumber : Hidayat (2015)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="text-align: left;">Sirkulasi dan konveksi terkait dengan MJO. </span>Sirkulasi dan konveksi pada angin zonal 850 mb dapat digambarkan (Gambar 6) sebagai berikut :</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li style="text-align: justify;">Fase 8 ke 1 : Indonesia umumnya tertutupi oleh daerah konvektif dan penurunan massa udara (<i>suppressed area</i>)</li>
<li style="text-align: justify;">Fase 2 ke 3 : kenaikan konveksi di bagian Barat Samudra Hindia, bergerak ke Timur dengan kekuatan yang timuran</li>
<li style="text-align: justify;">Fase 4 ke 5 : konveksi maksimum melalui di atas Indonesia</li>
<li style="text-align: justify;">Fase 6 ke 7 : konveksi menurun (<i>suppressed convection</i>), pusat bergerak konveksi ke Timur.</li>
</ul>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dari Gambar 7, dapat dilihat pada saat terjadi hujan di pertengahan Juni 2019 di fase 4 dan 5.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img src="https://1.bp.blogspot.com/-4QFatF0PkXs/XQnIvaY0kfI/AAAAAAAAB40/mRwVdc9pPRk8MAUHnQWM7ZwNNxbG9URRwCLcBGAs/s320/mjo.gif" /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-bxjzd3_ewxw/XQnuXqQqkmI/AAAAAAAAB5g/cohP64hCbi8FU6rcMOg1XfQC62N-st0cgCLcBGAs/s1600/H08_EH_Kalsel.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1440" data-original-width="1440" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-bxjzd3_ewxw/XQnuXqQqkmI/AAAAAAAAB5g/cohP64hCbi8FU6rcMOg1XfQC62N-st0cgCLcBGAs/s320/H08_EH_Kalsel.png" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 7. Posisi MJO dan satelit di Kalimantan Selatan</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
Sumber bacaan :<br />
<br />
<a href="https://www.climate.gov/news-features/blogs/enso/what-mjo-and-why-do-we-care">https://www.climate.gov/news-features/blogs/enso/what-mjo-and-why-do-we-care</a> diakses 20 Juni 2019<br />
<a href="https://www.data.jma.go.jp/mscweb/en/aomsuc6_data/oral/s08-03.pdf">https://www.data.jma.go.jp/mscweb/en/aomsuc6_data/oral/s08-03.pdf</a> diakses 19 Juni 2019<br />
<br />
<a href="https://www.metoffice.gov.uk/weather/learn-about/weather/atmosphere/madden-julian-oscillation">https://www.metoffice.gov.uk/weather/learn-about/weather/atmosphere/madden-julian-oscillation</a> diakses 20 Juni 2019.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Arbain AA, Renggono F. 2017. Pengaruh Madden-Julian Oscillation terhadap disribusi dan propagasi hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya selama periode 2016 berdasarkan pengamatan radar cuaca. J. Sains & Tekno. Mod. Cuaca. 18(2): 49-55.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hidayat R, Kizu S. 2009. Influence of the Madden-Julian Oscillation on Indonesian rainfall variability in austral summer. Int. J. Climatol. 2010;30 : 1816-1825.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hidayat R. 2015. Occurence of extreme rainfall events associated with the Madden-Julian Oscillation. The 6th Asia/Oceania Meteorological Satellite Users’ Conference
Tokyo, Japan, 9-13 November 2015 </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Yulihastin E, Satyawardhana G, Nugroho GA . 2017.MJO modulation on diurnal rainfall over West Java during pre-monsoon and strong El Niño periods. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 54 (1), 012029.</div><div class="group-left node-content-body" style="background-color: white; border: 0px; float: left; font-stretch: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 20px 25px 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 620px;"><div class="field field-name-body field-type-text-with-summary field-label-hidden" style="border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><div class="field-items" style="border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><div class="field-item even" property="content:encoded" style="border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div data-swiftype-name="body" data-swiftype-type="text">
<div class="article-body" style="max-width: 680px;">
<h2 style="color: #2a2a2a; font-family: fsemeric, sans-serif; font-size: 2rem; font-style: inherit; font-variant-caps: inherit; font-variant-ligatures: inherit; font-weight: 300; letter-spacing: 0.12px; line-height: 1.25; margin-bottom: 1rem; margin-top: 1rem;">
</h2>
<ul style="color: rgba(42, 42, 42, 0.72); font-family: fsemeric, sans-serif; font-size: 16px; font-style: inherit; font-variant-caps: inherit; font-variant-ligatures: inherit; font-weight: inherit; letter-spacing: 0.12px; margin-bottom: 1.5em; margin-top: 1em;">
</ul>
<h2 style="color: #2a2a2a; font-family: fsemeric, sans-serif; font-size: 2rem; font-style: inherit; font-variant-caps: inherit; font-variant-ligatures: inherit; font-weight: 300; letter-spacing: 0.12px; line-height: 1.25; margin-bottom: 1rem; margin-top: 1rem;">
</h2>
<ul style="color: rgba(42, 42, 42, 0.72); font-family: fsemeric, sans-serif; font-size: 16px; font-style: inherit; font-variant-caps: inherit; font-variant-ligatures: inherit; font-weight: inherit; letter-spacing: 0.12px; margin-bottom: 0px; margin-top: 1em;">
</ul>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-75324616864580039902019-06-11T02:16:00.003+08:002023-02-20T07:38:51.568+08:00BEBERAPA BUKU BAHASA INGGRIS UNTUK LEBIH MEMAHAMI MIKROKLIMATOLOGI <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Mikroklimatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang iklim mikro atau iklim pada skala yang sempit. Ilmu yang membahas atmosfer sebatas ruangan atmosfer sebatas ruang antara perakaran hingga sekitar puncak tajuk tanaman. Kajiannya berhubungan erat dengan lapisan atmosfer di permukaan bumi sampai dengan ketinggian 1000 m. Di antara lapisan troposfer dan permukaan bumi inilah lapisan perbatas yang disebut sebagai <i>Atmospheric Boundary Layer</i>. Di dalam lapisan batas (<i>Boundary Layer</i>) inilah dipengaruhi pertukaran secara vertikal momentum, panas, kelembaban (air), polutan dan unsur penting lainnya. <i>Boundary Layer Meteorology</i> telah dipelajari bertahun-tahun karena di dalamnya tempat berbagai kegiatan kehidupan manusia. Banyaknya efek terhadap cuaca dan iklim ataupun pergerakan polutan di lapisan ini. Berikut beberapa buku yang menjelaskan tentang ini :</div>
<br />
<b>1. Introduction to Micrometeorology (Second Edition)</b><br />
<br />
<span class="fullpost" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="445" data-original-width="300" height="200" src="https://2.bp.blogspot.com/-AaimKyRcOYE/XEp5nmxgmrI/AAAAAAAABvc/Gf57CEWKwA85jrkZOri3DtdcOBP0uTHwwCLcBGAs/s200/micrometeo.jpg" width="133" /></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span class="fullpost">Buku ini ditulis S.Pal Arya berisikan teksbook tentang dasar-dasar ilmu mikrometeorologi. Disajikan untuk kalangan mahasiswa pasca sarjana dengan bidang ilmu meteorologi atau lingkungan. Isinya fokus pada memperkenalkan konsep tentang <i>Boundary Layer Meteorology</i>. Buku bacaan yang bagus bagi yang tertarik pada studi tentang polusi udara, interaksi atmosfer dan biosfer atau teknik yang berhubungan meteorologi. Buku ini menjelaskan berbagai hukum dan konsep dasar, dilanjutkan deskripsi yang kuantitatif untuk menjelaskan teori yang lebih kompleks. Edisi kedua ini lebih dilengkapi berbagai referensi, setiap Bab menyajikan berbagai latihan dan studi kasus yang lebih berguna menambah pemahaman pembaca.<span><a name='more'></a></span></span><br />
<br />
<span class="fullpost"></span><br />
<span class="fullpost"><b>2. Boundary Layer Climate (Second Edition)</b></span><br />
<span class="fullpost"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-cdZOePgWiyI/XL-wELl5nbI/AAAAAAAAB1g/icnhlIeMzCUxaI4_jsC-pejkt3J6tVeMACLcBGAs/s1600/tr%2Boke.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="265" data-original-width="201" height="200" src="https://4.bp.blogspot.com/-cdZOePgWiyI/XL-wELl5nbI/AAAAAAAAB1g/icnhlIeMzCUxaI4_jsC-pejkt3J6tVeMACLcBGAs/s200/tr%2Boke.jpg" width="150" /></a></div>
<span class="fullpost">Buku ini dibuat untuk memperkenalkan kepada mahasiswa tentang bagaimana keadaan alami dari atmosfer di dekat permukaan tanah. Dituliskan T.R Oke dengan bahasa yang lebih mudah bagi orang yang kesulitan memahami teks mikrometeorologi atau biometeorologi dengan matematika atau fisika tingkat tinggi. Buku ini menyampaikan prinsip fisika yang mudah dengan banyak penjelasannya daripada sekedar deskripsi. Terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama menjelaskan tentang Sistem Atmosfer. Memperkenalkan proses di atmosfer yaitu : proses yang terjadi di lapisan batas (<i>Planetary Boundary Layer</i>), dan konsep pergerakan atau perubahan energi dan massa di dalam sistem ini. Bagian kedua menjelaskan lingkungan atmosfer secara natural. Iklim dipertimbangkan sebagai campuran unsur (radiasi, panas/termal, kelembaban dan aerodinamis), suatu sistem yang khusus, menjelaskan dampak dari pertukaran energi, massa dan momentum sebelum menggambarkan iklim. <i>Boundary Layer Climate</i> sebagai hasil <i>eksternal forcing</i> pemanasan matahari, curah hujan dan pergerakan angin. Bagian ketiga menjelaskan modifikasi manusia terhadap lingkungan atmosfer. Akibat kegiatan manusia terhadap atmosfer digambarkan sebagai suatu proses-respons (sebab dan akibat).</span></div>
<br />
<b>3. The Climate Near The Ground (Sixth Edition)</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-t3PYNubcnyU/XMKtoMTM9vI/AAAAAAAAB3M/zEHRAUhQbPU9lovuUMksy2TrAyizAVeGwCLcBGAs/s1600/near%2Bground.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="499" data-original-width="383" height="200" src="https://1.bp.blogspot.com/-t3PYNubcnyU/XMKtoMTM9vI/AAAAAAAAB3M/zEHRAUhQbPU9lovuUMksy2TrAyizAVeGwCLcBGAs/s200/near%2Bground.jpg" width="153" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Buku ini dituliskan oleh Rudolf Geiger, yang kemudian direvisi oleh Robert H Aron dan Paul Todhunter dikarenakan perkembangan yang mutakhir tentang mikroklimatologi. Aron dan Todhunter telah memutakhirkan buku karya Geiger dengan edisi berikutnya ini lebih jelas menceritakan tentang mikroklimatologi bagi orang yang pertama kali melakukan studi tentangnya. Buku ini memberikan deskripsi yang jelas mikroklimatologi di permukaan, disertai dengan basis fisikanya dan interaksinya dengan biosfer, lebih banyak menjelaskan bagaimana fluks energi di permukaan terkait dengan sifat lingkungan di permukaannya. </div>
<br />
<br />
<br />
<b>4. Plants and Microclimate (Third Edition)</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-ioNT7S8QJmk/XMy_9t5R8XI/AAAAAAAAB34/xIjeMhubRkAHtCzDRe1cWTrOKcyynpBmQCLcBGAs/s1600/36622.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="307" height="200" src="https://3.bp.blogspot.com/-ioNT7S8QJmk/XMy_9t5R8XI/AAAAAAAAB34/xIjeMhubRkAHtCzDRe1cWTrOKcyynpBmQCLcBGAs/s200/36622.jpg" width="153" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Buku ini dituliskan oleh Hamlyn G. Jones, menjelaskan tentang berbagai proses fisis dan fisiologis (biokimia) yang terjadi dalam interaksi tanaman dan lingkungan di sekitar atmosfernya. Buku ini dirancang dengan aspek numerik dengan subjek mahasiswa yang berkecimpung dalam ilmu tanaman dan lingkungan. Isinya merupakan referensi yang berharga bagi para peneliti di lapangan. Edisi yang ketiga ini menambahkan berbagai aspek, pemahaman biofisika dan fisiologi lingkungan tanaman. Informasi ini dapat diaplikasikan dalam analisis respons dan adaptasi tanaman pada kondisi tertentu, berhubungan pertanian ataupun masalah ekologi.</div>
<br />
<br />
<br />
<b>5. Microclimate- The Biological Environment </b><br />
<b><br /></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-sTFK3iZfRco/XO4lQMtEp9I/AAAAAAAAB4Y/ZrkMBfxIf2c1d-rE1ueQfnbaWEMn_7DGACLcBGAs/s1600/buku%2Brosenberg.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="499" data-original-width="314" height="200" src="https://1.bp.blogspot.com/-sTFK3iZfRco/XO4lQMtEp9I/AAAAAAAAB4Y/ZrkMBfxIf2c1d-rE1ueQfnbaWEMn_7DGACLcBGAs/s200/buku%2Brosenberg.jpg" width="125" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Buku ini dituliskan oleh Norman J. Rosenberg, Blaine L. Blad dan Shasi B. Verma. Buku ini isinya tentang mikroklimatologi yang menekankan pada efek iklim mikro terhadap tanaman, hewan dan manusia. Memberikan pemahaman yang dasar tentang Biofisika Lingkungan, berisikan prediksi, modifikasi dan pengelolaan terhadap iklim di dekat permukaan tanah.</div>
<br />
<b><br /></b>
<b><br /></b>
<b><br /></b>
<b><br /></b><br />
<b><br /></b>
<b><br /></b>
<b>6. An Introduction to Boundary Meteorology</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-bqMchHqcB4w/XO4lyyVzU7I/AAAAAAAAB4g/j9bs_8CRO80cn2u6yXuNPPEUZWrQhNNeACLcBGAs/s1600/buku%2Bstull.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="260" height="200" src="https://1.bp.blogspot.com/-bqMchHqcB4w/XO4lyyVzU7I/AAAAAAAAB4g/j9bs_8CRO80cn2u6yXuNPPEUZWrQhNNeACLcBGAs/s200/buku%2Bstull.jpg" width="130" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Buku ini ditulis Roland B. Stull, menjelaskan <i>Boundary Layer Meteorology</i>. Pergerakan khususnya turbulensi sebagai acuannya di dalam buku ini. Terdiri dari 14 bab. Bab pertama menjelaskan karakteristik lapisan batas tersebut. Lima bab selanjutnya menjelaskan turbulensi di atmosfer, menggambarkan berbagai konsep dan alat untuk menganalisa ataupun prediksi aliran turbulensi. Bab selanjutnya menjelaskan kondisi permukaan lapisan, <i>external forcing</i>, alat menganalisa secara<i> time series</i>, teori, teknik simulasi maupun perhitungan. Empat Bab terakhir variasi dari pentingnya pengetahuan tentang lapisan batas ini, seperti konvektif, lapisan stabil dan lapisan batas bagian puncak awan. Bagian akhir berhubungan dengan efek geografis. Sebagian besar buku berisikan textbook tentang <i>Atmospheric Boundary Layer</i> dan <i>Boundary Layer Meteorology. </i>Sisanya adalah review terhadap berbagai literatur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h1 class="gb-volume-title" dir="ltr" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 11.869px; margin: 0px;">
</h1>
</div>
ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-12752904873377915592019-05-23T15:17:00.004+08:002023-02-19T14:45:41.179+08:00BEBERAPA BUKU DARI BMKG UNTUK MEMAHAMI METEOROLOGI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">BMKG adalah instansi yang bertanggung jawab terhadap pengamatan, analisis dan prakiraan yang terkait dengan Metetorologi, Klimatologi dan Geofisika. BMKG telah menerbitkan beberapa buku yang berisikan dasar-dasar masalah tersebut. Diantaranya buku yang menjelaskan masalah ilmu cuaca (meteorologi) yang rumit tanpa dipahami dengan dasar pengetahuan tertentu.</div><span style="text-align: left;"></span></div><span><a name='more'></a></span><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div></div>
<b><a href="https://drive.google.com/file/d/0B6eQRI084SSJY0dZMHk0V1c5c0k/view?fbclid=IwAR1y3cuwR-xWiviIJTT4SBSUVx95BC0wgkwFtY_rZom1TUL3HCvq0QriwqA">Meteorologi Indonesia Vol I</a></b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b><br /></b>
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-2ishm3bQzA0/XEk0c_TpPPI/AAAAAAAABvI/iaPFFfmhi6YM3YXS8yEuGulIT7OS7ouTQCLcBGAs/s1600/meteorologi%2B1.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="326" data-original-width="250" height="200" src="https://4.bp.blogspot.com/-2ishm3bQzA0/XEk0c_TpPPI/AAAAAAAABvI/iaPFFfmhi6YM3YXS8yEuGulIT7OS7ouTQCLcBGAs/s200/meteorologi%2B1.jpg" width="153" /></a><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Buku ini membahas mengenalkan posisi Indonesia secara geografis dan meteorologis, aplikasi dan divisi meteorologi, komposisi dan struktur atmosfer, sifat fisis atmosfer Indonesia, proses transmisi panas dan pemanasan atmosfer, insolasi dan teori radiasi benda hitam, gerak fluida atmosferik, sirkulasi atmosfer global dan lokal, serta siklon tropis di sekitar perairan Indonesia.</div>
<br /><b><a href="https://drive.google.com/file/d/0B6eQRI084SSJV25adzlrUXM3bjg/view?fbclid=IwAR0uEyp7rymmR0B-RlXRqZ5DfdsylWxpDoGrvfuxgtZ71nySzj47MgOit_8">Meteorologi Indonesia Vol II</a></b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b><br /></b>
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-u1tS2QsnYfc/XEPcHIzX7dI/AAAAAAAABu8/6djNlL1y14Ilif1BXINgcdIBoDrf029GQCLcBGAs/s1600/meteorologi%2Bindonesia%2B2.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="446" data-original-width="350" height="200" src="https://3.bp.blogspot.com/-u1tS2QsnYfc/XEPcHIzX7dI/AAAAAAAABu8/6djNlL1y14Ilif1BXINgcdIBoDrf029GQCLcBGAs/s200/meteorologi%2Bindonesia%2B2.jpg" width="156" /></a><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Buku ini adalah lanjutan dari buku yang pertama, membahas lima komponen lapisan bumi pembentuk iklim, bentuk-bentuk kondensasi dan presipitasi (endapan) via mekanisme kolisi-koalisensi, dan via mekanisme kristal es, awan konvektif di atas Indonesia, hujan monsun ekuatorial Indonesia, fenomena banjir dan kekeringan di Indonesia, listrik atmosfer, badai guruh, teori elektrifikasi awan guruh, kilat dan guruh, dan skala Fujita tornado. </div>
<br /><b><a href="https://drive.google.com/file/d/0B6eQRI084SSJTS1ZQnhmSnA3OFE/view?fbclid=IwAR3fT_Ee0y5hPAquAyE4VPnKvUSrGu8w1ekK_4jlmhJucuZyRHD03JxLua4">Meteorologi Sinoptik</a></b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b><br /></b>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-RiCem6BM_Uw/X-A88kFucvI/AAAAAAAACPg/uMtvcZMJ56MtgFeqTjETeYl3Snqj6rCLgCLcBGAsYHQ/s250/buku6-250x177.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="177" data-original-width="250" src="https://1.bp.blogspot.com/-RiCem6BM_Uw/X-A88kFucvI/AAAAAAAACPg/uMtvcZMJ56MtgFeqTjETeYl3Snqj6rCLgCLcBGAsYHQ/s0/buku6-250x177.jpg" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Buku ini menjelaskan teknik dasar untuk melakukan analisis unsur-unsur meteorologi. Dapat digunakan sebagai referensi khususnya bagi peneliti, praktisi dan akademisi di bidang meteorologi dan klimatologi. Teknik dasar yang sangat diperlukan untuk dapat memahami pola-pola cuaca yang dihasilkan. Kelengkapan dari buku Meteorologi Praktik yang telah diterbitkan pada tahun 2006. Berisi uraian tentang teknik dasar menganalisis unsur-unsur meteorologi serta teknik menaksir hasil analisis yang diharapkan. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div>
<b><a href="https://drive.google.com/file/d/0B6eQRI084SSJdDV3T2NCc2duN3M/view?fbclid=IwAR2oxUvUGhFBzLSpYMqNfDEFLEWKzPVCG7PeSnGHdMsXeRFQX07WufrqBAg">Praktek Meteorologi Kelautan</a></b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b><br /></b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-TdqTyIqJmIQ/YKoAYF7WSQI/AAAAAAAACTU/7Q90PdsIy7gs2w3jMjWhHOghlKs7RgeKgCLcBGAsYHQ/s2048/praktek%2Bmeteorologi%2Bkelautan.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1489" height="186" src="https://1.bp.blogspot.com/-TdqTyIqJmIQ/YKoAYF7WSQI/AAAAAAAACTU/7Q90PdsIy7gs2w3jMjWhHOghlKs7RgeKgCLcBGAsYHQ/w136-h186/praktek%2Bmeteorologi%2Bkelautan.jpg" width="136" /></a></div><br /><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Buku ini berisi uraian tentang informasi cuaca dalam kaitannya dengan kegiatan kelautan. Uraian secara umum tentang sensitivitas kelautan terhadap cuaca dan penggunaan informasi cuaca dalam kelautan, khususnya yang berkaitan dengan keselamatan kelautan. berbagai macam informasi kelautan diuraikan tentang cuaca laut, yakni cuaca yang diperlukan dan yang perlu diperhatikan dalam kegiatan kelautan. Penjelasan tentang penyajian dan penyampaian informasi cuaca tersebut beserta contoh dampak cuaca yang membahayakan dan teknik penerapan cuaca untuk memperoleh peningkatan efisiensi kelautan</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><br />
<b><a href="https://drive.google.com/file/d/0B6eQRI084SSJbnV3TndtVTk3UDQ/view?fbclid=IwAR0zE46Bibacvm0fuCgJwA2yHXCGAgHtyG5gsheetU2VaMu_Jgl1vNILgDk">Mikrofisika Awan dan Hujan</a></b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b><br /></b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Vo5RYAnwLNI/X-A8suVw0xI/AAAAAAAACPY/1atUPnmMezcfWPK95DbwpxLskFxbPWT0gCLcBGAsYHQ/s324/buku14-250x324.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="324" data-original-width="250" height="203" src="https://1.bp.blogspot.com/-Vo5RYAnwLNI/X-A8suVw0xI/AAAAAAAACPY/1atUPnmMezcfWPK95DbwpxLskFxbPWT0gCLcBGAsYHQ/w156-h203/buku14-250x324.jpg" width="156" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span style="text-align: justify;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span style="text-align: justify;">Buku ini membahas sejarah perkembangan mikrofisika awan dan hujan, proses fisis uap air yaitu perubahan perubahan fasa uap yang memainkan peranan penting dalam mikrofisika awan. Aerosol atmosferik sebagai inti kondensasi awan sangat penting dalam proses pengintian heterogen. Formasi tetes awan yaitu pertumbuhan tetes dengan kondensasi. Pertumbuhan tetes awan melalui benturan–tangkapan menjadi tetes hujan. Pertumbuhan kristal es dengan difusi dan “akresi”. Modifikasi cuaca, modifikasi awan dan presipitasi, melenyapkan kabut, menindas batu es hujan dan mereda siklon tropis.</span></div></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<br />
<br /><b><a href="https://drive.google.com/file/d/0B6eQRI084SSJVlRIRWdNc3BuLUk/view?fbclid=IwAR0K0WU1eCaR4jcEgWQmPuKxD3wfdqYY5D6yelDf32TdVWnaBxzuSI5HQzw">Praktek Meteorologi Pertanian</a></b></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-zMQ_1fSZ590/YF2SO4KlDOI/AAAAAAAACSg/DDRvL0pNReoFXBINg2eqvgmvpKQcZRW6wCLcBGAsYHQ/s602/Praktek%2BMeteorologi%2BPertanian.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="602" data-original-width="464" height="172" src="https://1.bp.blogspot.com/-zMQ_1fSZ590/YF2SO4KlDOI/AAAAAAAACSg/DDRvL0pNReoFXBINg2eqvgmvpKQcZRW6wCLcBGAsYHQ/w133-h172/Praktek%2BMeteorologi%2BPertanian.jpg" width="133" /></a></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">Berisi uraian tentang macam dan penggunaan informasi cuaca untuk kegiatan pertanian. Buku ini secara umum membicarakan tentang apa dan bagaimana cuaca dan informasi cuaca diperlukan dalam kegiatan pertanian. Tiap bab membicarakan berbagai tema. Uraian tentang kedudukan informasi cuaca dalam bidang ilmu meteorologi pertanian. Uraian tentang pentingnya cuaca pertanian tersebut, mengingat setiap kegiatan pertanian dan setiap fase kehidupan tumbuhan mempunyai tanggap dan kepekaan berbeda kepada cuaca. Bagaimana proses penyediaan informasi cuaca dalam pertanian penyajian dan penyampaian informasi cuaca tersebut. Beberapa contoh cuaca yang demikian dan contoh kegunaan cuaca untuk memperoleh peningkatan efisiensi pertanian.</div> </div>
ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-73107763787181755172019-04-25T16:29:00.003+08:002023-02-19T14:41:57.273+08:00MENENTUKAN EVAPOTRANSPIRASI DENGAN METODE EMPIRIS<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://2.bp.blogspot.com/-AkKQ9OElSt0/XKQG_RegPSI/AAAAAAAABzs/Th8nUfBc5Bc_FjgR-wPCPAK_OYGrv5RHwCLcBGAs/s1600/evapo%2Bacuan.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="357" data-original-width="659" height="216" src="https://2.bp.blogspot.com/-AkKQ9OElSt0/XKQG_RegPSI/AAAAAAAABzs/Th8nUfBc5Bc_FjgR-wPCPAK_OYGrv5RHwCLcBGAs/s400/evapo%2Bacuan.JPG" width="400" /></a></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;">Gambar 1. Skema Evapotranspirasi acuan (ETo) (diadaptasi dari Raes 2009)</span></span></span></span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><br /></span></span></span></span></div><div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;">Evapotranspirasi adalah kombinasi dari evaporasi dari tanah dan transpirasi tanaman. Parameter cuaca, karakteristik tanaman, pengelolaan dan aspek lingkungan mempengaruhi evapotranspirasi. Tanaman rumput acuan menutupi tanah secara penuh, terjaga pendek, air lancar dan aktivitas pertumbuhan dalam keadaan kondisi agronomi yang optimal. Evapotranspirasi rata-rata dari suatu permukaan acuan disebut evapotranspirasi acuan dan ditandai sebagai ETo. Konsep evapotranspirasi acuan dikenalkan untuk mempelajari keperluan evaporasi dari atmosfer secara independen pada tipe tanaman, perkembangan tanaman dan praktek pengelolaannya (Raes, 2009).</span></span></span></span></span></div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span><a name='more'></a></span><span style="font-size: small;"><br /></span></span></span></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">E<span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">vapotranspirasi acuan atau evapotraspirasi referensi (ETo) didefinisikan sebagai laju evapotranspirasi dari permukaan yang luas, rapat ditumbuhi rumput hijau dengan ketinggian yang seragam antara 8 – 15 cm dan dalam kondisi tidak kekurangan air dengan albedo 0,23 dan tidak kekurangan air (Allen et al., 1998). </span></span><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><span style="font-family: inherit;">Evapotranspirasi acuan (ETo) terkait erat dengan rumput standar (Hargreaves dan Samani, 1985).</span>Untuk menduga nilainya beberapa metode diturunkan berdasarkan proses fisik yang mengatur laju evapotranspirasi. Pendugaan dapat dilakukan menggunakan data klimatologi misalnya : suhu udara, kelembaban udara, lama penyinaran matahari dan kecepatan matahari. Berdasarkan ketersediaan data iklim ETo dapat dihitung dengan beberapa model : 1) suhu, 2) suhu dan kelembaban, 3) radiasi global, 4) radiasi neto, 5) kombinasi dan 6) regresi (Rusmayadi, 2012). </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></span></span></span></span></div></div></div></div></div></div></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span style="font-family: inherit; text-align: justify;">Berikut beberapa model evapotranspirasi dengan metode empiris :</span></div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">1. Metode Penman Monteith</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Metode Penman-Monteith FAO-56 PM (1998) model standar yang telah ditetapkan FAO.</span> Beberapa
studi menunjukkan bahwa model ini memberikan pendugaan yang paling
akurat. FAO merekomendasikan penggunaannya untuk menduga laju
evapotranspirasi standar untuk menduga kebutuhan air bagi tanaman (Manik
et al., 2012).<span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Tetapi model ini kompleks karena memerlukan data pengamatan meteorologi yang banyak. Metode FAO 56 memerlukan data suhu udara maksimum (Tmax), suhu udara minimum (Tmin), kelembaban udara nisbi (RH) maksimum dan minimum, kecepatan angin pada ketinggian 2 m, serta data radiasi matahari untuk akuratnya estimasi ETo (Nikam et al., 2014). Metode FAO 56 Penman Monteith menentukan evpotranspirasi harian menggunakan rumus :</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></span></span>
<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><img border="0" data-original-height="131" data-original-width="759" height="68" src="https://2.bp.blogspot.com/-xVlCfcrefvQ/XJ4E_yT2MrI/AAAAAAAABzI/7a4c1bWWy50PsB80jyUGMm9sP2dj8RhywCLcBGAs/s400/penman%2Bmonteith.JPG" width="400" /> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Dimana ETo = evapotranspirasi referensi </span></span></span><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">(mm/hari<span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;">), Rn = </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">radiasi matahari neto</span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><span style="display: inline; float: none; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; text-align: justify;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"> </span></span></span></span></span></span></span><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><span style="display: inline; float: none; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; text-align: justify;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">(MJ/m<span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"><sup>2</sup>), G = </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">fluks panas tanah </span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="display: inline; float: none; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><span style="display: inline; float: none; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">(MJ/m<span style="font-size: x-small;"><sup>2</sup>), </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">Tmean = suhu udara rata-rata (</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: x-small;">º</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">C),</span><span style="font-family: inherit; font-size: x-small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="display: inline; float: none; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><span style="display: inline; float: none; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">u2 = kecepatan angin rata-rata pada ketinggian 2 m (m/s)</span>, <span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">es = tekanan uap air jenuh (kPa), ea = tekanan uap air aktual (kPa)</span><span style="font-size: small; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;">, </span></span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: small; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">Δ = </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">slope tekanan uap air (kPa/</span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: small; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">º</span><span style="font-size: small; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">C)</span><span style="font-size: x-small; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"> </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">dan</span><span style="font-size: small; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"> </span></span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: small; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">γ</span><span style="font-size: small; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"> =</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">konstanta psikometrik </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">(kPa/</span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: small; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">º</span><span style="font-size: small; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">C) (</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">Allen et al., 1998)</span><span style="font-size: small; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;">.</span></span></span></span></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"><br /></span></span></span></span></span></span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:RelyOnVML/>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}
</style>
<![endif]--><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">2. Metode Hargreaves dan Samani</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">Metode Hargreaves dan Samani (1985) menentukan evapotranspirasi acuan (ETo) banyak digunakan di daerah dengan data iklim yang terbatas. Metode ini menggunaan basis data radiasi, rumusnya sebagai berikut :</span></div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-y319awqFSxg/XJ4E_OWM4KI/AAAAAAAABzE/z30fiV0jv1QTj0OysexjrY_ZnBhORZdBwCLcBGAs/s1600/hargreaves.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="94" data-original-width="943" height="31" src="https://3.bp.blogspot.com/-y319awqFSxg/XJ4E_OWM4KI/AAAAAAAABzE/z30fiV0jv1QTj0OysexjrY_ZnBhORZdBwCLcBGAs/s320/hargreaves.JPG" width="320" /></a></span></span></span></span></span></span></span></div>
</div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><span style="display: inline; float: none; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; text-align: justify;">Dimana ETo = evapotranspirasi referensi </span></span></span><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><span style="display: inline; float: none; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; text-align: justify;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">(mm/hari<span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;">), </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">Tmean = suhu udara rata-rata harian (</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: x-small;">º</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">C),</span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><span style="display: inline; float: none; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; text-align: justify;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"> Ra = </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">radiasi matahari ekstraterestrial</span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><span style="display: inline; float: none; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; text-align: justify;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"> </span></span></span></span></span></span></span><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><span style="display: inline; float: none; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; text-align: justify;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">(MJ/m<span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"><sup>2</sup>),</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">TD = perbedaan antara suhu maksimum dan minimum </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">(</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: x-small;">º</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">C) (Hargreaves-Samani, 1985)</span><br />
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><br /></span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">3. </span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: justify;">Metode Blaney Criddle</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">Metode Blaney Criddle (1950) metode yang paling sederhana menghitung evapotranspirasi yang banyak digunakan sebelum diperkenalkan metode Penman Monteith. Metode ini hanya berdasarkan perubahan suhu di suatu tempat untuk menentukan evapotranspirasi (Nikam et al., 2014). Metode ini banyak digunakan di daerah beriklim semi arid dan arid (kering) (Lang et al., 2017). Rumusnya :</span><span style="font-family: inherit; font-size: x-small;"> </span></div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"></span></span></span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><a href="https://2.bp.blogspot.com/-DtO1RwWZklE/XJ4E-0Pak8I/AAAAAAAABy8/V_7tfEyp1KYg5mVvrzK14d2ElL8tbF8oQCLcBGAs/s1600/blaney%2Bcriddle.JPG" style="font-family: inherit; font-size: x-small; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="89" data-original-width="585" height="30" src="https://2.bp.blogspot.com/-DtO1RwWZklE/XJ4E-0Pak8I/AAAAAAAABy8/V_7tfEyp1KYg5mVvrzK14d2ElL8tbF8oQCLcBGAs/s200/blaney%2Bcriddle.JPG" width="200" /></a></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><span style="display: inline; float: none; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; text-align: justify;">Dimana ETo = evapotranspirasi referensi </span></span></span><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><span style="display: inline; float: none; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; text-align: justify;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">(mm/hari<span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;">), </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">Tmean = suhu udara rata-rata harian (</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: x-small;">º</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">C), p = persentase harian siang hari rata-rata tahunan.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></span></span><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">4. Metode Thornwaite</span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">Metode Thornwaite (1948) mudah karena hanya menggunakan data suhu rata-rata bulanan, tak seperti metode lain yang perlu data iklim yang kompleks. Metode ini diperkenalkan di AS bagian Tengah dan Timur dengan kondisi iklim yang basah (Lang et al., 2017).</span></span></span></span></span></div>
</div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:RelyOnVML/>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}
</style>
<![endif]--><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;">
</span></span></span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-GcoVZEkegw0/W-urLpcvZtI/AAAAAAAABuk/bNvjK2GrZ_IOCN2Vvo3r3XbyuFKCSESJwCLcBGAs/s1600/thornwaite.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="192" data-original-width="542" height="141" src="https://3.bp.blogspot.com/-GcoVZEkegw0/W-urLpcvZtI/AAAAAAAABuk/bNvjK2GrZ_IOCN2Vvo3r3XbyuFKCSESJwCLcBGAs/s400/thornwaite.JPG" width="400" /></span></a></span></span></span></span></span></span></div>
</div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">Dimana ETo = evapotranspirasi referensi (mm/hari)</span></span></span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">Ti adalah suhu rata-rata bulanan dan N adalah penyinaran matahari
rata-rata bulanan. Umumnya metode ini menghasilkan nilai yang <i>underestimate</i> di daerah kering dan sebaliknya nilai <i>overestimate</i> di daerah yang basah (Al Kaeed et al., 2006).</span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></span></span></span></span></div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">5. </span></span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: justify;">Metode Turc</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Metode Turc (1961) adalah salah satu metode paling simpel dan persamaan empiris yang akurat untuk menentukan evapotranspirasi. Metode ini pertama kali digunakan di Perancis bagian Selatan dan Afrika bagian Utara. Metode ini dibangun berdasarkan kondisi iklim di Eropa Barat. Data iklim yang digunakan radiasi matahari, suhu udara dan kelembaban udara (Diouf et al., 2016) </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><br /></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Saat RH di bawah 50% rumus yang digunakan :. </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://2.bp.blogspot.com/-EedYJCD68tc/XKWF52uFaVI/AAAAAAAABz4/JYGTG4CxuGgRro8n6zwbqQqjk-w56Y8wQCLcBGAs/s1600/turc%2B1.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="158" data-original-width="929" height="54" src="https://2.bp.blogspot.com/-EedYJCD68tc/XKWF52uFaVI/AAAAAAAABz4/JYGTG4CxuGgRro8n6zwbqQqjk-w56Y8wQCLcBGAs/s320/turc%2B1.JPG" width="320" /></a></span></span></span></span></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">Saat RH di atas 50% rumus yang digunakan :</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-_C23cD37Vv4/XJ3bPV7iw9I/AAAAAAAABxo/jvVkVNZLyzoi7r-Asfn7XCJvrbceBfVMQCLcBGAs/s1600/turc.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="108" data-original-width="1066" height="32" src="https://3.bp.blogspot.com/-_C23cD37Vv4/XJ3bPV7iw9I/AAAAAAAABxo/jvVkVNZLyzoi7r-Asfn7XCJvrbceBfVMQCLcBGAs/s320/turc.JPG" width="320" /></span></a><span style="font-family: inherit;"> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><br /><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;">Dimana ETo = evapotranspirasi referensi (mm/<span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">hari<span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;">), </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">Tmean = suhu udara rata-rata harian (</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: x-small; text-align: left;">º</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">C), Rs = radiasi matahari harian </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">(MJ/m</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"><sup>2</sup>)</span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">,</span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"> </span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">RH = kelembaban udara rata-rata (%).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">6. Metode Priestley Taylor</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;">
</span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">Metode Priestley Taylor (1972) digunakan untuk daerah yang basah, sehingga dikondisikan sebagai evapotranspirasi potensial. Metode ini didasarkan pada neraca energi (Arya et al., 2017). Rumus yang digunakan :</span><br />
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-YONPW1jnzTI/XJ4E--yyotI/AAAAAAAABzA/95XVe3lMh-sMlnKWCZ-G_D55xWBm9uL-ACLcBGAs/s1600/Priestley%2BTaylor.JPG" style="font-family: inherit; font-size: x-small; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="131" data-original-width="435" height="60" src="https://4.bp.blogspot.com/-YONPW1jnzTI/XJ4E--yyotI/AAAAAAAABzA/95XVe3lMh-sMlnKWCZ-G_D55xWBm9uL-ACLcBGAs/s200/Priestley%2BTaylor.JPG" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">Dimana ETo = evapotranspirasi referensi </span></span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">(mm/<span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">hari<span style="font-size: x-small;">), </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">Rn = radiasi matahari neto </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">(MJ/m</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"><sup>2</sup>)</span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">, G = fluks panas tanah </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">(MJ/m</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"><sup>2</sup>)</span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">, </span><span style="text-align: left;">Δ</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;"> = slope tekanan uap air (kPa/</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: x-small; text-align: left;">º</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">C), </span><span style="text-align: left;">γ</span><span style="text-align: left;"> = </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">konstanta psikometer </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">(kPa/</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: x-small; text-align: left;">º</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">C) dan </span><span style="font-family: "calibri"; text-align: left;">λ</span><span style="font-family: "calibri"; text-align: left;"> </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">= bahang laten penguapan (MJ/kg).</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;"> </span></div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span>
<br />
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="text-align: justify;">7</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: justify;">. Metode Hamon</span></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: justify;">Metode Hamon (1963) diturunkan dari metode evapotranspirasi potensial berbasis suhu udara rata-rata. Persamaan yang digunakan memprakirakan evapotranspirasi berdasarkan kerapatan uap jenuh (<i>saturated vapor density</i>) sebagai fungsi kelembaban absolut dalam keadaan jenuh.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-ih8_frrSABg/XLZkXFntzzI/AAAAAAAAB0c/Hs0QsYNjtw8m0N3LumrNPej65Dh-KWKFACLcBGAs/s1600/hamon.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="331" data-original-width="485" height="136" src="https://3.bp.blogspot.com/-ih8_frrSABg/XLZkXFntzzI/AAAAAAAAB0c/Hs0QsYNjtw8m0N3LumrNPej65Dh-KWKFACLcBGAs/s200/hamon.JPG" width="200" /></a></span></span></span></span></span></div>
<span style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="display: inline; float: none; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal;">Dimana ETo =evapotranspirasi referensi (mm/hari), D = durasi jam penyinaran terhadap satuan 30 hari selama 12 jam/hari, Pt =kerapatan uap jenuh (g/m<sup><span style="font-size: x-small;">2</span></sup></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="display: inline; float: none; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal;">/100), merupakan fungsi suhu. </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><br /></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">8. Metode Romanenko</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Metode Romanenko (1961) menurunkan persamaan evapotranspirasi berdasarkan hubungan suhu rata-rata dan kelembaban udara yaitu :</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://2.bp.blogspot.com/-vA58ZeK9WrM/XK67P3FvaqI/AAAAAAAAB0Q/heVPgensG281aLcU2YclbnDUH5a1qnrogCLcBGAs/s1600/romanenko.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="85" data-original-width="944" height="28" src="https://2.bp.blogspot.com/-vA58ZeK9WrM/XK67P3FvaqI/AAAAAAAAB0Q/heVPgensG281aLcU2YclbnDUH5a1qnrogCLcBGAs/s320/romanenko.JPG" width="320" /></a></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;">Dimana ETo = evapotranspirasi referensi <span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">(mm/<span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">hari<span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;">), </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">Tmean = suhu udara rata-rata harian (</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: x-small; text-align: left;">º</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">C), </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">RH = kelembaban udara rata-rata (%).</span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></span><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">9. Metode Penman</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-GlEKSFkywLg/W-5cRjRoPPI/AAAAAAAABuw/dtr9NvdwxWMatj6z490v8dUVu_nDsTGrQCLcBGAs/s1600/penman.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="73" data-original-width="670" height="34" src="https://1.bp.blogspot.com/-GlEKSFkywLg/W-5cRjRoPPI/AAAAAAAABuw/dtr9NvdwxWMatj6z490v8dUVu_nDsTGrQCLcBGAs/s320/penman.PNG" width="320" /></span></a></span></span></span></span></span></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">Dimana : ETo = evapotranspirasi referensi (mm/hari)<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-size: x-small;">, </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span style="font-size: small; text-align: left;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"> </span></span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: small; text-align: left;">Δ = </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">slope tekanan uap air (kPa/</span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: small; text-align: left;">º</span><span style="font-size: small; text-align: left;">C), Q</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">n = radiasi matahari neto </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">(MJ/m</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"><sup>2</sup>), </span></span></span>γ = <span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">konstanta psikometrik </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">(kPa/</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: x-small;">º</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">C), f(u) = fungsi aerodiamik, (es - ea) = defisit tekanan uap air untuk vpd (Pa) dan </span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="margin: 0px;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span>γ = <span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">konstanta psikometrik </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">(kPa/</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: x-small;">º</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">C)</span><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"> </span><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="margin: 0px;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="margin: 0px;"><span style="font-family: "calibri";"><span style="margin: 0px;"><span style="font-family: "calibri";"><span style="margin: 0px;"><span style="font-family: inherit;"><span style="line-height: 107%; margin: 0px;">λ = </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">panas spesifik untuk penguapan (2,454 MJ/kg).</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">Metode Penman (1948) awalnya dikembangkan untuk menentukan besarnya evaporasi pada permukaan yang terbuka. Metode ini juga digunakan untuk menentukan evapotranspirasi potensial dari suatu tegakan vegetasi dengan memanfaatkan data iklim mikro yang diperoleh dari atas permukaan vegetasi yang jadi kajian.</span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="margin: 0px;"><span style="font-family: inherit;">
</span></span></span></span></span></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">10. Metode Makkink </span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">Makkink (1957) menyampaikan metode ETo dengan mudah menggunakan unsur suhu dan penyinaran matahari.</span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://2.bp.blogspot.com/-U2gk8taHrN8/XKa62JkoQSI/AAAAAAAAB0E/YfBDExlJ8Tgx371emxb2SVs02cUSRhokwCLcBGAs/s1600/makkink.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="132" data-original-width="674" height="38" src="https://2.bp.blogspot.com/-U2gk8taHrN8/XKa62JkoQSI/AAAAAAAAB0E/YfBDExlJ8Tgx371emxb2SVs02cUSRhokwCLcBGAs/s200/makkink.JPG" width="200" /></a></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">Dimana </span></span></span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">ETo = evapotranspirasi referensi (mm/hari)</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-size: x-small;">, </span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">Rs = radiasi matahari harian </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">(W/m</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"><sup>2</sup>)</span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">, </span>γ = <span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">konstanta psikometrik </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">(kPa/</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: x-small;">º</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">C),</span><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"> </span><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="margin: 0px;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="margin: 0px;"><span style="font-family: "calibri";"><span style="margin: 0px;"><span style="font-family: "calibri";"><span style="margin: 0px;"><span style="font-family: inherit;"><span style="line-height: 17.12px; margin: 0px;">λ = </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">bahang laten penguapan (MJ/kg)</span><br />
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><br /></span>
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">11. Metode Jensen Haise </span><br />
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">Metode Jensen Haise (1963) berdasarkan pendekatan neraca energi (radiasi matahari).</span><span style="font-family: inherit; font-size: xx-small; text-align: left;"> </span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><a href="https://2.bp.blogspot.com/-iHUio3i91pg/XLg_ukX06CI/AAAAAAAAB0o/1JLpHHmsIksYmzuNtqobHi3pm2R9gzIZgCLcBGAs/s1600/jensen%2Bhaise.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="93" data-original-width="615" height="30" src="https://2.bp.blogspot.com/-iHUio3i91pg/XLg_ukX06CI/AAAAAAAAB0o/1JLpHHmsIksYmzuNtqobHi3pm2R9gzIZgCLcBGAs/s200/jensen%2Bhaise.JPG" width="200" /></a></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">Dimana : ET = evapotranspirasi <span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">(mm/hari</span></span><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;">) </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="margin: 0px;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="margin: 0px;"><span style="font-family: "calibri";"><span style="margin: 0px;"><span style="font-family: "calibri";"><span style="margin: 0px;"><span style="font-family: inherit;"><span style="line-height: 17.12px; margin: 0px;"> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">Ct = koefisien suhu (dihitung berdasarkan ketinggian daan tekanan uap air), </span><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="margin: 0px;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="margin: 0px;"><span style="font-family: "calibri";"><span style="margin: 0px;"><span style="font-family: "calibri";"><span style="margin: 0px;"><span style="font-family: inherit;"><span style="line-height: 17.12px; margin: 0px;">λ = </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">bahang laten penguapan (MJ/kg), Tmean =</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"> </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">Tmean = suhu udara rata-rata (</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: x-small; text-align: left;">º</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">C), Rs = radiasi matahari global.</span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><br /></span><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><b>Catatan :</b></span></span></span></span></span></span></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">Beberapa persamaan untuk membantu menentukan evapotranspirasi :</span></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">a. Panas/ bahang laten penguapan :</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-EqwZsYqxA20/XLqg5VIuD0I/AAAAAAAAB00/sxre2FUrF4cmFil3pIzIECnd5z6GwAtCwCLcBGAs/s1600/bahang%2Blaten.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="76" data-original-width="590" height="25" src="https://4.bp.blogspot.com/-EqwZsYqxA20/XLqg5VIuD0I/AAAAAAAAB00/sxre2FUrF4cmFil3pIzIECnd5z6GwAtCwCLcBGAs/s200/bahang%2Blaten.JPG" width="200" /></a></span></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">Dimana :</span><span style="mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"> λ = panas laten penguapan
(MJ/kg<span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;">), </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">Ta = suhu udara<span style="font-size: x-small;"> (</span></span><span style="font-family: inherit;">ºC</span><span style="font-family: inherit;">).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: left;">
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">b. Tekanan atmosfer</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: left;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-GEKuQAPb3Rw/XL7N9Pzm6oI/AAAAAAAAB1A/kXXM-PB7KaozLvQtIC0ueC5xZ08_6-jzwCLcBGAs/s1600/tek%2Batm.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="184" data-original-width="746" height="78" src="https://1.bp.blogspot.com/-GEKuQAPb3Rw/XL7N9Pzm6oI/AAAAAAAAB1A/kXXM-PB7KaozLvQtIC0ueC5xZ08_6-jzwCLcBGAs/s320/tek%2Batm.PNG" width="320" /></span></a></span></span></span></span></div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">Dimana :</span><span style="mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"> P = tekanan atmosfer (kPa) pada ketinggian z meter.</span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm;">
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">c. Tekanan uap air jenuh</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit; margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Y3o8n7pA8_M/XMFfsT-RnZI/AAAAAAAAB2U/_LJSKgX1kw4RpVxp5RsuP8Jp38KXh9SygCLcBGAs/s1600/tek%2Bjenuh.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="149" data-original-width="537" height="55" src="https://1.bp.blogspot.com/-Y3o8n7pA8_M/XMFfsT-RnZI/AAAAAAAAB2U/_LJSKgX1kw4RpVxp5RsuP8Jp38KXh9SygCLcBGAs/s200/tek%2Bjenuh.PNG" width="200" /></a></span></span></span></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;">
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">Dimana :</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"> es = tekanan uap air jenuh (kPa) </span><br />
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">d. Slope tekanan uap air</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-KxssgAsNF0A/XL7OPUIC42I/AAAAAAAAB1M/a1xKVbDL76Mz79IV_emyceSEJYhjyDBYQCEwYBhgL/s1600/tek%2Buap%2Bair.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="210" data-original-width="939" height="71" src="https://3.bp.blogspot.com/-KxssgAsNF0A/XL7OPUIC42I/AAAAAAAAB1M/a1xKVbDL76Mz79IV_emyceSEJYhjyDBYQCEwYBhgL/s320/tek%2Buap%2Bair.PNG" width="320" /></span></a></span></span></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><o:p></o:p></span></span></span><span style="font-size: small;"><br /></span></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">Dimana : </span><span style="font-family: inherit;">Δ </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">= slope tekanan uap air (kPa).</span><br />
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">e. Konstanta psikometrik</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-DXfko4kq6CE/XMFgB1P4PPI/AAAAAAAAB2c/PMexSJHO_P4_ZMCqKl03YWTMj6U-mmhfgCLcBGAs/s1600/konstanta%2Bpsiko.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="159" data-original-width="721" height="70" src="https://4.bp.blogspot.com/-DXfko4kq6CE/XMFgB1P4PPI/AAAAAAAAB2c/PMexSJHO_P4_ZMCqKl03YWTMj6U-mmhfgCLcBGAs/s320/konstanta%2Bpsiko.PNG" width="320" /></span></a></span></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;">Dimana : <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">γ</span> = </span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">konstanta psikometrik </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">(kPa/</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: x-small;">º</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">C), Cp = panas kelembaban udara spesifik = 1,013 (kJ/kg/</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: x-small;">º</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">C)</span><span style="font-family: inherit; font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">, </span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">P = tekanan atmosfer (kPa),</span><span style="font-family: inherit; font-size: x-small;"> </span><span style="font-family: inherit; font-size: x-small;">ε = </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">rasio berat molekul uap air/ udara kering = 0,622, </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">λ = panas laten penguapan (MJ/kg</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: xx-small; text-align: left;"><span style="font-size: x-small;">)</span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: x-small; text-align: left;">.</span><br />
<span style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">f.</span><span style="font-family: inherit;"> </span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="text-align: left;">Radiasi gelombang panjang pada langit yang clear</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-L2XyEnjHGms/XMFj6WLNl6I/AAAAAAAAB2o/H1FLO9oFSbopNqTZDgsqilcHsFyAw9ErQCLcBGAs/s1600/rso.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="76" data-original-width="577" height="42" src="https://4.bp.blogspot.com/-L2XyEnjHGms/XMFj6WLNl6I/AAAAAAAAB2o/H1FLO9oFSbopNqTZDgsqilcHsFyAw9ErQCLcBGAs/s320/rso.PNG" width="320" /></span></a></span></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;">Dimana : Rso = radiasi gelombang pendek pada langit yang cerah (MJ/m<span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"><sup>2</sup>/</span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">hari</span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;">), </span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">z = elevasi stasiun (m), Ra = radiasi ekstraterestrial </span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;">(MJ/m<span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"><sup>2</sup>/</span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">hari</span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;">) </span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">dilihat dari tabel posisi lintang)</span><span style="font-family: inherit; font-size: x-small;">.</span><span style="font-family: inherit;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">g.</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">Radiasi gelombang pendek neto </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-hNHduqn_ChM/XMFk-3itNvI/AAAAAAAAB20/tPpu_nQYaPwPwZp3TgQ4j96uICF5YIwWwCLcBGAs/s1600/rns.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="97" data-original-width="384" height="50" src="https://4.bp.blogspot.com/-hNHduqn_ChM/XMFk-3itNvI/AAAAAAAAB20/tPpu_nQYaPwPwZp3TgQ4j96uICF5YIwWwCLcBGAs/s200/rns.PNG" width="200" /></span></a></span></span></span></span></div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;">Dimana : Rns = radiasi gelombang pendek neto </span></span></span></span></span></span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;">(MJ/m<span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"><sup>2</sup>/</span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">hari</span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;">), </span></span></span></span></span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: x-small;">α</span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"> </span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">= albedo/koefisien refleksi kanopi (0,23 untuk tanaman rumput referensi hipotetik </span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;">(MJ/m<span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"><sup>2</sup>/</span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">hari</span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;">), </span></span></span></span></span></span></span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">Rns = radiasi matahari datang </span></span></span></span></span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;">(MJ/m<span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"><sup>2</sup>/</span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">hari</span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;">).</span></span></span></span></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">h. Radiasi gelombang panjang neto </span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-gqnDGFao_uM/XMFpdCPQXgI/AAAAAAAAB3A/pvmTv25oLykkL3j9Dukx1EO1aaKM5HdfQCLcBGAs/s1600/rnl.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="162" data-original-width="1217" height="52" src="https://3.bp.blogspot.com/-gqnDGFao_uM/XMFpdCPQXgI/AAAAAAAAB3A/pvmTv25oLykkL3j9Dukx1EO1aaKM5HdfQCLcBGAs/s400/rnl.PNG" width="400" /></span></a></span></span></span></span></div>
<span style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;">Dimana Rnl = radiasi ougoing gelombang panjang neto </span></span></span></span></span></span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;">(MJ/m<span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"><sup>2</sup>/</span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">hari</span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;">)</span></span></span></span></span></span></span><span style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;">, <span style="font-family: "times new roman" , serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">σ </span></span></span></span></span></span></span></span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;">= tetapan Stefan Boltzman (4,903 x 10 </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;">(MJ/m<span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"><sup>2</sup>/</span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">hari</span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;">)</span></span></span></span></span></span></span><span style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;">, </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">Tmax = suhu maksimum absolut selama periode 24 jam (K = </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; text-align: justify;">º</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">C + 273), Tmin = suhu minimum absolut selama periode 24 jam </span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">(K = </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; text-align: justify;">º</span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">C + 273), ea = tekanan uap air aktual (kPa), Rs/Rso =radiasi gelombang pendek relatif (</span><span style="text-align: justify;"><span style="mso-spacerun: yes;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">≤ 1), </span></span></span></span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">Rs = radiasi matahari datang </span></span></span></span></span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;">(MJ/m<span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"><sup>2</sup>/</span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">hari</span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;">)</span></span></span></span></span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , serif; text-align: justify;">, </span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">Rso = radiasi gelombang pendek pada langit yang cerah </span></span></span></span></span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;">(MJ/m<span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;"><sup>2</sup>/</span></span></span></span></span></span></span><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">hari</span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;">).</span></span></span></span></span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , serif; text-align: justify;"> </span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">i. Radiasi gelombang panjang neto </span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><a href="https://2.bp.blogspot.com/-UTKdJapHe98/XL-2qFkdHII/AAAAAAAAB18/TsiqNdd3eZkOwIwf0svO1TJa6P4I6qD3QCLcBGAs/s1600/rnet.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="91" data-original-width="372" height="48" src="https://2.bp.blogspot.com/-UTKdJapHe98/XL-2qFkdHII/AAAAAAAAB18/TsiqNdd3eZkOwIwf0svO1TJa6P4I6qD3QCLcBGAs/s200/rnet.PNG" width="200" /></span></a></span></span></span></span></div>
</div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">
<span style="font-family: inherit;">
</span></span></span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif">Selisih dari radiasi gelombang pendek datang (Rns) dan gelombang panjang outgoing (Rnl)</span><span style="font-family: inherit;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><span style="font-family: inherit;"><o:p><span style="line-height: 115%;">.</span></o:p></span></span></span></span><span style="font-family: inherit;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></span></span></div>
</div>
</div>
</div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"> </span><span style="font-size: small;">
</span></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: left;">
<b style="font-family: inherit; text-align: justify;">Daftar Pustaka</b></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><span style="font-family: inherit;">Alkaeed O, Flores C, Jinno K. and Tsutsumi, A. (2006) Comparison of Several
Reference Evapotranspiration Methods for Itoshima Peninsula Area,
Fukuoka, Japan. Memoirs of the Faculty of Engineering, Kyushu
University, Vol. 66, Vngsas, Fukuoka, 1-14. </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span>
<br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><span style="font-family: inherit;">Allen RG, Perriera LS, Raes D and Smith M. 1998. Crop evapotranspiration: Guidelines for computing crop requirements, Irrigation and Drainage, Paper No. 56. Rome, Italy </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><span style="font-family: inherit;">Arya CK, Purohit RC, Dashora LK, Singh PK, Kothari M and Singh B. 2017. Comparative evaluation of different reference evapotranspirartion models. J. Applied and Natural Science 9(1):609-613</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span style="font-family: inherit; text-align: justify;">.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;">
</span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=54999233147383510" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><span style="font-family: inherit;"><br /><span style="font-family: inherit;"> </span></span></a></span></span></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;"><span lang="en">Diouf OC, Weihermuller Leihermuller L, Ba K., Faye SC, Vereecken H. 2016. </span><span lang="en">Estimation of Turc reference evapotranspiration with limited data against the Penman-Monteith Formula in Senegal. </span><span lang="en">J. Agriculture and Environment for International Development</span><span lang="en">, 110 (1): 117-137.</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-family: inherit; text-align: justify;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit; text-align: justify;">Hargreaves GH and Samani, ZA. 1985. Reference crop
evapotranspiration from temperature. Applied Engineering in Agriculture. 1(2): 96-99</span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><br /></span></span></span></span>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;">Lang D, Zheng J, Shi J, Liao F, Ma X, Wang W, Zhang M. 2017. A comparative study of potential evapotranspiration estimation by eight metheods with FAO. Water 9 (734): 1-18.</span></span></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;">Manik TK, Rosadi RB dan Karyanto A. 2012. Evaluasi metode Penman-M</span><span style="font-family: inherit; font-size: small;">onteith dalam menduga laju evapotranspirasi standar (ETo) di Dataran Rendah Propinsi Lampung, Indonesia. J. Keteknikan Pertanian 26 (2) : 121-128.</span></span></span></span></div>
<div class="bibliographie" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><br /></span><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">Raes D. 2009. ETo Calculator : a software program to calculate evapotranspiration from a reference surface. FAO Land Water Division. Digital Media Service No. 36. </span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
<div class="bibliographie" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><br /></span><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">Rusmayadi, G. 2012. Pertanian dalam bayang-bayang iklim ekstrim. P3AI. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin. </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">Thornthwaite CW. 1948. An approach toward a rational classification of climate. The Geographical Review, 38(1), 55-94. </span></span></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></span><span style="font-family: inherit; font-size: small;">
</span><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span><span style="font-family: inherit;">
</span><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span><span style="font-family: inherit;">
</span></span><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span><span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif"><span style="font-family: inherit;">
</span></span></span></span></span></span>
</div>
</div>
ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-76488546132798245322019-03-20T08:24:00.002+08:002023-02-19T14:42:25.661+08:00MEMAHAMI MAPROOM IRI UNTUK INFORMASI KLIMATOLOGI PERTANIAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-6-iGMUHTHOc/Wz5A2vGe6rI/AAAAAAAABqQ/UHjFLc6qS-ISJrRz5FBJGjemV4fIDZhoQCLcBGAs/s1600/gambar%2Bawal.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="696" data-original-width="1366" height="202" src="https://3.bp.blogspot.com/-6-iGMUHTHOc/Wz5A2vGe6rI/AAAAAAAABqQ/UHjFLc6qS-ISJrRz5FBJGjemV4fIDZhoQCLcBGAs/s400/gambar%2Bawal.png" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;">Gambar 1. Tampilan awal Maproom IRI tentang curah hujan</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><span style="text-align: justify;">Maproom merupakan </span><i style="text-align: justify;">data library tools</i><span style="text-align: justify;"> yang dikembangkan oleh IRI (</span><i style="text-align: justify;">International Research Institute for Climate and Society</i><span style="text-align: justify;">). Maproom ini sangat penting untuk mengolah berbagai </span><i style="text-align: justify;">data library</i><span style="text-align: justify;"> antara lain : </span></div><div style="text-align: justify;">
<ol>
<li><span class="fullpost">Gudang data (<i>data repository</i>) lebih dari 400 dataset dalam aspek karakteristik iklim</span></li>
<li><span class="fullpost">Alat pengolahan data (<i>data analysis tool</i>) untuk pengolahan data aritmatik yang mudah dan lebih sulit.</span></li>
<li><span class="fullpost">Alat visualisasi data (<i>data visualization tool</i>) untuk menampilkan data dalam bentuk time series, peta dan cross-section.</span></li>
<li><span class="fullpost">Sumber untuk mengunduh data (<i>data download resource</i>) untuk akses gratis beberapa data dalam format antara lain : txt, binary, melalui GIS dan lain-lain.<span><a name='more'></a></span></span></li>
</ol>
<span class="fullpost">Data library iklim dapat anda temukan di <a href="http://iridl.ldeo.columbia.edu/" target="_blank">sini</a>. </span><br />
<span class="fullpost">Maproom ini banyak sekali kegunaannya di antaranya dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik cuaca atau risiko iklim secara lebih rinci. Salah satunya dapat digunakan aplikatif di bidang pertanian misalnya untuk musim tanam. Termasuk juga prakiraan musiman untuk ambang kritis dan analisis trend. IRI Maproom dapat memvisualisasikan data iklim sebagai informasi pengelolaan pertanian. <a href="https://iri.columbia.edu/news/iri-to-develop-climate-adaptation-tools-to-help-farmers-in-south-and-southeast-asia/" target="_blank">IFAD (<i>International Fund for Agricultural Development</i>)</a> adalah sponsor utama beserta IRI untuk memberikan bantuan bagi petani di Indonesia, Laos dan Bangladesh dalam mengurangi kerentanan mereka terhadap resiko iklim. IFAD adalah lembaga khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mempunyai misi memberdayakan masyarakat miskin di pedesaan dengan tujuan menghapuskan kemiskinan. IFAD bergerak di bidang pertanian dengan dasar bahwa 75% penduduk miskin di dunia hidup di daerah terpencil dan sangat bergantung dengan aktivitas pertanian untuk mempertahankan hidupnya. Rangkaian maproom menyediakan informasi iklim dan alat pendukung pengambil keputusan yang memungkinkan petani mengelola lebih baik resiko yang berhubungan dengan variabilitas iklim dan perubahannya. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Langkah awal membuat kerangka pertanyaan yang perlu anda siapkan sebagai acuan sebelum melakukan analisis informasi iklim pertanian melalui maproom sebagai berikut :</span><br />
<ol>
<li><span class="fullpost">Bagaimanakah rata-rata siklus musiman curah hujan dan suhu di lokasi saya? </span></li>
<li><span class="fullpost">Apakah yang menyebabkan iklim bervariasi dari musim ke musim di lokasi saya?</span></li>
<li><span class="fullpost">Untuk musim dan lokasi yang dipilih, bagaimanakah karakteristik cuaca hariannya?</span></li>
<li><span class="fullpost">Untuk musim yang dipilih, bagaimana variasi curah hujannya di masa lalu?</span></li>
<li><span class="fullpost">Berapa probabilitas yang tidak/melebihi ambang batas tanaman tertentu, dengan data yang terakhir?</span></li>
<li><span class="fullpost">Bagaimanakah di masa lalu kejadian ENSO (<i>El Nino Southern Oscillation</i>)</span></li>
<li><span class="fullpost">Prakiraan musiman digunakan untuk menginformasikan keputusan saat masa kritis. </span></li>
</ol>
<span class="fullpost">Langkah awal menjalankannya dengan membuat rata-rata siklus musiman curah hujan dan suhu udara di lokasi tertentu (misalnya curah hujan di Kalimantan Selatan) melalui <a href="https://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Agriculture/IFAD/SouthAsia_Precip.html" target="_blank">link</a> berikut : </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Maproom memungkinkan user mengetahui karakteristik cuaca harian dari historis (curah hujan dan suhu udara). Data curah hujan didapatkan dari <a href="http://www.chikyu.ac.jp/precip/english/" target="_blank">APHRODITE</a> (<i>Asian Precipitation - Highly-Resolved Observational Data Integration Towards Evaluation</i>). Bukan cuma informasi curah hujan yang bisa didapatkan tetapi juga hari hujan (<i>raindays</i>), periode hari kering (<i>dry spell</i>) dan lain sebagainya.<div style="clear: both; text-align: justify;">
<br />
<b>A. Memahami karakteristik hujan</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Zoom peta lokasi yang anda inginkan, misalnya : Kalimantan Selatan. Maka anda dapat mencatat estimasi nilai rataan di lokasi anda (1951-2007) .Karakteristik hujan yang bisa didapatkan :</div>
<ol>
<li>Jumlah curah hujan (<i>total precipitation</i>)</li>
<li>Jumlah hari hujan (<i>number of wet days with more than 1 mm of rainfall or for a threshold of your choice</i>)</li>
<li>Periode hari kering (<i>number of the dry spells of 5 days or more or for a threshold of your choice</i>)</li>
<li>Rata-rata curah hujan (<i>the mean amount of rainfall falling on wet days).</i></li>
</ol>
Klik pada peta untuk mendapatkan lokasi yang spesifik<i>. </i>Maproom dapat menampilkan rangkaian waktu dari statistik yang dipilih. Sehingga dapat divisualisasikan variasinya tahun ke tahun dalam dataset (dapat didownload timeseries dalam format CSV dengan menempatkan kursor di atas panel timeseries). Berikut contoh zoom dengan titik koordinat tertentu di Kalimantan Selatan :<br />
<i></i><br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-IlLUTa8fr_A/Wv07NKpGp8I/AAAAAAAABpY/VkkHGJ6HpuUj1nyOfrl7rSG-shAt5tkOgCLcBGAs/s1600/maproom%2Bkalsel.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="813" data-original-width="1600" height="201" src="https://3.bp.blogspot.com/-IlLUTa8fr_A/Wv07NKpGp8I/AAAAAAAABpY/VkkHGJ6HpuUj1nyOfrl7rSG-shAt5tkOgCLcBGAs/s400/maproom%2Bkalsel.JPG" width="400" /> </a></div>
<div style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 2. Zoom maproom curah hujan IRI Kalimantan Selatan<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-vDsG0gwNRi8/W6rniZB8iuI/AAAAAAAABtQ/6_uLoe0mhHAbHOWQ_tCGSPy0xDKbP-jtwCLcBGAs/s1600/data%2Bhujan.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="936" data-original-width="471" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-vDsG0gwNRi8/W6rniZB8iuI/AAAAAAAABtQ/6_uLoe0mhHAbHOWQ_tCGSPy0xDKbP-jtwCLcBGAs/s320/data%2Bhujan.PNG" width="161" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 3. Contoh tampilan data dari APHRODITE di koordinat tertentu</div>
<br /></div>
<div style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="text-align: justify;">Dari data tersebut dapat disusun rata-rata, atau peluang 70% hujan per bulan di titik koordinat tertentu. Setelah disusun dalam suatu tabel dapat dilakukan analisis curah hujan.</span></div>
<div style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify;"><br /></span>
<span style="text-align: justify;">Analisis curah hujan dan hari hujan sebagai berikut :</span></div>
<span style="text-align: justify;"></span><br />
<ol style="text-align: left;"><span style="text-align: justify;">
<li>Pilih bulan-bulan yang memiliki hari hujan terbanyak di lokasi terpilih.</li>
<li>Jelaskan variasi tahunan curah hujan di lokasi terpilih. Membedakan musim hujan dan musim kemarau di lokasi tersebut. Berapa bulan musim hujan terjadi dan apakah lebih dari satu periode musim hujan tersebut?
</li>
<li>Berapa rata-rata curah hujan per tahun? (dalam milimeter).</li>
</span></ol>
<span style="text-align: justify;">
Grafik time series hujan tersebut dapat dihubungkan dengan persyaratan curah hujan untuk tanaman tertentu. Dapat ditentukan nilai ambang batas utama bagi kelangsungan hidup tanaman, dengan tak adanya irigasi. Apakah curah hujan tersebut telah mencukupi kebutuhan air tanaman? Dengan tidak adanya irigasi apakah ada nilai ambang batas kebutuhan air bagi tanaman? Pilihlah ambang batang tanaman tertentu dan catatlah ambang batas yang berlebih atau tidak berlebih di tahun tertentu.</span><br />
<span style="text-align: justify;"> </span><span style="text-align: justify;">
</span><br />
<span style="text-align: justify;">
<b>B. Memahami karakteristik suhu udara (temperatur)</b><br />
<br />
Analisis dilanjutkan dengan memahami karakteristik suhu udara di daerah tersebut. Analisis suhu udara sebagai berikut :</span><br />
<ol style="text-align: left;">
<li><div style="text-align: justify;">
Bulan apa saja yang : bulan terpanas, bulan terdingin dan suhu rata-rata (dalam derajat Celsius)?</div>
</li>
<li><div style="text-align: justify;">
Berapa kisaran musiman suhu rata-ratanya?</div>
</li>
<li><div style="text-align: justify;">
Berapa kisaran rata-rata suhu harian untuk bulan yang terpanas dan terdingin?</div>
</li>
<li><div style="text-align: justify;">
Bagaimana rentang suhu musiman dan suhu harian secara tertulis? Mana yang lebih besar, apakah rentang suhu harian bergantung pada suhu musiman?</div>
</li>
</ol>
Informasi ini dapat anda klik <a href="https://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Agriculture/IFAD/SouthAsia_Temp.html" target="_blank">di sini</a>. <br />
<ol style="text-align: left;">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?rinli=1&pli=1&blogID=54999233147383510" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"></a><a href="https://www.blogger.com/u/1/" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"></a><a href="https://4.bp.blogspot.com/-THbDe2pdlcE/XGTlNBfDZgI/AAAAAAAABwA/1IX-L2554fIBofGxAI3gvukr9bLEZ1VtwCLcBGAs/s1600/suhu%2BIFAD.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="781" data-original-width="1600" height="195" src="https://4.bp.blogspot.com/-THbDe2pdlcE/XGTlNBfDZgI/AAAAAAAABwA/1IX-L2554fIBofGxAI3gvukr9bLEZ1VtwCLcBGAs/s400/suhu%2BIFAD.PNG" width="400" /></a></ol>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 4. Tampilan awal Maproom IRI tentang suhu udara</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karakteristik suhu ini dapat menentukan tentang jumlah<i> hot/cold days</i> dan <i>number of growing/chilling degree days</i> melalui Maproom temperatur APHRODITE ini akan sangat berguna untuk menentukan tanaman yang ditanam. Informasi temperatur untuk tanaman yang akan tumbuh di daerah anda sebagai berikut :</div>
<ol style="text-align: left;">
<li>Menjelaskan statistik temperatur yang diinginkan (bila ada datanya) dan pada musim yang mana</li>
<li>Menggunakan maproom temperatur ini menyelidiki temperatur yang relevan</li>
<li>Mengidentifikasi ambang batas kritis temperatur untuk tanaman dan musim anda.</li>
</ol>
Membuat informasi tanaman utama di daerah anda berdasarkan dengan informasi curah hujan dan suhu udara di atas :<br />
<br />
Tabel 1.Jadwal tanaman, varietas dan musim/bulan <br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-DSj-aJFvkoA/XHiRMX-EKsI/AAAAAAAABww/Eke304Nhe2UUcLyQxNhz0LCLO6D5vFVwwCLcBGAs/s1600/tanaman.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="94" data-original-width="458" height="80" src="https://4.bp.blogspot.com/-DSj-aJFvkoA/XHiRMX-EKsI/AAAAAAAABww/Eke304Nhe2UUcLyQxNhz0LCLO6D5vFVwwCLcBGAs/s400/tanaman.PNG" width="400" /></a></div>
<br />
Menjelaskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama musim tanam (dari pemilihan benih, persiapan lahan sampai dengan pemanenan).<br />
<br />
Tabel 2. Kegiatan selama musim tanam<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-vFUpyumt_UQ/XISI_LDtZbI/AAAAAAAABxE/SNArjRXS_ykemfaZGPa-msINS_n10BjiACLcBGAs/s1600/tabel.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="193" data-original-width="524" height="146" src="https://3.bp.blogspot.com/-vFUpyumt_UQ/XISI_LDtZbI/AAAAAAAABxE/SNArjRXS_ykemfaZGPa-msINS_n10BjiACLcBGAs/s400/tabel.JPG" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
<b>C. Memahami kondisi ENSO menggunakan peluang ENSO komposit </b><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Tujuannya untuk mengetahui bagaimana ENSO (<i>El Nino Southern Oscillations</i>) mempengaruhi daerah anda di masa lalu. Analisis menggunakan probabilitas hujan APHRODITE musiman (basah/<i>wet</i>, sedang/<i>middle</i> atau kering/<i>dry</i>) yang dihubungkan dengan data historis ENSO (El Nino, Normal atau La Nina) yang dibagi dalam 3 bagian (tercile). Dapat dilihat di Maproom "<i>Probabilistc ENSO Composites</i>" <a href="http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Agriculture/IFAD/ProbENSOComp.html?bbox=bb%3A113.633%3A-5.883%3A117.580%3A-0.621%3Abb" target="_blank">di sini</a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-ftnLi3vCRzY/XGpfdO4QVaI/AAAAAAAABwY/JZsxSengqwsmD7-KLOCbOuqzfDOfL0rrACLcBGAs/s1600/enso.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="833" data-original-width="1600" height="207" src="https://2.bp.blogspot.com/-ftnLi3vCRzY/XGpfdO4QVaI/AAAAAAAABwY/JZsxSengqwsmD7-KLOCbOuqzfDOfL0rrACLcBGAs/s400/enso.PNG" width="400" /></a></div>
<div style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 5. Tercile probabilitas hujan yang dihubungkan dengan ENSO di Kalimantan Selatan</div>
<div style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="clear: both; text-align: justify;">
Peta menampilkan rata-rata kondisi ENSO berdasarkan peristiwa di masa lampau (1951-2007). Pilih musim yang dikehendaki dan zoom ke daerah anda (Gambar 5). Tempat kursor diletakkan di atas peta tersebut untuk melihat pilihan fase ENSO di atas peta. </div>
<div style="clear: both; text-align: justify;">
<ol>
<li>Pilih Tercile Kering, katagori El Nino dan "Seasonal Average" untuk karakteristik curah hujan musiman. Peta akan menampilkan kondisi El Nino rata-rata masa lalu Apabila nilai 1 tertulis pada tercile, berarti peristiwa El Nino masa lampau tersebut adalah anomali kering. Apabila nilainya 0,5 artinya hanya 50% yang anomali kering. Melalui mengharapkan contoh tahun terakhir yang acak, kita mengharapkan 1/3 jatuh ke dalam katagori tercile terkecil, sehingga peluang 0,5 dapat memrepresentasikan dan probabilitas yang diharapkan. </li>
<li>Cobalah hal yang sama pada musim yang berbeda. Musim manakah yang mempunyai resiko kekeringan yang tertinggi. Di lokasi manakah El Nino terkait dengan resiko paling kecil "kekeringan".</li>
<li>Lanjutkan dengan fase La Nina. Musim manakah yang dapat dihubungkan dengan peningkatan resiko "banjir" tertinggi saat fase La Nina.</li>
<li>Interpretasikan berapa besarnya resiko kekeringan dan banjir tersebut pada lokasi dan tanaman yang ingin anda tanam. Apakah nilainya sesuai dengan harapan dan pengalaman, bila ya faktor apa yang bisa menjelaskannya?</li>
</ol>
</div>
<div style="text-align: justify;">
ENSO dapat berdampak pada katagori hujan musiman (<i>tercile</i>) pada skala yang lebih besar karena sifat dari ENSO yang dipengaruhi oleh atmosfer <i>(teleconection atmosphere</i>), kemungkinan melebihi/tidak melebihi jumlah curah hujan tertentu (misalnya 2 mm/ hari) yang kemungkinan menunjukkan banyak variasi lokal yang lebih besar. Aspek ini dapat ditelusuri melalui memilih jumlah ambang batas curah hujan di wilayah anda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Contoh : Suatu ketika BMKG menerbitkan peringatan El Nino, maka pemerintah telah membentuk satuan tugas menanggulanginya. Dengan dukungan <i>data library tool</i>s ini anda di dalam satuan kerja tersebut dapat membuat risiko iklim sektor pertanian, melalui kumpulan langkah dan pertanyaan-pertanyaan di atas, disertai peta dan data pendukung <i>data library.</i></div>
<br />
<b>D. Memahami prakiraan iklim musiman</b><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Prakiraan akan sangat berguna untuk dapat memberikan peringatan dini terhadap kondisi yang merugikan beberapa bulan ke depan. Prakiraan Prakiraan musim yang dapat anda gunakan antara lain prakiraan dari BMKG disertai dengan prakiraan iklim musiman dari IRI. Prakiraan ini diantaranya dapat diakses pada tab <i>Probabilistic Seasonal Forecast. </i>Prakiraan yang dapat kita peroleh berupa prakiraan 3 bulanan ke depan. Zoom ke daerah anda dan jawablah beberapa pertanyaan sebagai berikut :</div>
<ol>
<li><div style="text-align: justify;">
<a href="https://www.blogger.com/u/1/" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"></a>Apakah 3 bulan ke depan cenderung sangat basah ataupun kering? (<i>Are the next 3 months likely to be unusually wet or dry?</i>)/ peluang musim akan jatuh ketiga terendah atau tertinggi dalam rekaman histori.</div>
</li>
<li><div style="text-align: justify;">
Apakah 3 bulan ke depan cenderung sangat basah ataupun kering? (<i>Are the next 3 months likely to be exceptionally wet or dry?</i>)/ peluang musim akan jatuh terendah atau tertinggi 15% dari rekaman histori.</div>
</li>
<li><div style="text-align: justify;">
Apakah ada kemungkinan kondisi sangat basah atau kering terus berlanjut atau akan berakhir? (<i>Is it likely that unusually wet or dry conditions will end?/ Is it likely that unusually wet or dry conditions will continue?)</i></div>
</li>
</ol>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-WbxvfAUEJuo/XGpcBxfqm7I/AAAAAAAABwM/rX3XuNH3ZKMMf_ByGtpIG1eQHLelNEsMQCLcBGAs/s1600/forecast.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="754" data-original-width="1600" height="186" src="https://4.bp.blogspot.com/-WbxvfAUEJuo/XGpcBxfqm7I/AAAAAAAABwM/rX3XuNH3ZKMMf_ByGtpIG1eQHLelNEsMQCLcBGAs/s400/forecast.PNG" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 6. Melihat forecast hujan tiga bulanan</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-6fkfnrw4IYA/XGpsKrDaO9I/AAAAAAAABwk/zoyHlIdKSO070fXiB3fEKOG5ofuPtXg2QCLcBGAs/s1600/unusual.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="814" data-original-width="1600" height="202" src="https://1.bp.blogspot.com/-6fkfnrw4IYA/XGpsKrDaO9I/AAAAAAAABwk/zoyHlIdKSO070fXiB3fEKOG5ofuPtXg2QCLcBGAs/s400/unusual.PNG" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 7. Melihat kemungkinan kondisi basah atau kering</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Untuk mengetahui kemampuan prakiraan iklim musiman dapat dilakukan dengan membuka maproom IRI "<i>How well can we predict seasonal climate</i>". Membuat matriks resiko untuk tanaman utama :</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tabel 3. Matriks resiko tanaman </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-oGkwrGoEFio/XISY_XSgGDI/AAAAAAAABxQ/e3pIO7J7Ckw0B4p64pvil6HhheloqsZcwCLcBGAs/s1600/tabel2.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="188" data-original-width="664" height="112" src="https://4.bp.blogspot.com/-oGkwrGoEFio/XISY_XSgGDI/AAAAAAAABxQ/e3pIO7J7Ckw0B4p64pvil6HhheloqsZcwCLcBGAs/s400/tabel2.JPG" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Semua informasi di atas dapat menjadi acuan bagi pihak berwenang dan petani untuk memanajemen resiko iklim. Manajemen di lapangan akan meminimalisir resiko iklim (khususnya kejadian kekeringan dan banjir) bila dengan arahan yang tepat, diharapkan menghasilkan produksi panen yang diinginkan.</div>
<br />
<b>Catatan :</b><br />
Ucapan terima kasih kepada bapak Akhmad Faqih, PhD dan Mr. Andrew W. Robertson, PhD yang telah memberikan bimbingan secara langsung tentang pengolahan maproom IRI.<br />
<br />
<b>Bahan bacaan :</b><br />
<br />
http://www.un-spider.org/sites/default/files/Tufa%20Dinku_International%20Research%20Institute%20for%20Climate%20and%20Society.pdf diakses 01 Maret 2019.<br />
<br />
https://iri.columbia.edu/news/iri-to-develop-climate-adaptation-tools-to-help-farmers-in-south-and-southeast-asia/ diakses 11 Maret 2019.<br />
<br />
Blumenthal, M., Bell, M., del Corral, J., Cousin, R., & Khomyakov, I. 2014. <i><a href="http://sci-hub.tw/https://doi.org/10.1186/2194-6434-1-19#">IRI Data Library</a>: <a href="http://sci-hub.tw/https://doi.org/10.1186/2194-6434-1-19#">enhancing accessibility of climate knowledge. Earth Perspectives</a>, 1(1), 19.</i> doi:<a href="http://sci-hub.tw/https://doi.org/10.1186/2194-6434-1-19#">10.1186</a>/2194-6434-1-19<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<br />
<br />
<br /></div>
ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-12668976217369398062018-09-26T12:14:00.004+08:002024-03-05T14:18:12.164+08:00EFISIENSI PENGGUNAAN AIR (WATER-USE EFFECIENCY) PADA TANAMAN <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;"><span style="color: black; font-family: inherit;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-ugNB8SCxH-s/W6rrmMykSAI/AAAAAAAABtc/D224dHCDkQ4qnRlULP2v51nV--SOaqomQCLcBGAs/s1600/4196_evo_resources_resource_image_369_original.gif" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="369" data-original-width="402" height="292" src="https://3.bp.blogspot.com/-ugNB8SCxH-s/W6rrmMykSAI/AAAAAAAABtc/D224dHCDkQ4qnRlULP2v51nV--SOaqomQCLcBGAs/s320/4196_evo_resources_resource_image_369_original.gif" width="320" /></a></span></div><div style="text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both;">Gambar 1. Deskripsi proses transpirasi</div><div><br /></div><span style="color: black; text-align: justify;"></span></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: inherit;">Air merupakan salah satu bahan yang penting dan sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Chang (1968) menyatakan air adalah :</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<ol>
<li><span style="color: black; font-family: inherit;">Unsur penting dalam fisiologis tanaman</span></li>
<li><span style="color: black; font-family: inherit;">Bahan reaksi dalam fotosintesis dan proses hidrolisa</span></li>
<li><span style="color: black; font-family: inherit;">Bahan pelarut garam, gula dan larutan lainnya yang bergerak dari satu sel ke sel lainnya dan dari satu bagian ke bagian lain tanaman</span></li>
<li><span style="color: black; font-family: inherit;">Unsur penting pemeliharaan turgiditas tanaman yang diperlukan tanaman untuk perluasan sel dan pertumbuhan.<span><a name='more'></a></span></span></li>
</ol>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: inherit;"></span><br />
<span style="color: black; font-family: inherit;">Kekeringan adalah kejadian meteorologi berhubungan dengan tidak tersedianya air hujan untuk mengisi simpanan air tanah dan tersedianya energi untuk evaporasi dan transpirasi. Toleransi tanaman dalam menghadapi kekeringan lebih menggambarkan cara tanaman tersebut bereaksi bukan hanya kemampuan untuk bertahan. Salah satu pendekatannya melalui menghitung seberapa efesiensi penggunaan air. </span></div>
<br />
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: left; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Transpirasi adalah proses pengangkutan air yang berasal dari daerah perakaran (</span><i style="background-color: transparent; font-size: 16px; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: left; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">root zone</i><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: left; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">) suatu tanaman melalui jaringan perakaran air tersebut diangkut sampai daun dengan membawa CO2 dan menguap lagi ke atmosfer. Siang hari bagian stomata akan terbuka sehingga udara dapat masuk ke dalam daun melalui stomata membawa CO2 dan akn memperoleh karbohidrat yang kemudian hasil tersebut bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Saat stomata terbuka dan udara masuk, maka molekul air dari dalam daun keluar dan menguap lagi ke atmosfer. Peristiwa inilah yang dinamakan sebagai transpirasi. Evapotranspirasi adalah kombinasi dua proses, yakni evaporasi peristiwa kehilangan air dari permukaan tanah dan transpirasi.</span></span></span><br />
<span style="color: black;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: left; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><br /></span></span></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-oyA51RHyUTU/W6rs-9S40WI/AAAAAAAABto/lg6qtCJXnhcNtPMCWQCLavd9j8mOZOS1ACLcBGAs/s1600/Stomatal%252Btranspiration.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="960" height="240" src="https://4.bp.blogspot.com/-oyA51RHyUTU/W6rs-9S40WI/AAAAAAAABto/lg6qtCJXnhcNtPMCWQCLavd9j8mOZOS1ACLcBGAs/s320/Stomatal%252Btranspiration.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 2. Proses transpirasi di stomata</div>
<span style="color: black;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: left; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><br /></span></span></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-size: 16px; font-variant: normal; letter-spacing: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><span style="background-color: transparent; color: black; display: inline; float: none; font-family: inherit; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Toleransi tanaman dalam menghadapi cekaman kekeringan menggambarkan mekanisme tanaman tersebut bereaksi. Mekanisme tersebut diantaranya : (1) menghindari kekeringan dengan memperpendek siklus hidup,dormansi, konservasi air melalui morfologi dan anatomi daun, pengambilan akar yang efektif melalui morfologi dan anatomi akar (2) toleransi terhadap kekeringan dengan cara pemeliharaan tugor, pembentukan larutan pelindung dan enzim (3) meningkatkan efesiensi penggunaan air (Murdiarso, 1991). Tanaman yang toleran kekeringan akan menekan laju kehilangan air sehingga meningkatkan efesiensi penggunaannya.</span></span></span></span><br />
<span style="color: black;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-size: 16px; font-variant: normal; letter-spacing: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><b><i><u><sub><sup><strike><br /></strike></sup></sub></u></i></b></span>
<span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: left; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><span style="background-color: transparent; display: inline; float: none; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">WUE </span></span>(<i>Water-use efficiency</i>) adalah rasio akumulasi biomassa yang menyatakan asimilasi karbondioksida (A), jumlah biomassa tanaman (B), maupun hasil gabah tanaman terhadap air yang dikonsumsi (G), yang dinyatakan sebagai transpirasi (T), evapotranspirasi (ET) atau jumlah air yang masuk ke dalam suatu sistem (I). Skala waktu yang dapat digunakan untuk menentukan WUE dapat berupa : insidental (i), harian (d) ataupun musiman (s), sehingga WUE ditulis secara simbolis sebagai fungsi ketiga variabel tersebut. Misalnya : WUE (A, T, i) untuk menentukan efesiensi penggunaan air sebagai rasio asimilasi CO2 untuk transpirasi pengamatan yang sesaat (Sinclair <i>et al</i>., 1983). </span></span><br />
<span style="color: black;"></span><span style="font-family: inherit;"></span><br />
<span style="color: black; font-family: inherit;">Efesiensi penggunaan air adalah nisbah antara produksi bahan kering yang dihasilkan dengan jumlah air yang digunakan tanaman.WUE sangat diperlukan dalam menentukan adaptasi suatu tanaman pada suatu daerah dengan air sebagai pembatas, baik di masa sekarang ataupun perubahannya di masa akan datang. Data WUE sangat bervariasi sehingga penyatuan dan pendekatan kuantitatif diperlukan untuk menganalisis dan memprediksi pada lingkungan yang berbeda (Xu dan Hsiao, 2004).</span><br />
<span style="color: black; font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="color: black; font-family: inherit;">WUE yang mengacu kepada rasio air yang digunakan dalam transpirasi, ada dua jenis yang sering digunakan yaitu :</span></div>
<ol>
<li><span style="color: black; font-family: inherit;">WUE fotosintesis (WUE intrinsik) yang didefinisikan sebagai rasio tingkat asimilasi karbon (fotosintesis) terhadap tingkat transpirasi.</span></li>
<li><span style="color: black; font-family: inherit;">WUE produktivitas (WUE integrasi) didefinisikan sebagai rasio biomassa yang dihasilkan terhadap tingkat transpirasi.</span></li>
</ol>
<span style="color: black; font-family: inherit;">Perhitungan penggunaan air dapat dilakukan dengan dua cara, yakni :</span><br />
<span style="color: black;"></span><span style="font-family: inherit;"></span><br />
<span style="color: black; font-family: inherit;">Cara agronomi yakni :</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-tWh22SOmgjM/WheZhVjeB5I/AAAAAAAABoc/9aFEF5WmJtkNGdmXInracqSfS00ejr9XgCLcBGAs/s1600/wue%2B%25282%2529.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: black; font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="123" data-original-width="656" height="56" src="https://2.bp.blogspot.com/-tWh22SOmgjM/WheZhVjeB5I/AAAAAAAABoc/9aFEF5WmJtkNGdmXInracqSfS00ejr9XgCLcBGAs/s320/wue%2B%25282%2529.png" width="320" /></span></a></div>
<div style="clear: both; text-align: left;">
<span style="color: black; font-family: inherit;">Cara fisiologi :</span></div>
<ol style="text-align: left;"><div style="text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-_FBSEXJHlnU/Whea8Ce2k8I/AAAAAAAABow/2v3-JnN_EZ46mgc5JrbOBqPgIRT8ZDrTgCLcBGAs/s1600/wue%2B%25284%2529.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: black; font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="154" data-original-width="661" height="73" src="https://3.bp.blogspot.com/-_FBSEXJHlnU/Whea8Ce2k8I/AAAAAAAABow/2v3-JnN_EZ46mgc5JrbOBqPgIRT8ZDrTgCLcBGAs/s320/wue%2B%25284%2529.png" width="320" /></span></a></div>
</ol>
<div style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: inherit;">Dimana : </span></div>
<span style="color: black;"></span><span style="font-family: inherit;"></span><br />
<div style="text-align: center;">
<span style="color: black; font-family: inherit;"> Pn = Pg - R</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: black;"></span><span style="font-family: inherit;"></span><br /></div>
<span style="color: black;"></span><span style="font-family: inherit;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: inherit;">Dimana Pn adalah laju fotosintesis neto dan Pg adalah laju fotosintesis bruto dan R adalah respirasi. Yd sering diartikan sebagai produksi ekonomis (Y) dimana :</span></div>
<span style="color: black;"></span><span style="font-family: inherit;"></span><br />
<div style="text-align: center;">
<span style="color: black; font-family: inherit;">Y = Yd x HI</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: black;"></span><span style="font-family: inherit;"></span><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: inherit;">HI (Harvest Index) bervariasi tergantung dari varietas tanaman. Produksi ekonomis per satuan transpirasi. Y/Er lebih baik dibandingkan dibandingkan per satuan evaporasi total Y/E. </span><br />
<span style="color: black; font-family: inherit;"><br /></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-lbtgHnvIrFA/W6r08CEB6wI/AAAAAAAABt0/ObUUmBzD6144FOA42FZ1Kl5q6x2HRftnwCLcBGAs/s1600/wue.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="61" data-original-width="150" src="https://3.bp.blogspot.com/-lbtgHnvIrFA/W6r08CEB6wI/AAAAAAAABt0/ObUUmBzD6144FOA42FZ1Kl5q6x2HRftnwCLcBGAs/s1600/wue.PNG" /></a></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: inherit;">Perubahan WUE dapat juga ditunjukkan melalui melalui praktek di lapangan melalui komponen neraca energi di permukaan yaitu :</span></div>
<span style="color: black;"></span><span style="font-family: inherit;"></span><br />
<div style="text-align: center;">
<span style="color: black; font-family: inherit;">ET = Rn - G - H - P</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: black;"></span><span style="font-family: inherit;"></span><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: inherit;">Dimana ET adalah evapotranspirasi, Rn adalah radiasi neto, G adalah fluks bahang tanah (<i>soil heat flux</i>), H adalah fluks bahang terasa (<i>sensible heat fluks</i>) dan P adalah fluks fotosintesis. Praktek pengelolaan tanah tanah mempengaruhi WUE melalui perubahan pada pertukaran energi (Rn, G dan H) serta melalui efesiensi fotosintesis (P) yang akan mempengaruhi neraca air di dalam tanah selama musim tanam.</span><br />
<br />
<span style="color: black; font-family: inherit;">Dalam suatu sistem pertanian tanah hujan, WUE terkait erat dengan curah hujan efektif karena merupakan satu-satunya sumber air. Efesiensi penggunaan curah hujan adalah ukuran dari biomassa atau hasil panen yang dihasilkan per kenaikan curah hujan sedangkan WUE berdasarkan dari evapotranspirasi.</span><br />
<span style="color: black; font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="color: black; font-family: inherit;">Menurut Dorenbos dan Kassam (1979) defisit air untuk tanaman dan cekaman air (<i>water stress</i>) berpengaruh pada evapotranspirasi tanaman dan hasilnya. Apabila keperluan air tanaman telah dipenuhi oleh lengas tanah (kadar air tanah) maka :</span><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
ETa = ETm</div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
Dimana ETa adalah evapotranspirasi aktual dan ETm adalah evapotranspirasi maksimum.<br />
<br />
Soemarno (2004) menyatakan bila persediaan air tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tanaman, evapotranspirasi aktual (ETa) akan menurun hingga di bawah evapotranspirasi maksimum (ETm). Saat kondisi ini berkembang stress air di dalam tanaman dan berpengaruh buruk bagi pertumbuhan dan hasil tanaman. Pengaruh intensitas dan waktu stress sangat penting dalam penjadwalan suplai air yang terbatas selama periode pertumbuhan dnan prioritas penggunaan suplai air pada tanaman selama masa perumbuhannya.<br />
<br />
Apabila lengas tanah tidak mencukupi maka ETa < ETm, selanjutnya Ya < Ym. Secara empirik hubungan tersebut dituliskan sebagai :<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-LaA4QqAjUhg/W6nlGb4WtPI/AAAAAAAABsk/Msgx_fD4BWgcw-d3WMcRfhpfcUUoSoJJACLcBGAs/s1600/formula.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="122" data-original-width="398" height="61" src="https://3.bp.blogspot.com/-LaA4QqAjUhg/W6nlGb4WtPI/AAAAAAAABsk/Msgx_fD4BWgcw-d3WMcRfhpfcUUoSoJJACLcBGAs/s200/formula.JPG" width="200" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<!--[if gte msEquation 12]><m:oMathPara><m:oMath><i
style='mso-bidi-font-style:normal'><span style='font-family:"Cambria Math",serif'><m:r>1-</m:r></span></i><m:f><m:fPr><span
style='font-family:"Cambria Math",serif;mso-ascii-font-family:"Cambria Math";
mso-hansi-font-family:"Cambria Math";font-style:italic;mso-bidi-font-style:
normal'><m:ctrlPr></m:ctrlPr></span></m:fPr><m:num><i style='mso-bidi-font-style:
normal'><span style='font-family:"Cambria Math",serif'><m:r>Ya</m:r></span></i></m:num><m:den><i
style='mso-bidi-font-style:normal'><span style='font-family:"Cambria Math",serif'><m:r>Ym</m:r></span></i></m:den></m:f><i
style='mso-bidi-font-style:normal'><span style='font-family:"Cambria Math",serif'><m:r>=</m:r><m:r>Ky</m:r><m:r>.(1-</m:r></span></i><m:f><m:fPr><span
style='font-family:"Cambria Math",serif;mso-ascii-font-family:"Cambria Math";
mso-hansi-font-family:"Cambria Math";font-style:italic;mso-bidi-font-style:
normal'><m:ctrlPr></m:ctrlPr></span></m:fPr><m:num><i style='mso-bidi-font-style:
normal'><span style='font-family:"Cambria Math",serif'><m:r>ETa</m:r></span></i></m:num><m:den><i
style='mso-bidi-font-style:normal'><span style='font-family:"Cambria Math",serif'><m:r>ETm</m:r></span></i></m:den></m:f><i
style='mso-bidi-font-style:normal'><span style='font-family:"Cambria Math",serif'><m:r>)</m:r></span></i></m:oMath></m:oMathPara><![endif]--><!--[if !msEquation]--><span face=""calibri" , sans-serif" style="font-size: 11pt; line-height: 107%;"><!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75"
coordsize="21600,21600" o:spt="75" o:preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe"
filled="f" stroked="f">
<v:stroke joinstyle="miter"/>
<v:formulas>
<v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"/>
<v:f eqn="sum @0 1 0"/>
<v:f eqn="sum 0 0 @1"/>
<v:f eqn="prod @2 1 2"/>
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"/>
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"/>
<v:f eqn="sum @0 0 1"/>
<v:f eqn="prod @6 1 2"/>
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"/>
<v:f eqn="sum @8 21600 0"/>
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"/>
<v:f eqn="sum @10 21600 0"/>
</v:formulas>
<v:path o:extrusionok="f" gradientshapeok="t" o:connecttype="rect"/>
<o:lock v:ext="edit" aspectratio="t"/>
</v:shapetype><v:shape id="_x0000_i1025" type="#_x0000_t75" style='width:118.5pt;
height:25.5pt'>
<v:imagedata src="file:///C:/Users/BMKG/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.png"
o:title="" chromakey="white"/>
</v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]--></span><!--[endif]--><o:p>Dimana Ky adalah faktor respons hasil (<i>yield responce factor</i>), Ya adalah hasil aktual, Ym adalah hasil maksimum.</o:p><br />
<o:p></o:p><br />
<o:p>Nisbah pengurangan <span style="background-color: transparent; color: black; display: inline; float: none; font-family: "times new roman"; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">evapotranspirasi</span> :</o:p><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-WZe0xS9UB9g/W6ns-HMXGWI/AAAAAAAABs8/sPFnRltQDx4WrUlWOM0P8mXwnsfSCp6LgCEwYBhgL/s1600/ET.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="105" data-original-width="396" height="52" src="https://3.bp.blogspot.com/-WZe0xS9UB9g/W6ns-HMXGWI/AAAAAAAABs8/sPFnRltQDx4WrUlWOM0P8mXwnsfSCp6LgCEwYBhgL/s200/ET.JPG" width="200" /></a></div>
<o:p></o:p><br />
<o:p></o:p><br />
<o:p>Nisbah pengurangan produksi :</o:p><br />
<o:p><br /></o:p>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-3gecP5dhz48/W6ntmD-_QkI/AAAAAAAABtE/lBoUTc5q6Ac4tqeMknZBKlDfUy3I7siCACLcBGAs/s1600/Ym.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="91" data-original-width="366" height="49" src="https://2.bp.blogspot.com/-3gecP5dhz48/W6ntmD-_QkI/AAAAAAAABtE/lBoUTc5q6Ac4tqeMknZBKlDfUy3I7siCACLcBGAs/s200/Ym.JPG" width="200" /></a></div>
<o:p></o:p><br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-tLaBLm5uUkY/W6nrmztdN4I/AAAAAAAABsw/0Sl-Ya5HxvQsLyeMJggK5R1sus4KZRAHwCLcBGAs/s1600/rumus.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="141" data-original-width="768" height="58" src="https://3.bp.blogspot.com/-tLaBLm5uUkY/W6nrmztdN4I/AAAAAAAABsw/0Sl-Ya5HxvQsLyeMJggK5R1sus4KZRAHwCLcBGAs/s320/rumus.JPG" width="320" /></a><br />
<br /></div>
Tanaman menunjukan respons berbeda terhadap defisit air. Beberapa tanaman akan tejadi peningkatan WUE sedangkan pada tanaman lain menurun dengan defisit air. Umumnya tanaman sangat peka terhadap defisit air selama awal pertumbuhannya, pembungaan dan awal fase pembentukan hasil (Soemarno, 2004).</div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"></span><span style="font-family: inherit;"></span><br /></div>
<span style="color: black; font-family: inherit;"><b>Daftar Pustaka</b></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: inherit;"><br />Chang JH. 1968. <i>Climate and Agriculture an Ecological Survey</i>. Chicago. Aldine Publishing Company.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Doorenbos J and Kassam. 1979.<i> Yield Response to Water : Irrigation and Drainage Paper</i> No. 33. FAO. Rome.<br />
<br />
Murdiyarso, D. 1991. Kebutuhan Air Tanaman dalam Kapita Selekta dalam Agrometeorologi. Ditjen Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sinclair TR, Tanner CB and Bennet JM. 1983. <i>Water-use efficiency in crop production</i>. BioScience 34 (1) : 36-40.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Soemarno. 2014. Pengeloaan Air Tanah bagi Tanaman. Materi Kuliah Manajemen Sumber Daya Air. Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya. Malang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Xu LK and Hsiao TC. 2004. <i>Predicted versus measured photosynthetic water-use efficiency of crop stands under dynamically changing field environments</i>. J Exp Bot 55(407) : 2395-2411</div>
<h1 style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: black; font-family: arial, helvetica, clean, sans-serif; font-size: 1.4em; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: bold; letter-spacing: normal; line-height: 1.25em; margin: 0.5em 0px; orphans: 2; text-align: left; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
</h1>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<span style="color: black;"></span><span style="font-family: inherit;"></span><br />
<span style="color: black;"></span><span style="font-family: inherit;"></span><br />
<span class="fullpost">
</span></div>
ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-61065449588610156042018-08-07T15:13:00.002+08:002023-02-19T14:42:54.565+08:00PERANAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) BAGI IKLIM MIKRO DI BANJARBARU<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: inherit;">Pemerintah
Kota Banjarbaru sedang menggiatkan pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH), ruang
terbuka yang didominasi tanaman dan tumbuhan. Pembangunan taman dipenuhi
vegetasi asri beserta fasilitas bersantai maupun berolahraga, jalur hijau,
kebun ataupun pelestarian hutan kota. RTH berguna sebagai daya tarik kunjungan
pariwisata, tempat keluarga berlibur, menciptakan kenyamanan dan memperindah
estetika yang asri menuju kota berkarakter. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang menyebutkan jumlah RTH di setiap kota minimal 30 persen dari
luas kota. Maka pemerintah Banjarbaru menggalakkan pembangunan RTH, salah
satunya pembangunan RTH Taman Syariah di depan masjid Al Munawwarah dan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>akan membangun <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>di kelurahan Komet Jalan Panglima Batur. Dari
segi sosial, keuntungan ruang terbuka hijau telah banyak diketahui masyarakat,
tetapi sedikit yang tahu kegunaan dari segi fisik di antaranya iklim mikro. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-SWvoYIEDv1w/W2k8aneBKiI/AAAAAAAABqc/ifQCDBBGwfYSM23YaNkLn-s1wLbLGHCUACLcBGAs/s1600/ruang-terbuka-hijau-di-masjid-agung-al-munawarah-banjarbaru_20170904_212157.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="393" data-original-width="700" height="179" src="https://4.bp.blogspot.com/-SWvoYIEDv1w/W2k8aneBKiI/AAAAAAAABqc/ifQCDBBGwfYSM23YaNkLn-s1wLbLGHCUACLcBGAs/s320/ruang-terbuka-hijau-di-masjid-agung-al-munawarah-banjarbaru_20170904_212157.jpg" width="320" /> </a></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;">Gambar 1. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Masjid Al Munawwarah Trikora </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div><span><a name='more'></a></span>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: inherit;">Iklim mikro
berhubungan erat dengan dinamika iklim skala kecil di sekitar permukaan tanah
sampai tajuk tanaman. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Lapisan atmosfer
di dekat permukaan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>berhubungan erat
dengan berbagai aktivitas kehidupan kita. Berbagai proses iklim mikro terjadi di
permukaan bumi di antaranya transfer radiasi matahari, pergerakan massa uap
air, neraca energi,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>respirasi dan
fotosintesis. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Aliran yang membawa
sifat-sifat atmosfer baik secara vertikal maupun horizontal, yaitu pergerakan
massa udara, penguapan dan pemanasan atmosfer dan tanah. RTH bagian iklim mikro
yang sangat berguna dari sisi ekologis. RTH dapat menahan angin kencang,
memperbaiki iklim mikro, dengan penghijauan dan vegetasi akan menyebabkan pergerakan
udara yang lebih baik, suhu udara lebih sejuk, mengurangi polutan, mengurangi
karbondioksida serta memproduksi oksigen. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-0JlHVjcnAy0/W2k_NPq4muI/AAAAAAAABqo/YYqEKOe8dZkY8hoClygLWxqFGXVyBP9WACLcBGAs/s1600/RTH.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="374" data-original-width="542" height="220" src="https://4.bp.blogspot.com/-0JlHVjcnAy0/W2k_NPq4muI/AAAAAAAABqo/YYqEKOe8dZkY8hoClygLWxqFGXVyBP9WACLcBGAs/s320/RTH.png" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: inherit;">Gambar 2. Contoh Ruang Terbuka Hijau</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<span style="font-family: inherit;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Pengaruh RTH terhadap pergerakan massa udara</b></span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: inherit;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"> </b>
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: inherit;">RTH dapat
membantu menahan angin kencang. Angin membawa massa udara, ketika melewati
permukaan akan mengalami transfer momentum. Di lapisan atmosfer dekat permukaan
tanah, gaya karena kekasapan (kekasaran) permukaan akan mempengaruhi <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>gerakan udara yang terjadi di atasnya dan
massa udara mempengaruhi karakteristik permukaan di bawahnya. Tingkat kekasapan
memberikan pengaruh profil vertikal kecepatan angin. Tingkat kekasapan yang
tinggi terjadi di suatu vegetasi dekat permukaan tanah seperti halnya di RTH. Kecepatan
angin meningkat terhadap ketinggian secara logaritmik dan mendekati nol di
dekat permukaan. Di lahan gundul, suhu, kecepatan angin dan tekanan uap sangat
cepat meningkat sehingga turbulensi atau golakan angin akan semakin cepat. Sedangkan
di daerah yang bervegetasi unsur-unsur tersebut akan berlangsung lambat
sehingga turbulensi lebih lambat pula. Massa udara akan diserap permukaan
tanaman, terjadi tahanan permukaan sehingga kecepatan angin berkurang. Hal ini
menjelaskan mengapa di daerah yang vegetasi sedikit cenderung mudah terjadi
kejadian angin kencang. RTH dapat menahan angin (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">wind barrier</i>), menurut Hakim dan Utomo (2004) dapat mengurangi
kecepatan angin 75 sampai 80 persennya. Pengaturan tanaman yang tepat dapat mengurangi
kecepatannya serta sebagai pemecah angin. Tanaman pohon dikombinasikan dengan
semak dapat digunakan menggantikan bangunan yang dapat mengganggu pergerakan
angin. RTH memegang peranan penting terhadap pergerakan massa udara terutama di
lapisan atmosfer dekat permukaan tanah atau lapisan perbatas (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">boundary layer</i>).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-nj1tPLiw-So/W2lEwIgk8_I/AAAAAAAABrY/1ODw2Zd-mB4xWfFLqJeIwYmX2JUxM-7PgCLcBGAs/s1600/Atmospheric-boundary-layer-curve-chart-of-different-landforms.ppm.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="850" height="188" src="https://3.bp.blogspot.com/-nj1tPLiw-So/W2lEwIgk8_I/AAAAAAAABrY/1ODw2Zd-mB4xWfFLqJeIwYmX2JUxM-7PgCLcBGAs/s320/Atmospheric-boundary-layer-curve-chart-of-different-landforms.ppm.png" width="320" /> </a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 3 Lapisan perbatas (boundary layer) hubungannya dengan kecepatan angin</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-yDcWDh4HVNg/W2lCC8RcRQI/AAAAAAAABrA/V1CjQ-EGKPM98cCyvEy3haQ8TcN9bDkcQCLcBGAs/s1600/TIN093_design.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="250" data-original-width="548" height="181" src="https://3.bp.blogspot.com/-yDcWDh4HVNg/W2lCC8RcRQI/AAAAAAAABrA/V1CjQ-EGKPM98cCyvEy3haQ8TcN9bDkcQCLcBGAs/s400/TIN093_design.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: inherit;">Gambar 4. Mekanisme vegetasi menahan angin kencang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<span style="font-family: inherit;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Pengaruh RTH terhadap suhu di permukaan</b></span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: inherit;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"> </b></span>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: inherit;">Suhu
lingkungan berbeda pada berbagai tipe permukaan. Pemanasan dan pendinginan
lahan dipengaruhi oleh tipe tutupan lahan. Suhu pada siang hari di daerah bervegetasi,
misalnya hutan akan jauh lebih rendah dibandingkan di lahan yang gundul.
Penerimaan radiasi matahari akan rendah di daerah vegetasi yang lebat
disebabkan oleh energi radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi akan
berkurang, lebih banyak diserap, dipantulkan dan diserap oleh gas dan aerosol
di atmosfer. Di daerah hutan Pinus Banjarbaru tempat yang mempunyai suhu udara
yang lebih sejuk dan nyaman. Menurut Krisdianto dan kawan-kawan (2012), keberadaan
hutan Pinus tersebut menyebabkan efek yang mendinginkan udara (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">cooling effect</i>), menurunkan indeks suhu
kelembaban 6 sampai 7 derajat Celsius. Sebaliknya di daerah lahan yang gundul
suhu lingkungan akan lebih tinggi. Penerimaan dan penyerapan radiasi matahari lebih
berkurang di lahan terdegradasi. Proses ini disebabkan turbiditas,
ketidaktembusan cahaya pada atmosfer yang disebabkan gas dan aerosol (debu dan
uap air) atau kemampuan suatu tajuk mengurangi energi matahari yang masuk. Di
hutan kota atau RTH, turbiditas atmosfer tinggi sehingga penerimaan radiasi di
wilayah tersebut akan berkurang, naungan yang dapat menguranginya. RTH
menggunakan energi untuk transpirasi sehingga suhu lebih rendah dan kelembaban
lebih tinggi. RTH berperan penting mengurangi efek UHI (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Urban Heat Island</i>) yang menyebabkan kota lebih panas daripada
daerah sekitarnya. Keberadaan RTH dapat menurunkan suhu dan meningkatkan
kelembaban udara demi menciptakan kenyamanan termal.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-hpPzfm8BnV0/W2lFps3DroI/AAAAAAAABrg/HxGFMmXPXk8NXOjznkIjFCxle74cOsTHQCLcBGAs/s1600/UrbanHeatIsland.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="576" data-original-width="1024" height="180" src="https://2.bp.blogspot.com/-hpPzfm8BnV0/W2lFps3DroI/AAAAAAAABrg/HxGFMmXPXk8NXOjznkIjFCxle74cOsTHQCLcBGAs/s320/UrbanHeatIsland.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 5. Pengaruh UHI</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: inherit;"> <b style="mso-bidi-font-weight: normal;"> </b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: inherit;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Pengaruh
RTH terhadap ketersediaan air dan polutan </b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: inherit;"></span><span style="font-family: inherit;">RTH dapat mereduksi
dan menyerap polutan. Ia mampu menyerap karbondioksida melalui fotosintesis.
Karbon di dalam suatu ekosistem hutan akan tersimpan dalam bentuk biomassa. RTH
juga meredam kebisingan dan filter bagi polutan partikulat serta debu. Menurut
Ruslan dan Rahmad (2012), diprakirakan total Karbondioksida yang dapat diserap dari
hutan kota di Banjarbaru sebesar 446.024,91 ton/ tahun. Melalui proses
evapotranspirasi suatu hutan kota juga dapat menjaga<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>keserasian dan kelestarian ekosistem, serta
meningkatkan sumber daya air yang optimal. Saat musim hujan menghindari banjir
dan musim kemarau mencegah kekeringan. </span>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: inherit;">Tanaman atau
vegetasi tertentu dapat memperbaiki kualitas lingkungan dengan menyerap gas-gas
polutan tertentu dan menjerap aerosol (debu). Polutan misalnya partikulat PM10
yang secara rutin diobservasi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>BMKG
apabila melebihi standar mutunya dapat memicu tingkat polutan membahayakan
manusia. Monitoring maupun informasi kualitas udara berupa konsentrasi polutan
dan unsur cuaca udara ambien di perkotaan sangat penting. Pergerakan angin berguna
dalam proses pengurangan zat emisi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>di
udara. Penggunaan tanaman lanskap tertentu yang tepat dapat mengurangi tingkat
polutan di udara sekitarnya. Tingkat toleransi tanaman berbeda-beda terhadap
polusi udara. Tanaman dan vegetasi yang tepat dapat digunakan sebagai
bioindikator polusi.<span style="font-size: 11pt; line-height: 115%;"> Mengingat pentingnya Ruang Terbuka Hijau maka
sepatutnya warga kota Banjarbaru terus menjaganya. Di dalamnya hendaknya
berisikan tanaman ciri khas daerah kita dan perlu perencanaan serta perancangan
yang tepat. Keberadaannya menjadi penambah kualitas lingkungan, budaya dan
iklim mikro bagi kota Banjarbaru.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: 11pt; line-height: 115%;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-WXgRrXuWEyU/W2lDJre5kfI/AAAAAAAABrM/VhBIjTk8-Kclywx_GF_HUKFAn-ClNH1IwCLcBGAs/s1600/Climatic-effects-of-tropical-deforestation-on-water-balance-boundary-layer-fluxes-and.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="366" data-original-width="504" height="232" src="https://1.bp.blogspot.com/-WXgRrXuWEyU/W2lDJre5kfI/AAAAAAAABrM/VhBIjTk8-Kclywx_GF_HUKFAn-ClNH1IwCLcBGAs/s320/Climatic-effects-of-tropical-deforestation-on-water-balance-boundary-layer-fluxes-and.png" width="320" /> </a></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: 11pt; line-height: 115%;">Gambar 6. Pengaruh keberadaan vegetasi terhadap unsur cuaca di daerah tertentu </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: 11pt; line-height: 115%;">(1) Bervegetasi (2) Gundul </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-kWdLqfyy8Us/W2lA0ucRJpI/AAAAAAAABq0/dZI0Ze46LicGuEXThblp0a8VV2ZyMI94QCLcBGAs/s1600/FKH_008_02.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1131" data-original-width="1600" height="282" src="https://1.bp.blogspot.com/-kWdLqfyy8Us/W2lA0ucRJpI/AAAAAAAABq0/dZI0Ze46LicGuEXThblp0a8VV2ZyMI94QCLcBGAs/s400/FKH_008_02.jpg" width="400" /> </a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 7. Contoh juara lomba desain Ruang Terbuka Hijau (RTH) Banjarbaru</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
Bahan bacaan :<br />
<br />
Hakim dan Utomo. 2004. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Bumi Aksara. Jakarta.<br />
<br />
Krisdianto, Soemarno, Udiansyah, Bagyo Januwiadi. 2012. Standing carbon in an urban green space and its contribution to the reduction of the thermal discomfort index: a case study in the City of Banjarbaru, Indonesia. International Journal of Scientific and Research Publications, 2 (4). April 2012.<br />
<br />
<span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: transparent; display: inline; float: none; font-size: 14.86px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: -37.79px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><span style="color: black; font-family: inherit;">Ruslan, M dan Rahmad, B. 2012. Kajian Ruang Terbuka Hijau dalam Rangka
Pembentukan Hutan Kota di Banjarbaru. Jurnal Hutan Tropis 13 (1).</span></span><b style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: transparent; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"></b><i style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: transparent; font-size: 16px; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"></i><u style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: transparent; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-decoration: underline; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"></u><sub style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: transparent; font-size: 11.06px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"></sub><sup style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: transparent; font-size: 11.06px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"></sup><strike style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: transparent; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-decoration: line-through; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"></strike><br />
<b></b><i></i><u></u><sub></sub><sup></sup><strike></strike><span style="font-family: inherit;"></span><span style="color: black;"></span><br />
<b></b><i></i><u></u><sub></sub><sup></sup><strike></strike><br />
<br />
<span style="font-family: inherit;">
</span><!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}
</style>
<![endif]--><span style="font-family: inherit;"><span class="fullpost">
</span></span></div>
ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-87551365711347667932017-08-24T15:55:00.004+08:002023-06-24T15:01:01.725+08:00SUMBER INFORMASI HUJAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , serif; font-size: 100%;">Curah hujan adalah merupakan informasi yang sangat penting. Hal ini dikarenakan air untuk :</span><span style="font-family: "georgia" , serif;"> </span><br />
<ul>
<li><span style="font-family: "georgia" , serif;">Sumber air bersih</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "georgia" , serif;">Mempunyai pengaruh yang besar bagi kehidupan manusia. Seperti halnya kejadian bencana berupa : kekeringan, banjir, dan lain-lain.</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "georgia" , serif;">Bagian yang penting dari sirkulasi atmosfer dan interaksi udara-lautan, atmosfer-daratan. Yakni peristiwa : konveksi, siklus air, fluks air bersih dan kelembapan tanah.</span></li>
</ul>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Oleh karena itu informasi evaluasi dan prakiraan curah hujan sangat berguna. Keragaman (variasi) curah hujan di wilayah kita sangat nyata, sedangkan unsur-unsur iklim lain tak berfluktuasi secara nyata sepanjang tahun. Curah hujan merupakan faktor pembatas yang paling penting di daerah tropis. </span><span style="font-family: georgia, "times new roman", serif;">Presipitasi adalah turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi, yang bisa berupa hujan, hujan salju, kabut, embun dan hujan es. Di tempat kita yang merupakan daerah tropis, hujan memberikan sumbangan paling besar sehingga hujan yang dianggap sebagai sumber utama presipitasi.</span></div><div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Informasi hujan bisa <span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">didapatkan dengan berbagai cara<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">.</span></span></span></span><span style="font-family: "georgia" , serif; font-size: 100%;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> </span>Sumber informasi hujan bisa didapatkan melalui :</span></div>
<div style="font-family: Georgia, serif; font-size: 100%; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
1. Pengukuran penakar hujan</div>
<div style="font-family: Georgia, serif; font-size: 100%; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
2. Observasi radar</div>
<div style="font-family: Georgia, serif; font-size: 100%; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
3. Prakiraan melalui satelit</div>
<div style="font-family: Georgia, serif; font-size: 100%; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
4. Forecast/ simulasi dengan menggunakan model numerik</div><span><a name='more'></a></span>
<div style="font-family: georgia, serif; font-size: 100%; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
<div style="font-style: normal;">
<b>Ad. 1 Penakar hujan</b></div>
<div style="font-style: normal; font-weight: normal;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="font-style: normal;">
Penakar hujan ada bermacam-macam, dari yang sederhana sampai dengan yang otomatis.</div>
<div style="font-style: normal;">
<br /></div>
Penakar hujan yang paling sederhana adalah penakar hujan obs, seperti yang tampak pada gambar. Penakar hujan ini termasuk tipe penakar hujan <i>non recording</i> (tidak mencatat sendiri). Untuk mengukur curah hujan di penakar hujan ini dilakukan secara manual oleh pengamat dengan melihat tinggi air curah hujan yang dipindahkan dari penakarnya ke gelas ukur. Mengukur curah hujan dalam periode selama 24 jam.</div>
<div style="font-style: normal; font-weight: normal;">
<br /></div>
<div style="font-style: normal; font-weight: normal;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-style: normal; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-KrPUhu2SMrQ/UD9H75Qd9rI/AAAAAAAABGc/Yl41_XtO1DI/s1600/penakar.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://3.bp.blogspot.com/-KrPUhu2SMrQ/UD9H75Qd9rI/AAAAAAAABGc/Yl41_XtO1DI/s1600/penakar.jpg" /></a></div>
</div>
<div style="font-family: georgia, serif; font-size: 100%; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
<div style="font-style: normal; text-align: center;">
Gambar 1. Penakar hujan obs</div>
<div style="font-style: normal;">
<br /></div>
<div style="font-style: normal;">
Penakar hujan hellman</div>
<div style="font-style: normal;">
<br /></div>
<div style="font-style: normal; text-align: justify;">
Penakar hujan Hellman adalah merupakan salah satu jenis penakar hujan recording (mencatat sendiri) melalui grafik yang dituliskan pena di kertas pias. Penggantian pias dilakukan pada jam 07.00 waktu setempat. Data yang dihasilkan dari alat ini adalah : waktu terjadinya hujan (jam), intensitas curah hujan (mm/menit) atau (mm/menit) dan jumlah curah hujan (mm). Jangka waktu rekamnya harian, jam pias digerakkan dengan per, pena diberi tinta catridge, di dalamnya terdapat pelampung yang bergerak naik-turun ketika hujan menggerakkan pena.</div>
<div style="font-style: normal;">
<br /></div>
<div style="font-style: normal;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-style: normal; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-fIza-YiGUWM/Upa7y-pk9YI/AAAAAAAABaI/zcbC4SWGAdc/s1600/penakar-hujan-hellman.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://4.bp.blogspot.com/-fIza-YiGUWM/Upa7y-pk9YI/AAAAAAAABaI/zcbC4SWGAdc/s200/penakar-hujan-hellman.JPG" width="150" /></a></div>
<div style="clear: both; font-style: normal; text-align: center;">
Gambar 2. Penakar hujan Hellman</div>
<div style="font-style: normal;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penakar hujan yang lebih canggih diantaranya adalah penakar hujan <i style="font-style: normal;">Tipping Bucket</i>. <span style="font-size: 100%;">Biasanya digunakan pada ARG (<i>Automatic Rain Gauge</i>), stasiun cuaca otomatis (AWS/ <i>Automatic Weather Station</i>) ataupun AAWS (<i>Automatic Agroclimate and Weather Station</i>). Sifat datanya berupa digital. Gerakan dua bejana yang terdapat di dalam alat dikarenakan curah hujan maka bejana (<i style="font-style: normal;">bucket</i>) akan saling berjungkit, terjadi pulsa elektrik dan menghasilkan keluaran berupa nilai curah hujan. Nilai curah hujannya dapat dilihat pada display monitor.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-style: normal; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-pFKh591CH6A/UYG-rFQNhUI/AAAAAAAABQg/pThT0VeKiXU/s1600/tipping+bucket.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://2.bp.blogspot.com/-pFKh591CH6A/UYG-rFQNhUI/AAAAAAAABQg/pThT0VeKiXU/s200/tipping+bucket.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="clear: both; font-style: normal; text-align: center;">
Gambar 3. Penakar hujan Tipping Bucket</div>
<div style="font-style: normal;">
<br /></div>
<div style="font-style: normal;">
<br /></div>
</div>
<div style="font-family: Georgia, serif; font-size: 100%; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
Penakar hujan mempunyai kelebihan dan kekurangan. <br />
Kelebihannya adalah :</div>
<div>
<ul>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "georgia" , serif;">Pengukuran curah hujan dilakukan secara langsung, artinya pengamat melihat hasil pengukuran secara langsung.</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "georgia" , serif;">Pengukurannya relatif akurat dan teliti.</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "georgia" , serif;">Mencakup daerah sekitar alat.</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "georgia" , serif;">Pencatatan datanya dilakukan langsung (lapangan).</span></li>
</ul>
<div>
<span style="font-family: "georgia" , serif;">Kelemahannya :</span></div>
<div>
<ul>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "georgia" , serif;">Jaringannya jarang di negara berkembang, jumlahnya di negara berkembang cenderung sedikit.</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "georgia" , serif;">Tidak efesien untuk representasi secara spasial.</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "georgia" , serif;">Efek angin yang dapat menahan hujan (terutama saat terjadi salju turun di daerah lintang sedang)</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "georgia" , serif;">Distribusi stasiun titik-titiknya terletak tidak teratur. </span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , serif;">Menurut Ping Ping Xie (2011) seorang pakar meteorologi NOAA di dalam WMO RA V <i>Training Course on Satellite Applications for Meteorology and Climatology</i> 2011 </span><br />
<br />
<span style="font-family: "georgia" , serif;"><b>Ad. 2 Observasi radar cuaca</b></span></div>
<div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: center;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-ALhd2w0Z2OU/V7eoJTRPbTI/AAAAAAAABgk/V4sp4h1-YeMFIFPKSzQ4_Fu9WoWQmEtpQCLcB/s1600/radar.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-ALhd2w0Z2OU/V7eoJTRPbTI/AAAAAAAABgk/V4sp4h1-YeMFIFPKSzQ4_Fu9WoWQmEtpQCLcB/s320/radar.jpg" width="210" /></a></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
Gambar 4. Radar Cuaca </div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-RyHjT9B1D5M/UD9LO4VBgNI/AAAAAAAABGw/kfA_wr28YHM/s1600/40024585.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br /></a><span style="font-family: "georgia" , serif;"> </span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , serif;"><span lang="id"><span title="The wave reaches the rain droplets and is reflected back to the radar">Radar mengirimkan gelombang elektromagnetik, yang mencapai tetesan hujan dan dipantulkan kembali ke radar. Radar menghitung waktu yang diperlukan bagi sinyal untuk dikirimkan kembali dan menghitung seberapa jauh hujan itu terjadi. Radar menghitung intensitas dari sinyal yang terefleksi untuk mengetahui besarnya intensitas hujan.</span></span></span><br />
<span style="font-family: "georgia" , serif;"><span lang="id"><span title="The wave reaches the rain droplets and is reflected back to the radar"><br /></span></span></span>
<span style="font-family: "georgia" , serif;"><span lang="id"><span title="The wave reaches the rain droplets and is reflected back to the radar">Citra radar cuaca menggambarkan potensi intensitas curah hujan yang dideteksi oleh radar cuaca. Pengukuran intensitas curah (presipitasi) oleh radar cuaca berdasarkan seberapa besar pancaran energi yang dipantulkan kembali oleh butiran-butiran air di dalam awan dan digambarkan dengan produk Reflektifitas yang mempunyai besaran satuan dBZ (decibel).</span></span></span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-ASbSN-qSUXs/VLfngk_AGaI/AAAAAAAABbk/9yKoTiRbHB8/s1600/altAv-Da_NDzdDShl_Y72CyFG30e8aOibCDBd30Uv6ZjeFo.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://3.bp.blogspot.com/-ASbSN-qSUXs/VLfngk_AGaI/AAAAAAAABbk/9yKoTiRbHB8/s1600/altAv-Da_NDzdDShl_Y72CyFG30e8aOibCDBd30Uv6ZjeFo.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Gambar 5. Contoh citra radar cuaca di Kalimantan Selatan<span style="font-family: "georgia" , serif;"> </span></div>
<br />
<span style="font-family: "georgia" , serif;">Kelebihan :</span></div>
<ul>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "georgia" , serif;">Estimasi curah hujan berasal dari butiran-butiran air curah hujan dari pengamatan radar cuaca</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "georgia" , serif;">Sebuah radar cuaca cakupannya dapat meliputi areal 200-300 km.</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "georgia" , serif;">Gabungan beberapa radar dapat membentuk peta radar </span></li>
</ul>
<span style="font-family: "georgia" , serif;">Kekurangan :</span></div>
<div>
<ul>
<li><span style="font-family: "georgia" , serif;">Hanya bisa di daerah yang mempunyai pasokan listrik</span></li>
<li><span style="font-family: "georgia" , serif;">Ketidakpastian hubungan Z-R untuk prakiraan kuantitatif.</span></li>
<li><span style="font-family: "georgia" , serif;">Adanya blokade topografi (pegunungan)</span></li>
<li><span style="font-family: "georgia" , serif;">Adanya echo dari bukan objek radar</span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , serif;">Radar cuaca apabila dibandingkan dengan satelit memiliki resolusi spasial yang tinggi akan tetapi memiliki keterbatasan cakupan area. Sedangkan satelit memiliki keterbatasan resolusi waktu dan spasial akan tetapi memiliki cakupan area yang luas.</span></div>
<ul>
</ul>
<br />
<span style="font-family: "georgia" , serif;"><b>Ad. 3 Satelit</b> </span><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , serif;">Satelit meteorologi dapat menyediakan data hujan dengan lebih baik dengan sebaran/ cakupan yang lebih baik dan dengan disertai penggabungan beberapa jenis satelit dan dengan data dari pos pengamatan hujan dalam suatu model iklim akan lebih mampu meningkatkan keakurasian dan kestabilan data yang dihasilkan oleh satelit meteorologi (Xie dan Arki, 1996). </span></div>
</div>
<div>
<span style="font-family: "georgia" , serif;"><br /></span></div>
<div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , serif;">Berikut ini dengan beberapa satelit meteorologi melalui </span><span style="font-family: "georgia" , serif;"><span style="font-family: "georgia" , serif;">dataset </span>curah hujan resolusi tinggi didapatkan dari :</span>
</div>
<ol>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-family: "georgia" , serif;"><a href="http://trmm.gsfc.nasa.gov/">TRMM</a> (<i>Tropical Rainfall Measuring Mission</i>) dan GPM (<i>Global Preciptation Measurement</i>) </span></span></li>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">
</span>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-family: "georgia" , serif;"><a href="http://chrs.web.uci.edu/research/satellite_precipitation/activities00.html">PERSIAN</a>N (</span><span style="font-family: "georgia" , serif;"><i>Precipitation Estimation from Remotely Sensed Information using Artificial Neural Networks</i>)</span></span></li>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">
</span>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-family: "georgia" , serif;"><a href="http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/janowiak/cmorph_description.html">CMORPH </a>(</span><i>CPC MORPHing technique</i>) </span></li>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">
</span>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><a href="http://www.chikyu.ac.jp/precip/">APHRODITE</a> (<i>Asian Precipitation Highly Resolved Observational Data Integration Towards Evaluation</i>). </span></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "georgia" , serif;"><u><b>TRMM dan GPM</b></u></span><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , serif;">TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission) adalah merupakan misi antara NASA (<i>National Aeronautics and Space Administration</i>) dan JAXA (<i>Japan Aerospace Exploration Agency</i>) untuk mengukur curah hujan di wilayah tropis.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "georgia" , serif;">Satelit TRMM diluncurkan pada tanggal 27 November 1997 pada jam 6:27
pagi waktu Jepang dan dibawa oleh roket H-II di pusat stasiun peluncuran
roket milik JAXA di Tanegashima-Jepang, berorbit polar
(non-sunsynchronous) dengan inklinasi sebesar 35º terhadap ekuator,
berada pada ketinggian orbit 350 km (pada saat-saat awal diluncurkan),
dan diubah ketinggian orbitnya menjadi 403 km sejak 24 Agustus 2001
sampai sekarang. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , serif;">Data dari TRMM dapat dijadikan data altenatif dalam menggantikan data curah hujan observasi yang biasanya terbatas dan tak selalu kontinyu. TRMM datanya dapat diunduh secara gratis, praktis dan selalu update dalam mencatat curah hujan di suatu wilayah. </span><br />
<span style="font-family: "georgia" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-family: "georgia" , serif;">TRMM mempunyai 5 macam sensor yaitu :</span></span><br />
<ol><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">
</span>
<li><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">PR (Precipitation Radar)</span></li>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">
</span>
<li><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">TMI (TRMM Microwave Imager)</span></li>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">
</span>
<li><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">VIRS (Visible Infrared Scanner)</span></li>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">
</span>
<li><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">CERES (Cloud and Earth's Radiant Energy System)</span></li>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">
</span>
<li><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">LIS (Lightning Imaging Sensor)</span></li>
</ol>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<ol>
</ol>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-7GScuvHnso8/U5tYQ01gH7I/AAAAAAAABa8/dicRGHXZpGA/s1600/p.gif" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://1.bp.blogspot.com/-7GScuvHnso8/U5tYQ01gH7I/AAAAAAAABa8/dicRGHXZpGA/s1600/p.gif" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Gambar 6 Sensor TRMM</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sumber : http://trmm.gsfc.nasa.gov/overview_dir/background.html/</span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 22.35pt;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 22.35pt;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , serif;">Instrumen utama dari TRMM untuk mengukur curah hujan adalah sensor <i>Presipitation radar</i> (PR), TRMM <i>Microwave Imager</i> (TMI) dan <i>Visible Infrared Scanner</i> (VIRS). Semua sensor tersebut dapat berfungsi sendiri-sendiri atau dikombinasikan. Data yang dikumpulkan diproses oleh satelit TRMM dengan menggunakan suatu model persamaan. Nilai inilah yang menjadi nilai estimasi curah hujan.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "georgia" , serif;">Contoh <span style="font-family: "georgia" , serif;">tampilan curah hujan dari TRMM :</span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-tgNlONdk6VE/WRFZxUjT6JI/AAAAAAAABj0/6DVcmngUEJcNfT30MySxzXRc7J7Xpj8UwCLcB/s1600/kalimantan_trmm_latest.png.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="247" src="https://1.bp.blogspot.com/-tgNlONdk6VE/WRFZxUjT6JI/AAAAAAAABj0/6DVcmngUEJcNfT30MySxzXRc7J7Xpj8UwCLcB/s320/kalimantan_trmm_latest.png.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; font-size: small;">Gambar 7 <span style="font-family: serif;">contoh tampilan data TRMM </span></span></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Sumber :http://wxmod.bppt.go.id/index.php/informasi-curah-hujan-trmm</span></span></div>
<span style="font-family: "georgia" , serif;"><span style="font-family: "georgia" , serif;"> </span> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , serif;">TRMM misinya berakhir pada tanggal 8 April 2015. Untuk informasi lebih lanjut dapat ditemukan di <a href="http://trmm.gsfc.nasa.gov/">http://trmm.gsfc.nasa.gov/</a>.</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , serif;">Pada perkembangan akhir-akhir ini, koleksi data dari TRMM dilanjutkan oleh<i> <a href="http://pmm.nasa.gov/gpm">Global Precipitation Measurement</a></i> (GPM). GPM dibangun berdasarkan keberhasilan dari TRMM, yang juga program bersama NASA-JAXA. diluncurkan pada 28 Februari 2014. </span><br />
<span style="font-family: "georgia" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , serif;">GPM memiliki kelebihan dibandingkan TRMM dengan hanya mempunyai dua instrumen dibandingkan dengan lima instrumen TRMM (yakni sebuah radar dan radiometer). Radiometer GPM mempunyai jangkauan frekuensi yang lebih luas dibandingkan dengan TRMM (13 channel dibandingkan dengan 9 channel), sehingga memungkinkan GPM mengukur intensitas curah hujan dengan data petakan yang lebih luas</span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-family: "georgia" , serif;"> </span>(Smith <i>et al</i>., 2007)</span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-cr93UAE8YBY/WRFYATzllzI/AAAAAAAABjg/bfAaRX6tDVoPb7LwHhwehINStV-S3wOfgCLcB/s1600/GPM%2BSwath%2BDiagram%2B2013_0.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="289" src="https://3.bp.blogspot.com/-cr93UAE8YBY/WRFYATzllzI/AAAAAAAABjg/bfAaRX6tDVoPb7LwHhwehINStV-S3wOfgCLcB/s320/GPM%2BSwath%2BDiagram%2B2013_0.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-family: "georgia" , serif;">Gambar 8 Gambaran sensor GPM</span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sumber : http://pmm.nasa.gov/gpm/</span></div>
<br />
<span style="font-family: "georgia" , serif;">Radar di GPM merupakan satu-satunya radar berfrekuensi ganda di luar angkasa yang mampu menciptakan profil 3D serta prakiraan intensitas curah hujan mulai dari hujan sampai dengan salju dan es.</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , serif;"><b>PERSIANN</b></span><br />
<span style="font-family: "georgia" , serif;"><b><br /></b></span>
<span style="font-family: "georgia" , serif;">PERSIANN (<i>Precipitation Estimation from Remotely Sensed Information using Artificial Neural Network</i>) adalah data curah hujan berbasiskan satelit dengan algoritma, </span><span style="font-family: georgia, serif;">estimasi curah hujan dengan menggunakan </span><i style="font-family: georgia, serif;">remote sensing. </i><span style="font-family: "georgia" , serif;">PERSIANN mempunyai prakiraan curah hujan harian dengan resolusi spasial 0,25 derajat dengan band lintangnya 6</span><span face=""arial" , sans-serif" style="background-color: white; color: #545454; font-size: x-small; line-height: 18.2px; text-align: left;">°S</span><span style="font-family: "georgia" , serif;">- 6</span><span face=""arial" , sans-serif" style="background-color: white; color: #545454; font-size: x-small; line-height: 18.2px; text-align: left;">°</span><span style="font-family: "georgia" , serif;">U dari kecerahan gambar IR dari satelit geostasioner<span style="font-family: "georgia" , serif;">. PERSIANN dikembangkan oleh CHRS (<i>Central of Hydrometeorology and Remote Sensing</i>) di University of California, Irvine (UCI) menggunakan prakiraan/ fungsi <i>neural network</i>. </span></span></div>
<span style="font-family: "georgia" , serif;"><br /></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-ccp6r5HmBC4/WRFKXMIdCtI/AAAAAAAABjQ/lIvnXhjVmfI1D4EA3R5VfhXJT9Pi_cgAwCLcB/s1600/PERSIANN_system_small.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="220" src="https://4.bp.blogspot.com/-ccp6r5HmBC4/WRFKXMIdCtI/AAAAAAAABjQ/lIvnXhjVmfI1D4EA3R5VfhXJT9Pi_cgAwCLcB/s320/PERSIANN_system_small.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Gambar 9 Diagram alir PERSIANN</span></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
</div>
</div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sumber : http://chrs.web.uci.edu/persiann/</span></div>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Contoh : gambar data curah hujan di Kalimantan bulan Oktober 2015. </span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-m2a1I0JEIIQ/WRFYpc72LSI/AAAAAAAABjo/mXiRixw3PsQPWMV2NwtXQUEE33spXWf2QCLcB/s1600/persian.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="219" src="https://1.bp.blogspot.com/-m2a1I0JEIIQ/WRFYpc72LSI/AAAAAAAABjo/mXiRixw3PsQPWMV2NwtXQUEE33spXWf2QCLcB/s320/persian.png" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 10 Contoh pengolahan data PERSIANN</div>
Sumber : http://chrsdata.eng.uci.edu/<br />
<b><br /></b>
<br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Data yang dapat didownload dari PERSIANN berupa data curah hujan <a href="ftp://persiann.eng.uci.edu/CHRSdata/PERSIANN/hrly">1 jam</a>, <a href="ftp://persiann.eng.uci.edu/CHRSdata/PERSIANN/3hrly">3 jam</a>, 6 jam, harian, bulanan dan tahunan. Informasi lebih lanjut dapat dilihat <a href="http://chrsdata.eng.uci.edu//">di sini.</a></span><br />
<b><br /></b>
<br />
<div style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; margin: 0px;">
<b><b>CMORPH</b></b></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">CMORPH <span style="font-family: "georgia" , serif;">(</span>CPC MORPHing technique) adalah teknik yang dikembangkan oleh NOAA untuk menduga besarnya curah hujan. CMORPH menghasilkan curah hujan global dengan resolusi spasial dan temporal yang tinggi. Teknik ini menggabungkan antara hujan estimasi yang dihasilkan oleh <i>passive microwave</i> dan pergerakan awan dari satelit <i>geostationary </i>yang berupa infrared 10.7 mikron saat ketinggian awan 4 m (Joyce <i>et al.,</i> 2004). CMORPH akan menghasilkan curah hujan global dengan resolusi spasial dan temporal yang tinggi sehingga diperlukan pendekatan dengan menggunakan teknik <i>downscaling</i>. Informasi tentang CMORPH dapat ditemukan di :</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/janowiak/cmorph_description.html/</span></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-EgwxzAILO4U/VTn6Gf4D9GI/AAAAAAAABeE/eN2xIZH1jr4/s1600/MODIS%2BKALTENG.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://2.bp.blogspot.com/-EgwxzAILO4U/VTn6Gf4D9GI/AAAAAAAABeE/eN2xIZH1jr4/s1600/MODIS%2BKALTENG.png" width="281" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 11 Contoh pengolahan data CMORPH</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
(Sumber : http://crk.iri.columbia.edu/fire/exercises/fire_BAHASA.pdf)<br />
<br />
<b>APHRODITE / </b><b>APHRODITE WATER RESOURCES</b><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">APHRODITE (<i>Asian Precipitation- Highly Resolved Observational Data Integration Towards Evaluation of the Water Resources</i>). APHODITE merupakan data curah hujan harian yang dihasilkan dari pengukuran penakar hujan dengan resolusi 0.5 x 0.5 dan 0.25 x 0.25. Kumpulan data curah hujan harian grid resolusi tinggi di Asia. Didapatkan dari 5000-12000 stasiun yang mewakili 2,3 sampai 4,5 kali data melalui GTS (Global Telecommunication System) yang biasanya digunakan untuk data grid curah hujan harian.</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">APHRODITE telah dikembangkan RIHN (<i>Research Institute for Humanity and Nature</i>) dan Badan Meteorologi Jepang (JMA) sejak tahun 2006. </span><span style="font-family: georgia, "times new roman", serif;">Informasi tentang APHRODITE bisa didapatkan </span><a href="http://www.chikyu.ac.jp/precip/scope/" style="font-family: georgia, "times new roman", serif;">di sini</a><span style="font-family: georgia, "times new roman", serif;">.</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<b style="text-align: left;">Sumber :</b></div>
<b><br /></b>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Jurnal :</span><br />
<span style="font-family: georgia, "times new roman", serif; text-align: justify;">Joyce, R. J., J. E. Janowiak, P. A. Arkin, and P. Xie, 2004.
CMORPH: A method that produces global precipitation estimates from passive microwave
and infrared data at high spatial and temporal resolution. </span><i style="font-family: georgia, "times new roman", serif; text-align: justify;"> J. Hydromet,</i><span style="font-family: georgia, "times new roman", serif; text-align: justify;"> 5 : 487-503.</span><br />
<div class="MainTitleSection" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; border-width: 0px; display: block; font-family: inherit; font-feature-settings: inherit; font-kerning: inherit; font-optical-sizing: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-variation-settings: inherit; font-weight: inherit; font: inherit; letter-spacing: 0.02em; line-height: 1.2; margin-bottom: 7px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 14px; margin: 14px 0px 7px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; outline: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 580px;" xmlns="">
<h1 class="ChapterTitle" lang="en" style="border-width: 0px; font-family: inherit; font-feature-settings: inherit; font-kerning: inherit; font-language-override: inherit; font-size-adjust: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-synthesis: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; letter-spacing: 0.02em; line-height: 1.2; margin: 7px 0px 14px; outline-width: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;" xmlns:xs="http://www.w3.org/2001/XMLSchema" xmlns:xsk="http://www.w3.org/1999/xhtml" xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml">
<span style="font-size: small;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Smith et. al. 2007. International Global Precipitation Measurement (GPM) Program and Mission: An Overview. <span class="Apple-style-span" style="line-height: 17px;"><a href="http://link.springer.com/book/10.1007/978-1-4020-5835-6" style="border-width: 0px; color: #0176c3; font-feature-settings: inherit; font-kerning: inherit; font-language-override: inherit; font-size-adjust: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-synthesis: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline-width: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; transition-duration: 0.2s; transition-property: all; transition-timing-function: ease-in-out; vertical-align: baseline;">Measuring Precipitation From Space</a></span></span></span></h1>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"></span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Xie, P., and P. A. Arkin, 1996: Analysis of Global Monthly Precipitation Using Gauge Observations, Satellite Estimates, and Numerical Model Prediction, J. Climate, 9, 840-858.</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Yagatai, A., O. Arakawa, K. Kamiguchi, H. Kawamoto, M. I. Nodzu, and A. Hamada. 2012. APHRODITE: Constructing a Long-Term Daily Gridded Precipitation Dataset for Asia Based on a Dense Network of Rain Gauges. Bulletin of the American Meteorological Society 93(9):1401-1415.</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; letter-spacing: 0.02em; line-height: 1.2; text-align: left;">Internet :</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://christinmori.blogspot.co.id/2013/06/penakar-hujan-type-hellman.html" style="font-family: georgia, "times new roman", serif; text-align: left;">http://christinmori.blogspot.co.id/2013/06/penakar-hujan-type-hellman.html</a><span style="font-family: georgia, "times new roman", serif; text-align: left;"> diakses tanggal 12 Desember 2015</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://iridl.ldeo.columbia.edu/SOURCES/.RIHN/.aphrodite/" style="font-family: georgia, "times new roman", serif;">http://iridl.ldeo.columbia.edu/SOURCES/.RIHN/.aphrodite/</a><span style="font-family: georgia, "times new roman", serif;"> diakses tanggal 12 Desember 2015</span></div>
</div>
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: georgia, "times new roman", serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://metkliminstrumen.blogspot.co.id/2010/04/penakar-hujan-observasi.html" style="font-family: georgia, "times new roman", serif;">http://metkliminstrumen.blogspot.co.id/2010/04/penakar-hujan-observasi.html</a><span style="font-family: georgia, "times new roman", serif;"> diakses tanggal 12 Desember 2015</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://wxmod.bppt.go.id/index.php/informasi-curah-hujan-trmm"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">http://wxmod.bppt.go.id/index.php/informasi-curah-hujan-trmm</span></a> diakses tanggal 9 Mei 2017.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<u>http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/janowiak/cmorph_description.html</u> diakses 24 Agustus 2017</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="text-align: left;">http://crk.iri.columbia.edu/fire/exercises/fire_BAHASA.pdf diakses 24 Agustus 2017.</span></div>
<span style="font-size: 100%;"><span class="fullpost" style="font-family: "georgia" , serif;"></span></span></div>
</div>
ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-19270463685573664322017-02-06T00:48:00.002+08:002023-02-19T14:46:03.953+08:00BANJARBARU MENUJU KOTA HIJAU (MEMBANGUN DENGAN PENDEKATAN KLIMATOLOGI PERKOTAAN)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: "times new roman", serif; font-size: 12pt;">Oleh
: Khairullah</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Mahasiswa Pasca Sarjana Klimatologi Terapan IPB asal
Kalimantan Selatan</span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Tahun kemarin Banjarbaru mendapatkan
penghargaan Adipura Kirana, penghargaan yang dititikberatkan kota yang mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi melalui perdagangan, wisata dan investasi
berbasis pengelolaan lingkungan hidup. Langkah yang maju bagi Banjarbaru menuju
kota yang bersih, hijau dan sehat, tentu banyak tantangan yang dihadapi.
Membangun suatu kota tidak hanya membangun sumber daya manusia saja tetapi
perlu membangun fisiknya. Pembangunan fisik penting karena kota terdapat
pemusatan penduduk dengan berbagai jenis kegiatan ekonomi, sosial budaya dan
administrasi pemerintahan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-v7EnItiSs9o/WJdKGZWJVvI/AAAAAAAABiY/OmjRnH6Q8ysL8-hHlkONmshO0zWStPHvACLcB/s1600/BJB.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="258" src="https://4.bp.blogspot.com/-v7EnItiSs9o/WJdKGZWJVvI/AAAAAAAABiY/OmjRnH6Q8ysL8-hHlkONmshO0zWStPHvACLcB/s320/BJB.jpg" width="320" /></a></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Gambar 1. Peta Banjarbaru</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1cm;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Di
dalam konsep Klimatologi Perkotaan (Urban Klimatologi), permasalahan di kota karena
pembangunan sangat besar akan membawa perubahan di permukaan bumi. Persoalan
sumber daya air, pencemaran yang berdampak pada kesehatan, kebisingan yang
tinggi, menurunnya kenyamanan termal dan perubahan iklim di kota. Ada suatu
fenomena “pulau panas perkotaan” atau UHI (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Urban
Heat Island</i>), sebutan kecenderungan suatu kota temperaturnya lebih panas dibanding
daerah pinggiran di sekitarnya, dengan perbedaan temperatur pada malam hari
lebih tinggi daripada siang hari. Pembangunan di kota membuat vegetasi alami
digantikan permukaan vegetasi yang sulit untuk berevaporasi dan bertranspirasi
misalnya logam, aspal dan beton. Banyak gedung di kota besar dibangun dengan
material yang menyerap panas dan menyimpan panas, menyebabkan aliran angin
tidak lancar cenderung menghalangi aliran angin. Seharusnya panas yang
tersimpan dapat menghilang secara alami saat malam hari tetapi gedung
menghalanginya, menyebabkan kontrasnya radiasi permukaan dan suhu perkotaan
antara kota dan pinggiran di sekitarnya. Panas buangan akibat penggunaan energi
dan transportasi juga kontributor terbesar. Ketika pusat penduduk berkembang,
mereka cenderung mengalih guna lahan lebih luas lagi sehingga mengalami
peningkatan suhu permukaan tanah. Peristiwa ini mirip peristiwa <i style="mso-bidi-font-style: normal;">global warming</i> secara lokal dan
kebanyakan terjadi di kota-kota besar di dunia, tetapi anehnya tidak terjadi di
sub urban sekitarnya. Penyebab utama fenomena ini dari dampak aktivitas manusia
(antropogenik) dan populasinya yang terus meningkat. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<br /></div><span><a name='more'></a></span>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;"> </span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-5HflN-zbuXc/WJYAlGJvmjI/AAAAAAAABhY/I1u4YV_gU3AZ3erT3B2lgd0MbTQvpaciwCLcB/s1600/Urban_heat_island_Celsius.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="178" src="https://3.bp.blogspot.com/-5HflN-zbuXc/WJYAlGJvmjI/AAAAAAAABhY/I1u4YV_gU3AZ3erT3B2lgd0MbTQvpaciwCLcB/s320/Urban_heat_island_Celsius.png" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Gambar 2. Profil suhu udara UHI</span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: center; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-wFG0A5_MFso/WJYAmXyg5cI/AAAAAAAABhc/7LsjFETB8_EIIFl3Bt-nX4i7UKI-pwmKgCLcB/s1600/urban-heat-island-8-638.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://4.bp.blogspot.com/-wFG0A5_MFso/WJYAmXyg5cI/AAAAAAAABhc/7LsjFETB8_EIIFl3Bt-nX4i7UKI-pwmKgCLcB/s320/urban-heat-island-8-638.jpg" width="320" /></a></span> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;"> Gambar 3. Mekanisme terjadinya UHI </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1cm;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Kota Banjarbaru menuju ibukota Kalimantan Selatan</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Kota
Banjarbaru sejak rencana pemindahan ibukota dari Banjarmasin ke Banjarbaru,
mengalami perkembangan pesat dan meningkat populasinya. Sensus penduduk tahun
2000 dan 2010 menunjukkan laju pertumbuhan penduduk Banjarbaru sebesar 4,88%
menurut BPS Banjarbaru. Angka tersebut lebih tinggi daripada laju pertumbuhan
rata-rata Kalimantan Selatan 1,98%. Menurut Ruslan dan Rahmad (2012),
pemindahan perkantoran pemerintahan provinsi Kalimantan Selatan ke kota
Banjarbaru menyebabkan peningkatan pemadatan (pembangunan tanah kosong) dan
peningkatan intensitas penduduk. Pengembangan kawasan pemukiman, peningkatan
jumlah penduduk akan berdampak pada perubahan penggunaan lahan disertai
aktivitasnya seperti halnya peningkatan kendaraan bermotor yang meningkatkan
emisi gas buang. Kalau tidak mengantisipasi fenomena UHI tersebut bisa jadi <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>masalah di kota Banjarbaru saat terjadi pembangunan
yang pesat tanpa mengindahkan lingkungan diiringi suhu udara terus meningkat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Van Der Pijl arsitek Kota Banjarbaru</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Menurut
sejarahnya, Banjarbaru dibangun awalnya bukan cuma untuk ibukota Kalimantan
Selatan tapi untuk ibukota Kalimantan. Menurut Aufa dan Anhar (2012), kota
Banjarbaru merupakan rancangan arsitek kelahiran Belanda bernama Dirk Andries
Willem Van der Pijl. Tahun 1953, dr. Murjani gubernur Kalimantan dibantu oleh
Van der Pijl merencanakan “Gunung Apam” sebagai ibukota dengan terlebih dulu merancang
pembangunan perkantoran. Taman-taman seperti halnya taman Van der Pijl dan
taman Idaman serta beberapa taman lainnya di kota Banjarbaru diiringi dengan
beberapa jenis tanaman telah dirancang. Beliau telah merancang Banjarbaru
sebagai fungsi pemerintahan, perindustrian, perumahan dan perniagaan dengan
baik menjadi kawasan yang nyaman.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: center; text-indent: 36pt;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-M8wfea2jq-M/WJYBIgfQ1pI/AAAAAAAABhk/AalNqgQyJyUT1SQOhNyKZgiD-SX9Tz2yACLcB/s1600/ananda_van-der-pijl-muda-sebelum-hijrah-ke-indonesia.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://3.bp.blogspot.com/-M8wfea2jq-M/WJYBIgfQ1pI/AAAAAAAABhk/AalNqgQyJyUT1SQOhNyKZgiD-SX9Tz2yACLcB/s320/ananda_van-der-pijl-muda-sebelum-hijrah-ke-indonesia.jpg" width="196" /></a><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Gambar 4. </span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Dirk Andries
Willem Van der Pijl (1901-1974)</span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
</span><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;"><span style="color: red;"></span></span><br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Smart Green City</span></i></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;"> untuk Banjarbaru</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Kota hijau adalah konsep pembangunan
kota berkelanjutan dan ramah lingkungan dengan strategi pembangunan seimbang
antara pertumbuhan ekonomi, kehidupan sosial dan perlindungan lingkungan
sehingga kota jadi tempat yang layak huni. Hal ini dapat sebagai solusi masalah
di atas. Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) dengan melakukan penataan ruang
yang baik berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang disebut
konsep <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Smart Green City Planning</i>. Kota
hijau (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">smart green city</i>) adalah kota
yang memanfaatkan secara efektif dan efisien sumber daya air dan energi,
mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan
lingkungan, dan menyinergikan lingkungan alami dan buatan. Indikator suatu kota
hijau untuk Banjarbaru dengan beberapa aspek yaitu : perencanaan dan rancangan
hijau (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">green planning and design</i>),
ruang terbuka hijau (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">green open space</i>),
pengelolaan sampah hijau (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">green waste</i>),
transportasi hijau (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">green transportation</i>),
manajemen air hijau (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">green water</i>),
energi hijau (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">green energy</i>), bangunan
hijau (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">green building</i>) dan komunitas
hijau (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">green community</i>).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;"></span><br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;"><a href="https://2.bp.blogspot.com/-sGreB4hO_-E/WJYCmbQsATI/AAAAAAAABh4/ZJOzP4CAjQgdhPso-iufOuegLbbCRh9XgCLcB/s1600/8%2BAspek%2BKota%2BHijau.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="310" src="https://2.bp.blogspot.com/-sGreB4hO_-E/WJYCmbQsATI/AAAAAAAABh4/ZJOzP4CAjQgdhPso-iufOuegLbbCRh9XgCLcB/s320/8%2BAspek%2BKota%2BHijau.png" width="320" /></a></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Gambar 5. 8 unsur kota h<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">ijau</span></span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"> </span></span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Perencanaan dan rancangan hijau (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">green planning and design</i>) merupakan
perwujudan rencana tata ruang dan rancang kota yang berbasis lingkungan hidup
serta menciptakan biofisik kawasan sebagai penyangga ekologis. Penyusunannya harus
dilaksanakan terus menerus serta sinergis antara perencanaan, pemanfaatan maupun
pengendalian pemanfaatan ruang. Pemerintah kota Banjarbaru harus menciptakan keadaan
fisik kota yang estetik, atraktif dan populasi yang seimbang di Banjarbaru
Utara, Banjarbaru Selatan, Cempaka, Landasan Ulin maupun Liang Anggang. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Ruang terbuka hijau (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">green open space</i>) berdasarkan UU No. 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, setiap wilayah kota harus menyediakan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) paling tidak sebesar 30% dari luas wilayah. Ruang terbuka
hijau mempunyai fungsi ekologis selain fungsi estetika, arsitektur, sosial dan
ekonomi. Ruang terbuka hijau mampu mengameliorasi iklim selain menurunkan suhu
udara juga dapat meningkatkan kelembaban udara. Krisdianto dan kawan-kawan
(2012) mengusulkan vegetasi Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) Hutan
Pinus (Tusam) untuk andalan di <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Banjarbaru karena dapat mengendalikan iklim
mikro dan mereduksi suhu udara sebagai peneduh. Ruslan dan Rahmad (2012) menyarankan
tanaman Angsana dan Tanjung di RTH Banjarbaru penyerap emisi Karbondioksida (CO<sub>2</sub>).
Widiastuti (2013) mengajukan ide kota ekologis dengan pengelolaan taman kota
dan jalur hijau sebagai ruang publik. Asy’ari (2008) menyatakan di jalur hijau
wilayah perkotaan Banjarbaru perlu penambahan tumbuh-tumbuhan yang alamiah atau
dibudidayakan. Hutan kota adalah vegetasi yang menciptakan kualitas lingkungan
nyaman, mampu menyerap debu dan kebisingan. Tanaman yang dipilih vegetasi
peneduh, pereduksi polusi ataupun keadaan kurang mendukung dan tanaman langka khas
dari Banjarbaru. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-998SpuGUPZg/WJdK7vk_n9I/AAAAAAAABig/9PE16Rq9Rn8HH7qAGLSui6_HnC078rrXwCLcB/s1600/Wisata%2BHutan%2BKota%2BMentaos%2B524566.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="214" src="https://2.bp.blogspot.com/-998SpuGUPZg/WJdK7vk_n9I/AAAAAAAABig/9PE16Rq9Rn8HH7qAGLSui6_HnC078rrXwCLcB/s320/Wisata%2BHutan%2BKota%2BMentaos%2B524566.jpg" width="320" /> </a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Gambar 6. Hutan pinus kota Banjarbaru </div>
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Pengelolaan sampah hijau (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">green waste</i>) adalah mengaplikasikan
teknologi pembuangan sampah dan pengolahan yang ramah lingkungan. Ketidaknyamanan
di kota karena sampah yang mengeluarkan gas polutan dan memicu kenaikan suhu. Kita
harus menciptakan kawasan yang bebas sampah. Aspek meteorologis harus
diperhatikan seperti halnya dari arah mana angin bertiup, untuk memprakirakan
ke mana polutan dalam sampah terdispersi sebagai acuan membuat penampungan
sampah jauh dari penampungan masyarakat. Pentingnya penanganan sampah di hilir
dan di hulu, di hilir sampah dipilah antara organik dan anorganik dengan
pemberdayaan Bank sampah. Di hulu sampah diolah dan diproses, sampah non
organik dapat didaur ulang. Sampah diproses agar tidak menumpuk dan menimbulkan
penyakit.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Transportasi hijau (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">green transportation</i>) dilakukan dengan mengembangkan sistem
transportasi berkelanjutan. Mengutamakan transportasi massal yang baik dan transportasi
ramah polusi dapat mewujudkan kenyamanan masyarakat beraktivitas. Perlu diingat
mencegah kemacetan karena dapat menyebabkan polusi udara yang tinggi. Jalur
kawasan tertib lalu lintas dengan pembatas jalan taman yang hijau disertai
sarana transportasi hijau bisa sebagai solusi. Prioritas utama di suatu
transportasi hijau yang perlu difasilitasi meliputi pejalan kaki, sepeda dan
transportasi publik. Kendaraan angkutan dan kendaraan pribadi tetap diperlukan
dengan menggunakan bahan bakar rendah polusi dan teknologi yang rendah emisi. Transportasi
hijau akan memberikan manfaat terhadap lingkungani, kesehatan, pembangunan
ekonomi berkelanjutan serta menghemat biaya.</span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-Eldf15tRh2s/WJYB8ocB1uI/AAAAAAAABhw/SI1uQYJtFxoOpsf4wjQ3e_sfPekx4VT-gCLcB/s1600/green-transportation-5-638.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://4.bp.blogspot.com/-Eldf15tRh2s/WJYB8ocB1uI/AAAAAAAABhw/SI1uQYJtFxoOpsf4wjQ3e_sfPekx4VT-gCLcB/s320/green-transportation-5-638.jpg" width="320" /></a></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Gambar 7. Konsep <span style="font-family: "times new roman" , "serif";">transportasi hijau</span> </span></div>
<div class="separator" style="clear: both; line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: center; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: center; text-indent: 36pt;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-nvIgQtp4k4w/WJdLor2KXoI/AAAAAAAABik/xq6hmZVyc_4lpMoVSr_DWTsqqKCSs0uLwCLcB/s1600/transportation_triangle.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="242" src="https://3.bp.blogspot.com/-nvIgQtp4k4w/WJdLor2KXoI/AAAAAAAABik/xq6hmZVyc_4lpMoVSr_DWTsqqKCSs0uLwCLcB/s320/transportation_triangle.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">G<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">ambar 8. Hirarki segitiga transportasi hij<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">a<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">u</span></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: center; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"><br /></span></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Manajemen air hijau (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">green water</i>) diterapkan dengan adanya
Ruang Terbuka Biru (RTB), badan air yang dapat menampung air. RTB ini dapat
memproteksi tata air, tata udara dan tata tanah serta mengkonservasi
keanekaragaman hayati, menghindari banjir dan menciptakan keindahan lanskap. RTB
mempunyai fungsi penyerap karbon yang efektif, zona wajib atmosfer ekologis di
wilayah tersebut dan salah satu penyedia oksigen bagi makhluk hidup di
sekitarnya. RTB dapat menjadi pelengkap RTH untuk mencapai kenyamanan termal. Manajemen
kegiatan Program Kali Bersih patut didukung agar sungai kita hijau, bersih dan
sehat. Danau Seran dan Embung Sidodadi adalah contoh potensi RTB di Banjarbaru
apabila dikelola dengan baik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: center; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-a1ExxykKpw8/WJdNKovjwGI/AAAAAAAABi4/kRPLlgG1-HcTUj_mLazeyk-uS3z7n-qhwCLcB/s1600/danau-seran-wisata-yang-indah-namun-rawan-tempat-mesum.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://4.bp.blogspot.com/-a1ExxykKpw8/WJdNKovjwGI/AAAAAAAABi4/kRPLlgG1-HcTUj_mLazeyk-uS3z7n-qhwCLcB/s320/danau-seran-wisata-yang-indah-namun-rawan-tempat-mesum.JPG" width="320" /></a></span></span></span></span> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Gambar 9. Danau Seran Banjarbaru </span><br />
<br />
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Energi hijau (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">green energy</i>) adalah strategi melalui pengurangan penggunaan energi
yang tidak perlu, mengembangkan energi terbarukan dan mengurangi emisi karbon
di perkotaan. Mengedepankan energi dari sumber yang lebih ramah lingkungan dan
minim polusi daripada energi fosil. Energi terbaharukan seperti halnya tenaga surya
atau tenaga angin adalah unsur iklim yang potensial sebagai sumber energi.
Energi biomassa melalui Bahan Bakar Nabati (BBN), panas bumi, energi dari
pengolahan sampah (metana) dan tenaga air dapat dikembangkan disertai budaya
hemat energi.</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-w-Bf4W0JBtc/WJYPuMyGk3I/AAAAAAAABiI/IM0AgMNeky0Q1WWg8vBRpabnVz2GKD3uQCLcB/s1600/greenenergy.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="263" src="https://4.bp.blogspot.com/-w-Bf4W0JBtc/WJYPuMyGk3I/AAAAAAAABiI/IM0AgMNeky0Q1WWg8vBRpabnVz2GKD3uQCLcB/s320/greenenergy.jpg" width="320" /></a></div>
Gambar 10. Ilustrasi energi hijau </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br />
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Bangunan hijau (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">green building</i>) menciptakan gedung-gedung dan tempat tinggal yang
nyaman disesuaikan dengan mengatur arsitektur yang tanggap terhadap iklim
setempat, menyesuaikan arsitektur daerah dan iklim setempat (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">vernakular</i>). Kenyamanan termal pada
suatu bangunan memperhatikan aspek suhu udara, kelembaban udara, radiasi matahari
dan arah pergerakan angin. Saud dan Aufa (2012) mencontohkan rumah <span style="font-family: "times new roman" , "serif";">B</span>anjar
sebagai salah satu bangunan yang cocok untuk kenyamanan termal di Kalimantan
Selatan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: center; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-jlpvjdL4DMg/WJX_Xy0UmxI/AAAAAAAABhU/trhjssLLTs8Y4d7Os3_Uys7IeL2Znv0IwCEw/s1600/rumah.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="194" src="https://3.bp.blogspot.com/-jlpvjdL4DMg/WJX_Xy0UmxI/AAAAAAAABhU/trhjssLLTs8Y4d7Os3_Uys7IeL2Znv0IwCEw/s320/rumah.png" width="320" /></a> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Gambar 11. Rumah bubungan tinggi/ rumah<span style="font-family: "times new roman" , "serif";"> Banjar (Sumber : Saud dan <span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Au</span>fa, 2012)</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"> </span> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Komunitas hijau (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">green community</i>) penting untuk menciptakan kesadaran masyarakat dan
partisipasi publik berperilaku cinta lingkungan. Komunitas ini strategi untuk menciptakan
karakter serta kebiasaan ramah lingkungan. Pemerintah dan komunitas privat
ataupun lembaga swadaya masyarakat haruslah gencar mengkampanyekan komunitas
hijau yang terbentuk dalam kelompok-kelompok sosial. Pendidikan dini terhadap
anak-anak dan generasi muda tentang ekosistem serta lingkungan penting menciptakan
rasa memiliki mereka. Wahana kegiatan yang hijau berupa kegiatan masyarakat
(perlombaan), diskusi ilmiah, komunitas dengan hobi hijau yang sama perlu
digalakkan. Tempat wisata edukasi yang hijau dapat pula membantu membimbing
masyarakat berkarakter peduli lingkungan, seperti halnya Kebun Raya Banua.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-mCEbP_TW0Js/WJX_tN4kWbI/AAAAAAAABhM/sTn56RPNcyUokUDl9-n2CRE37Ne9tVpnACEw/s1600/13882653_123075961466734_2895896674533389082_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://3.bp.blogspot.com/-mCEbP_TW0Js/WJX_tN4kWbI/AAAAAAAABhM/sTn56RPNcyUokUDl9-n2CRE37Ne9tVpnACEw/s1600/13882653_123075961466734_2895896674533389082_n.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
Gambar 12. Komunitas hijau Banjarbaru<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Dengan
mengoptimalkan kedelapan unsur itu insyaallah kota Banjarbaru yang hijau dapat
kita capai. Hal ini dapat dicapai tidak hanya dari kerja komunitas tertentu
atau pemerintah daerah saja, tetapi partisipasi seluruh masyarakat yang merasa
memiliki terhadap kota Banjarbaru.</span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"> </span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">(Dimuat d<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">i <span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Radar Banjarmasin Selasa, <span style="font-family: "times new roman" , "serif";">31 Januar<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">i 2017)</span></span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"></span></span></span></span></span></span></span></span></span><div style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"><span style="font-family: "" serif "" , "serif";"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Sumber :</span></span></span></span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">
<div style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">
<br /></div>
</span></span><br />
<div style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}
</style>
<![endif]-->
</div>
<div style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">
<span style="font-family: "" serif "" , "serif";">Aufa, N dan Anhar, P. 2012. Studi Tata Ruang
Kota Rancangan Van Der Pijl Kasus: Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Tataloka 14 (2) : 142-155.</span></div>
<div style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">
<span style="font-family: "" serif "" , "serif";">Asy'ari, M. 2008. Perbedaan Hutan Kota
Bentuk Jalur dan Taman Kota terhadap Temperatur Sekitarnya di Kota Banjarbaru
Kalimantan Selatan. Jurnal Hutan Tropis 22 : 193-196.</span></div>
<div style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">
<span class="st">Krisdianto, Soemarno, Udiansyah, Januwiadi, B dan Ramadhani, F. 2012.
Potensi Vegetasi Tusam menjadi Payung Hijau di RTHKP Banjarbaru. J.
Lingkungan Binaan Indonesia. Vol 1 (1) : 19-26</span></div>
<div style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">
<span class="st">Ruslan, M dan Rahmad, B. 2012. Kajian Ruang Terbuka Hijau dalam Rangka
Pembentukan Hutan Kota di Banjarbaru. Jurnal Hutan Tropis 13 (1).</span></div>
<div style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">
<span style="font-family: "" serif "" , "serif";">Saud, M. I dan Aufa, N. 2012. Tanggapan
terhadap Iklim sebagai Perwujudan Nilai Vernakular pada Rumah Bubungan Tinggi.
LANTING J. Architecture. 1 (2) : 106-116.</span></div>
<div style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">
<span style="font-family: "" serif "" , "serif";">Widiastuti, K. 2013. Taman Kota dan Jalur
Hijau Jalan sebagai Ruang Terbuka Hijau Publik di Banjarbaru. Modul 13 (2) :
57-64</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}
</style>
<![endif]--><span class="fullpost">
</span></div>
ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-42625431054502219982015-11-08T18:35:00.005+08:002023-06-24T15:01:56.794+08:00MENGENAL AQUACROP<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span></span><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6kOmzSbVMtkYAuKqBMa68oM9ty2MGeTWPnJXQLDxVfb2WRb-ane_jF1XFL-AtmQkSG6Pg7Rk94aJFfzSuEkLD0oshVUyiy7_4RJLhhZUBKe_oPFdMrjHj4dNcYtUq24HIgdVY_Kmlkt1jUwLFymdojuFy3epDhmqqrw6mgDtIM_GM2zD3uv4ehNPz/s262/aqucrop.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="193" data-original-width="262" height="193" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6kOmzSbVMtkYAuKqBMa68oM9ty2MGeTWPnJXQLDxVfb2WRb-ane_jF1XFL-AtmQkSG6Pg7Rk94aJFfzSuEkLD0oshVUyiy7_4RJLhhZUBKe_oPFdMrjHj4dNcYtUq24HIgdVY_Kmlkt1jUwLFymdojuFy3epDhmqqrw6mgDtIM_GM2zD3uv4ehNPz/s1600/aqucrop.png" width="262" /></a></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br /><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">Air merupakan faktor dasar dalam pertanian. Air diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kecukupan air tanaman selama masa tanam mencerminkan potensi produksi tanaman pada akhir masa tanam. AquaCrop
adalah versi terbaru dari CROPWAT, suatu software berbasiskan windows yang
didesain untuk mensimulasikan biomassa dan respons hasil panen tanaman di
lapangan dengan berbagai tingkat ketersediaan air. Penerapannya meliputi lahan
tadah hujan berserta kelengkapannya, defisit dan irigasi penuh. AquaCrop
berdasarkan mesin pertumbuhan digerakkan oleh air yang menggunakan
produktivitas air biomassa (atau efesiensi penggunaan air biomassa) sebagai
parameter pertumbuhan utama (WPb). AquaCrop adalah alat untuk memprediksi
produksi tanaman dengan kondisi manajemen air yang berbeda dalam kondisi sekarang
dan perubahan iklim di masa akan datang AquaCrop juga menginvestigasi strategi
manajemen yang berbeda, dalam kondisi sekarang dan perubahan iklim di masa akan
datang (UNFCCC, 2014). </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;">Menurut FAO (2013), AquaCrop adalah
model produktifitas air tanaman yang dikembangkan oleh Divisi Tanah dan Air
dari FAO. AquaCrop dapat menyimulasikan hasil panen air tanaman terna (</span><i style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;">herbaceous</i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;">) dan sangat cocok untuk
kondisi dimana air adalah kunci faktor pembatas dalam pertumbuhan tanaman.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span><a name='more'></a></span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;">Aplikasi pada AquaCrop meliputi :</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;">Menaksir
keterbatasan air, hasil panen yang tercapai pada lokasi geografis tertentu</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;">Sebagai
alat pembanding, membandingkan hasil panen yang diperoleh terhadap hasil aktual
di lapangan, lahan pertanian atau wilayah, untuk mengidentifikasi</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;"> </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;">kesenjangan hasil dan kendala yang membatasi
produksi tanaman</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;">Menaksir
produksi tanaman tadah hujan pada jangka panjang</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;">Mengembangkan
jadwal irigasi untuk produksi maksimum dan untuk skenario iklim yang berbeda</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;">Penjadwalan
defisit dan irigasi tambahan</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;">Mengevaluasi
dampak dari pengiriman tetap jadwal irigasi terhadap hasil yang dicapai</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;">Simulasi
urutan tanaman</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;">Melaksanakan
analisis skenario iklim di masa depan</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;">Mengoptimalkan
keterbatasan jumlah air yang tersedia (kriteria ekonomi, ekuitabilitas dan
sustainabilitas)</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;">Mengevaluasi
dampak dari kesuburan rendah dan interaksi air-kesuburan terhadap hasil.</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;">Menaksir
produktivitas air aktual (biologis atau ekonomis) di lapangan sampai skala yang
lebih tinggi kawasan.</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;">Mendukung
pengambil keputusan tentang alokasi air dan kebijakan tindakan air lainnya</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;">Menilai
peranan berbagai respons tanaman yang berhubungan dengan air dalam penentuan
hasil untuk desain <i>ideotype</i>.</span></li>
</ol>
<div style="text-align: justify; text-indent: -24px;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-OQwXlTVr0m0/Ve-nOWuT34I/AAAAAAAABec/nFPj5i0QZQM/s1600/aquacrop.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="306" src="http://3.bp.blogspot.com/-OQwXlTVr0m0/Ve-nOWuT34I/AAAAAAAABec/nFPj5i0QZQM/s320/aquacrop.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Gambar 1. Diagram pengolahan data aplikasi AquaCrop</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span><!--more--></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;">AquaCrop memerlukan inputan data iklim
(suhu udara, evapotranspirasi referensi dan curah hujan), data tekstur tanah
(pasir, liat, lempung dalam %) dan parameter tanaman (inisial, akhir dan
tingkat perubahannya dalam % tutupan kanopi (</span><i style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;">Canopy Cover</i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;">); inisial, akhir tingkat kedalaman akar; produktivitas
air biomassa, indeks panen (</span><i style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;">harvest index</i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;">);
kondisi manajemen yang khusus seperti tanggal irigasi dan jumlahnya, penaburan
benih dan tanggal panen, pemulsaan dan lain-lain)</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">(UNFCCC,
2014).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;">AquaCrop
adalah merupakan adalah revisi dari paper no. 33 FAO, “Yield Respons to Water”
(Doorenbos dan Kassam, 1979). AquaCrop berkembang dari persamaan dasar Paper
No. 33, dimana hasil panen relatif (Y) kehilangannya sebanding dengan penurunan
evapotranspirasi relatif (ET), dengan Ky sebagai faktor proporsional respon
hasil. Penjelasan tentang AquaCrop dapat ditemukan pada paper no. 66 FAO </span><a href="http://www.fao.org/docrep/016/i2800e/i2800e00.htm" style="font-family: Times, "Times New Roman", serif;">di sini.</a></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br />
Kemajuan AquaCrop daripada pendekatan Ky adalah :<br />
<br />
<ul>
<li>Membagi ET menjadi evaporasi tanah (E) dan transpirasi tanaman (Tr) untuk menghindari efek gangguan dari penggunaan air konsumtif non produktif</li>
<li>Memperoleh biomassa (B) dari produk produktivitas air (WP) dan transpirasi kumulatif tanaman</li>
<li>Mengekspresikan hasil panen (Y) sebagai produk dari B dan Indeks Panen/ Harvest Index (HI)</li>
<li>Normalisasi Tr dengan Evapotranspirasi Referensi (ETo), membuat hubungan B-Tr dapat dipakai untuk rejim iklim yang berbeda</li>
<li>Dirunning dengan jangka waktu harian (baik kalendernya atau pertumbuhan Degree Days), untuk lebih realistis menjelaskan sifat dinamis dari efek water stress dan respons tanaman.</li>
</ul>
<br />
AquaCrop didorong oleh air, yang artinya pertumbuhan dan hasil tanaman didorong oleh jumlah air transpirasi (Tr). AquaCrop fokus kepada hubungan dasar antara B dan Tr daripada Y dan ET.<br />
<br />
Menurut Steduto et al., (2012) di dalam Paper FAO No. 66 “Crop Yield Respons to Water”, perubahan konsep tersebut mengarah pada persamaan berikut yang merupakan inti dari mesin pertumbuhan AquaCrop :<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>B=WP.ΣTr</b></div>
<br />
B adalah biomassa yang dihasilkan secara kumulatif (kg per m2), Tr adalah transpirasi tanaman (baik mm atau m3 per satuan permukaan), dengan penjumlahan selama periode waktu di mana biomassa diproduksi, dan WP adalah parameter produktivitas air (baik kg biomassa per m2 dan per mm, atau kg biomassa per m3 air transpirasi).<br />
<br />
Hanya sebagian dari biomassa yang dihasilkan dipartisi ke organ yang dipanen untuk memberikan hasil (Y), dan rasio hasil untuk biomassa dikenal sebagai indeks panen (HI), maka:<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>Y=HI.B</b></div>
<div>
<br /></div>
<br />
<div class="MsoListParagraph" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9OrZBXVich5GwtutL_-qfwy-8e9ZS8x68KMl4dsgB0SK7St2Wo-96vEc1xUbUJdzG7zvBRJPumatif3lzObqUTlvYwGMWFFRQcASeXuiS49khHgLe_HO7oFdhEuow6FOW2zQzRFj5VpbXcBZwSw8k9fcnBiqNEVdsfZdSFymrq1UuXad65O1p6V_C/s400/aquacropfig1.webp" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="270" data-original-width="400" height="270" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9OrZBXVich5GwtutL_-qfwy-8e9ZS8x68KMl4dsgB0SK7St2Wo-96vEc1xUbUJdzG7zvBRJPumatif3lzObqUTlvYwGMWFFRQcASeXuiS49khHgLe_HO7oFdhEuow6FOW2zQzRFj5VpbXcBZwSw8k9fcnBiqNEVdsfZdSFymrq1UuXad65O1p6V_C/w400-h270/aquacropfig1.webp" width="400" /></a></div><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Gambar 2. Evolusi AquaCrop dari dua persamaan di atas berdasarkan dua langkah perantara di atas: pemisahan evaporasi tanah (E) dari transpirasi tanaman (Tr) dan pencapaian hasil (Y) dari biomassa (B) dan indeks panen (HI)<br />
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-9oEXCYcrM5U/Vj8j2ovxp5I/AAAAAAAABfA/De0EePQ0tfk/s1600/aquacrop.jpg.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="179" src="http://2.bp.blogspot.com/-9oEXCYcrM5U/Vj8j2ovxp5I/AAAAAAAABfA/De0EePQ0tfk/s320/aquacrop.jpg.png" width="320" /></a></div>
<br />
Gambar 3. Tampilan menu utama aplikasi AquaCrop</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br />
Daftar Pustaka :<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Doorenbos,
J and Kassam, AH. 1979. <i>Yield Response to
Water. </i>FAO Irrigation and Drainage Paper No. 33. Rome.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">FAO.
2013. <i>Software ETo Calculator </i></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: TimesNewRomanPSMT; mso-fareast-language: IN;">[internet]</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">.
</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: TimesNewRomanPSMT; mso-fareast-language: IN;">[</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">diunduh
2015 Mei 12</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: TimesNewRomanPSMT; mso-fareast-language: IN;">]</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">.
Rome. Tersedia pada : <a href="http://www.fao.org/nr/water/eto.html/">http://www.fao.org/nr/water/eto.html/.<o:p></o:p></a></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Heng,
L.K, Hsiao T., Evett, S., Howell, T., and Steduto, P. 2009. <i>Validating
the FAO AquaCrop Model for Irrigated and Water Deficient Field Maize</i>.
Agronomy Journal. Volume 101, Issue 3.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 35.45pt; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Steduto
P, Hsiao T, Fereres E, Raes D. 2012. <i>Crop Yield Respons to Water</i>. FAO
Irrigation and Drainage Paper No. 66. Rome.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 35.45pt; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">UNFCCC. 2014. <i>AquaCrop : Compendium on Methods and Tools
to Evaluate Impacts of, and Vulnerability and Adaptation to, Climate Change</i>
</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: TimesNewRomanPSMT; mso-fareast-language: IN;">[internet]</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: TimesNewRomanPSMT; mso-fareast-language: IN;">[</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">diunduh 2015 Mei 12</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: TimesNewRomanPSMT; mso-fareast-language: IN;">]</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">. Nairobi. Tersedia pada : <a href="http://unfccc.int/adaptation/nairobi_work_programme/knowledge_resources_and_publications/items/5403.php/">http://unfccc.int/adaptation/nairobi_work_programme/knowledge_resources_and_publications/items/5403.php </a></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 35.45pt; text-indent: -35.45pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 35.45pt; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Vanuytrecht E, Raes D,
Steduto P, Hsiao T, Fereres E, Heng, L.K, Vila M.G, and Moreno, P. M. 2014. </span><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">AquaCrop: FAO'S crop water productivity and yield response model</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">. Journal </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-bidi-font-size: 14.0pt; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">Environmental
Modelling & Software. 1 – 10.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 35.45pt; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span id="goog_1029105333"></span><span id="goog_1029105334"></span><br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-64094519078688777592015-01-18T02:38:00.003+08:002023-02-19T14:47:04.015+08:00SEKOLAH LAPANG IKLIM BMKG DI INDONESIA DAN KALIMANTAN SELATAN<span class="fullpost">
</span><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfxLOYJtZ844GKDu3VSn_rngQ2Rv6heTUiAsDye86W0pChuF0gVHLHgu-RBYuL0RXU20DlUBlFBdUMZmUnldINIwUJX3_JpLD_u46mfXyowO50Y53HKZ1l04_PjZkXdZs71B-aV826jlQccqI44abVzLHt3mpZ40ftaiWKdsnfM6o3rHNenAvaCPGw/s563/CFC%20International.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="352" data-original-width="563" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfxLOYJtZ844GKDu3VSn_rngQ2Rv6heTUiAsDye86W0pChuF0gVHLHgu-RBYuL0RXU20DlUBlFBdUMZmUnldINIwUJX3_JpLD_u46mfXyowO50Y53HKZ1l04_PjZkXdZs71B-aV826jlQccqI44abVzLHt3mpZ40ftaiWKdsnfM6o3rHNenAvaCPGw/s320/CFC%20International.jpg" width="320" /></a><br />
<div><b style="text-align: justify;"><br /></b></div><div>
<b style="text-align: justify;">Pentingnya SLI</b></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Curah hujan adalah merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi menurut waktu maupun tempat. Kejadian iklim ekstrim di Indonesia semakin meningkat dan semakin sering terjadi di Indonesia. Kejadian iklim ekstrim terkait erat dengan curah hujan, misalnya kekeringan dan kejadian banjir. Dampaknya berupa kegagalan panen petani yang diakibatkan iklim ekstrim juga semakin sering baik dari segi kualitas ataupun kuantitas. Dikarenakan itu maka perlu dilakukan berbagai upaya dan tindakan untuk menekan dampak negatif tersebut seminimal mungkin.<br />
<br />
Pakar Iklim Pertanian IPB, Prof. Dr. Rizaldi Boer mengatakan, kerugian sulit diprakirakan lantaran petani dan pemerintah daerah tidak paham akan pentingnya informasi iklim. Selain sulit dimengerti, informasi iklim masih bersifat umum dan tidak cepat tersedia, sehingga petani sulit mempertimbangkan berbagai persoalan iklim. Baik petani dan pemda belum peduli pentingnya informasi iklim. Selama ini pemerintah daerah belum menganggap informasi iklim penting apalagi petaninya sendiri.<br />
<br />
Salah satu upaya yang dapat ditempuh dalam rangka penanggulangan dampak iklim ekstrim adalah dengan melaksanakan Sekolah Lapang Iklim (SLI). Melalui SLI para petani diharapkan mampu mengaplikasikan informasi prakiraan iklim dan mampu melakukan adaptasi dalam pengelolaan usaha tani mereka apabila terjadi banjir, kekeringan maupun bencana lainnya.<br />
<br />
Konsep Sekolah lapang iklim awalnya diadopsi dari Sekolah Lapangan Petani yang didesain untuk pengelolaan hama terpadu (SLPHT). Sekolah Lapang Iklim (SLI) bertujuan untuk menerjemahkan informasi iklim melalui suatu proses pelatihan. SLI juga dapat dikatagorikan sebagai suatu sosialisasi pemahaman informasi iklim pada tingkat petani, penyuluh dan dinas pertanian daerah setempat. SLI dititikberatkan di daerah yang rentan dan berpotensi terhadap kejadian ekstrim ataupun di daerah yang merupakan sentra pangan. Sehingga ringkasnya tujuan SLI adalah : a) meningkatkan pengetahuan petani tentang iklim dan kemampuannya b) membantu petani mengamati unsur iklim dan menggunakannya dalam rangka mendukung usaha tani mereka dan c) membantu petani menerjemahkan informasi prakiraan iklim untuk strategi budidaya yang lebih tepat.<br />
<br />
Dalam rangka SLI dititikberatkan pada daerah yang rentan dan berpotensi terhadap kejadian ekstrim atau daerah yang menjadi sentra produksi pangan. SLI juga dapat memotivasi kelompok tani untuk lebih meningkatkan kerjasama dan saling bertukar informasi dalam menyusun strategi pertanian.<br />
<br />
Program SLI ini pertama kali didesain pada tahun 2003 oleh IPB (Institut Pertanian Bogor) bekerja sama dengan pemerintah Daerah Indramayu, Departemen Pertanian, Badan Meteorologi dan Geofisika (sekarang BMKG : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) dengan dukungan Asian Disaster Preparedness Centre (ADPC) dan kemudian oleh International Research Institute for Climate and Society (IRI)-University of Columbia.<span><a name='more'></a></span><br /><b>Kurikulum SLI</b><br />
<br />
Kegiatan SLI dilakukan dengan konsep berjenjang. SLI dilakukan dengan tiga tahap. Tiap tahapan memiliki metode pengajaran yang berbeda.<br />
<br />
Tahap satu (SLI-1) menjelaskan istilah yang sering dipakai pada informasi iklim dan bentuk penjelasannya lebih banyak pada penjabaran informasi. Teknik pengajarannya tanpa alat bantu serta memasukkan unsur analitis sehingga peserta SLI diharapkan mampu menjelaskan kembali informasi iklim yang didapatkan pada orang lain. Metode pengajaran ini ditujukan kepada peserta dari dinas pertanian daerah sebagai pemandu petani dengan lama pelatihan 4 hari.<br />
<br />
Tahap dua (SLI-2) selain menjelaskan istilah yang dipakai dalam informasi iklim juga memasukkan jenis permainan sehingga pengajarannya lebih banyak pada ilustrasi. Teknik pengajaran menggunakan alat bantu selama 4 hari. Peserta diharapkan mampu membedakan jenis informasi iklim yang didapatkan berdasarkan proses kejadiannya. Metode ini ditujukan kepada peserta penyuluh pertanian.<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiN3qQZepq3G-HvCq55I_1cpMhKlKhsaBfC6BaWkxw2gxlASOxv48CZxvNzhDNfy-jYI6QCNRXE1uapMHnjZMnoG24CvosnPPcKr2qcxO2WMgpuvllb1pZZx60ZfCI0Va-crtRTp2R5FsiQMk3qMpfi1qtV19wOZMe3dsz9K47hi7qUzOtvGM_Q-Zff/s1046/SLI%20lama.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="698" data-original-width="1046" height="268" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiN3qQZepq3G-HvCq55I_1cpMhKlKhsaBfC6BaWkxw2gxlASOxv48CZxvNzhDNfy-jYI6QCNRXE1uapMHnjZMnoG24CvosnPPcKr2qcxO2WMgpuvllb1pZZx60ZfCI0Va-crtRTp2R5FsiQMk3qMpfi1qtV19wOZMe3dsz9K47hi7qUzOtvGM_Q-Zff/w400-h268/SLI%20lama.jpg" width="400" /></a><br /><br />
<br />
Gambar 1. peserta SLI Tahap 2 di Kalimantan Selatan<br />
<br />
Tahap tiga (SLI-3) menjelaskan istilah yang sering dipakai pada informasi iklim dengan cara melibatkan langsung peserta melakukan pengukuran unsur iklim di lapangan. Metode pengajarannya lebih banyak pada praktikum pengumpulan data lapang. Teknik pembelajarannya menggunakan alat bantu pencatatan dan penanaman benih sehingga membutuhkan waktu 4 bulan. Peserta diharapkan membuktikan langsung pengaruh iklim terhadap hasil tanaman. Peserta dari kelompok tani beberapa kabupaten.<br />
<br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUMLiM14bj7bZ9RbIETTlkDgH--En9wQ5e-BE8MLicA1ZUQWW3aWVj_RFUerRrl2W0ELMEwIZseRBmZ6HgaXtFRDUr2U_7T679eNNNMPVk6qzvzUwcAqON0iaMkIlGD5r8Cog7kklcz3v8z_D1rO0cCp7wTm6MZJaOINn1PuCgJe9daJYhdiW8fdkQ/s1024/1-1.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="682" data-original-width="1024" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUMLiM14bj7bZ9RbIETTlkDgH--En9wQ5e-BE8MLicA1ZUQWW3aWVj_RFUerRrl2W0ELMEwIZseRBmZ6HgaXtFRDUr2U_7T679eNNNMPVk6qzvzUwcAqON0iaMkIlGD5r8Cog7kklcz3v8z_D1rO0cCp7wTm6MZJaOINn1PuCgJe9daJYhdiW8fdkQ/w400-h266/1-1.jpeg" width="400" /></a><br />
Gambar 2. Peserta SLI tahap 3 di NTB <br />
<b><br /></b></div><span><!--more--></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Program SLI oleh BMKG</b><br />
<br />
Sesuai dengan amanat UU RI No. 31 Tahun 2009, BMKG memiliki peran yang sangat strategis dalam memberikan informasi untuk meningkatkan keselamatan jiwa dan harta, serta pertahanan keamanan. Sebagian dari tugas pokok tersebut adalah menyampaikan informasi prakiraan musim hujan/ kemarau, evaluasi dan prakiraan hujan bulanan serta ketersediaan tanah tiap bulan untuk kegiatan pertanian.<br />
<br />
BMKG bekerjasama dengan Kementerian Pertanian telah mengembangkan Sekolah Lapang Iklim (SLI) di 25 provinsi sebagai upaya untuk mengantisipasi iklim ekstrim yang bisa mengancam ketahanan pangan.<br />
<br />
"Sekolah lapangan tersebut kami kembangkan di beberapa provinsi yang selama ini dikenal sebagai sentra-sentra produksi pangan. Tentunya kami bekerjasama dengan penyuluh pertanian lapangan agar program berjalan efektif,"kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya saat testimoni Sekolah Lapang Iklim di Jakarta, Rabu (23/4/2014).<br />
<br />
Dari 25 propinsi tersebut lebih difokuskan lagi pada 11 propinsi yang jadi sentra produksi padi yakni di seluruh Jawa kecuali Jakarta, Bandar Lampung, Aceh, NTB, Bali, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan.<br />
<br />Di Kalimantan Selatan, BMKG Stasiun Klimatologi Banjarbaru telah mengadakan program SLI tahap 2 ini sejak tahun 2011. Acara ini pesertanya antara lain : para petugas pengamat hama penyakit tanaman (PHP), penyuluh pertanian (PPL) dan petugas di Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota di Propinsi Kalimantan Selatan. Diharapkan beliau-beliau ini dapat menjadi penyambung lidah, penerjemah bahasa teknis informasi iklim BMKG menjadi bahasa yang mudah dipahami oleh petani.<br />
<br />
Hal ini sangatlah penting bagi pertanian di daerah Kalimantan Selatan. Potensi pengembangan sentra tanaman pangan di Kalimantan Selatan sangat terbuka luas. Lahan pertanian rawa lebak yang berada di sebagian daerah Banua Enam dan sekitarnya, lahan pertanian rawa pasang surut di sebagian Kabupaten Banjar dan Barito Kuala serta lahan kering di Kabupaten Tanah Laut adalah beberapa contoh potensi yang dapat digali.<br />
<br />
Proses pendidikan singkat bagi peserta ini adalah dibekali dengan mengenal unsur cuaca dan iklim, mengetahui bagaimana pembentukan awan dan hujan, hubungan iklim dan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Peserta juga diajari memahami prakiraan hujan bulanan dan musim dari BMKG dan istilah informasi iklim. Mereka juga ditunjukkan bagaimana iklim ekstrim dan bagaimana menghadapinya dari sisi pertanian. Pengenalan alat ukur cuaca dan membuat alat penakar hujan sederhana serta kalibrasinya juga diajarkan. Peserta juga diberikan pemahaman yang benar tentang pola hujan, tipe iklim dan neraca air lahan. Diharapkan mereka dapat mengembangkan ketrampilannya dan menampilan output yang nyata kepada para petani dan berbagai pemangku kepentingan pertanian.<br />
<br />
Di sini peserta juga diajarkan bagaimana memahami kearifan lokal di Kalimantan Selatan dan menentukan kalender tanam (KATAM) di daerah mereka masing-masing. Stasiun Klimatologi Banjarbaru dalam acara ini menggandeng BMKG Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor, BPTPH (Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura) Kalimantan Selatan, Balittra (Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa) dan BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Kalimantan Selatan.<br />
<br /><div style="text-align: left;"><img height="300" src="http://2.bp.blogspot.com/-AaXK6YAG4UY/UcpYk5oWN6I/AAAAAAAAAsY/uIiZ3EXWbTQ/s400/DSC00233.JPG" width="400" /></div>
<br />
Gambar 3. Pembukaan Sekolah Lapang Iklim di Kelompok Tani Mufakat Kec. Bungur Kab. Tapin (Sumber : http://bpkbungur.blogspot.com/)<br />
<br />
<b>SLI BMKG Go International</b><br />
<br />
Perkembangan akhir-akhir ini BMKG mendapatkan kepercayaan untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan Training of Trainers of Climate Field School (TOT CFS) Asia Pacific yang bertempat di Bogor dan disertai kunjungan ke lokasi SLI-3 Kabupaten Banten (26-29/08/2014). Acara ini diikuti 18 orang peserta, 8 peserta dari Laos, Filipina, Myanmar, Thailand, Malaysia dan Vanuatu serta 10 peserta dari Indonesia. Tujuan acara tersebut adalah untuk berbagi pengalaman dari Indonesia dalam mengimplentasikan program CFS kepada negara di Asia pasifik yang mempunyai prioritas mendukung ketahanan pangan di negaranya.<br />
<br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgO2J5eTwmW7K8N3lhEtRWTuC5e7jyXExF1Tukl0ajMWFzJ0nrCz06gVwZVJmsgHbk0w4mt36nbhBSxUOLh4SCzo-aILtlKZwhYni6dG-prv_jLO6cTIlxumXA07iL4Si87-8e3E6-zrvrcyzBmJPe0dl1mcRtZOaYSrD50v-i4rCICPIbakZ0eynKM/s4896/CFC%20International2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="3264" data-original-width="4896" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgO2J5eTwmW7K8N3lhEtRWTuC5e7jyXExF1Tukl0ajMWFzJ0nrCz06gVwZVJmsgHbk0w4mt36nbhBSxUOLh4SCzo-aILtlKZwhYni6dG-prv_jLO6cTIlxumXA07iL4Si87-8e3E6-zrvrcyzBmJPe0dl1mcRtZOaYSrD50v-i4rCICPIbakZ0eynKM/w400-h266/CFC%20International2.jpg" width="400" /></a><br />
<br />
Gambar 4. Kegiatan TOT CFS Asia Pacific (diikuti juga oleh penulis)<br />
<br />
Pada Kamis (11/12/2014) Inovasi Sekolah Lapang Iklim (Climate Field School) di Busan Korea Selatan dari BMKG menjadi salah satu dari 4 Top Inovasi Pelayanan Publik 2014 dalam acara Asean - Republic of Korea Exhibition on Public Governance).<br />
<span face="'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif" style="box-sizing: border-box; font-size: 14.4444px; line-height: 22.2222px; text-align: left;"><br style="box-sizing: border-box;" /></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-HYdwxH9ZtTg/VLqKB1vAC3I/AAAAAAAABcA/cVxwD_a3hAo/s1600/sli%2Bwmo.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="http://2.bp.blogspot.com/-HYdwxH9ZtTg/VLqKB1vAC3I/AAAAAAAABcA/cVxwD_a3hAo/s1600/sli%2Bwmo.png" width="380" /></a></div>
<br />
Gambar 5. Berita TOT CFS Asia Pasific di situs WMO (Sumber : http://www.wmo.int/)<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-MXFbTSw8_2A/VLqJQiQDTCI/AAAAAAAABb4/_ZF4iyd_SLQ/s1600/sli%2Bbmkg%2Bgo.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="350" src="http://4.bp.blogspot.com/-MXFbTSw8_2A/VLqJQiQDTCI/AAAAAAAABb4/_ZF4iyd_SLQ/s1600/sli%2Bbmkg%2Bgo.png" width="400" /></a></div>
Gambar 6. Berita Pameran Inovasi SLI BMKG di Korea Selatan <span style="text-align: start;">(Sumber : http://www.bmkg.go.id/)</span><br />
<br />
Sumber :<br />
<br />
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2011. Buku Ekspose Sekolah Lapang Iklim (Climate Field Schools at District Level in Eastern Indonesia). Jakarta.<br />
<br />
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen Pertanian. 2009. Modul Pengantar Sekolah Lapangan Iklim. Jakarta.<br />
<br />
http://banjarmasin.tribunnews.com/2013/06/15/saatnya-petani-membaca-fenomena-iklim diakses 16 Januari 2015.<br />
<br />
http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Sestama/Humas/BMKG_PAMERKAN_INOVASI_SLI_DI_KOREA_SELATAN.bmkg diakses 16 Januari 2015.<br />
<br />
http://bpkbungur.blogspot.com/2013/06/pembukaan-sekolah-lapang-iklim-di.html diakses 16 Januari 2015.<br />
<br />
https://mediatani.wordpress.com/2007/11/29/dampak-perubahan-iklim-bagi-petani-indonesia/ diakses 16 Januari 2015.<br />
<br />
http://www.agriculturesnetwork.org/magazines/indonesia/26-bertahan-menghadapi-perubahan-iklim/sekolah-lapan-iklim-antisipasi-risiko-perubahan/at_download/article_pdf diakses 16 Januari 2015.<br />
<br />
http://www.staklimpondokbetung.net/berita.php?action=view&newsID=92 diakses 16 Januari 2015.<br />
<br />
http://www.tribunnews.com/iptek/2014/04/23/bmkg-kembangkan-sekolah-lapang-iklim diakses 16 Januari 2015.<br />
<br />
http://yanamasliyana.blogspot.com/2012/03/sli-solusi-dalam-menekan-dampak.html diakses 16 Januari 2015.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br />ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-2530454058430900102014-12-09T11:57:00.004+08:002023-06-24T15:06:13.993+08:00FENOMENA GLOBAL DAN REGIONAL YANG MEMPENGARUHI MUSIM DI INDONESIA DAN KALIMANTAN SELATAN<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=54999233147383510" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"></a><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=54999233147383510" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"></a><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=54999233147383510" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"></a><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=54999233147383510" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"></a>Keberadaan Indonesia di daerah tropis, di antara benua Asia dan Australia, di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, dilalui garis khatulistiwa, mempunyai banyak pulau dan kepulauan serta banyak selat dan teluk tentu saja membuat Indonesia kondisi iklimnya akan dipengaruhi berbagai fenomena global dan regional.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Fenomena global diantaranya: El Nino, La Nina, Dipole Mode dan Madden Julian Oscillation (MJO). Fenomena regional diantaranya: sirkulasi Monsun Asia-Australia dan suhu muka laut di sekitar wilayah Indonesia.<span><a name='more'></a></span></div>
<span style="font-weight: bold;">Fenomena Global</span><br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">A. El Nino dan La Nina (ENSO)</span><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
El Nino adalah fenomena global sistem interaksi lautan atmosfer yang ditandai memanasnya suhu muka laut di ekuator Pasifik Tengah (Nino 3.4) atau anomali suhu muka laut di daerah tersebut positif (lebih panas dari rata-ratanya). Fenomena El Nino yang berpengaruh di Indonesia dengan diikuti berkurangnya curah hujan secara drastis, yang terjadi bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup dingin. Namun jika kondisi suhu perairan Indonesia cukup hangat tidak berpengaruh terhadap kurangnya curah hujan secara signifikan di Indonesia.</div>
<br />
<a href="http://4.bp.blogspot.com/_SJHzAop4PKs/TVB3XtTzpnI/AAAAAAAAA5U/1saapexOGrE/s1600/nino34.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5571083988240672370" src="http://4.bp.blogspot.com/_SJHzAop4PKs/TVB3XtTzpnI/AAAAAAAAA5U/1saapexOGrE/s400/nino34.jpg" style="display: block; height: 149px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 339px;" /></a><br /><br />
<div style="text-align: justify;">
La Nina adalah kebalikan dari El Nino ditandai dengan anomali suhu muka laut negatif (lebih dingin dari rata-ratanya) di Ekuator Pasifik Tengah (Nino 3.4). Fenomena La Nina secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat bila dibarengi dengan menghangatnya suhu muka laut di perairan Indonesia.<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -30pt; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="ES" style="color: black; mso-ansi-language: ES;">Berdasarkan intensitasnya El Nino dapat dikatagorikan sebagai berikut :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -30pt; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="ES" style="color: black; mso-ansi-language: ES;"></span></div>
<ul>
<li><span lang="ES" style="color: black; mso-ansi-language: ES; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';"></span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="ES" style="color: black; mso-ansi-language: ES;">El Nino lemah</span></b><span lang="ES" style="color: black; mso-ansi-language: ES;"> (Weak El Nino) yaitu jika anomali suhu muka laut di Pasifik Ekuator positif antara +0.5<sup>0</sup>C sampai dengan +1.0<sup>0</sup>C yang berlangsung selama tiga bulan berturut-turut atau lebih</span></li>
</ul>
<ul>
<li><span lang="ES" style="color: black; mso-ansi-language: ES; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';"><span style="mso-list: Ignore;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"></span></span></span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="ES" style="color: black; mso-ansi-language: ES;">El Nino sedang</span></b><span lang="ES" style="color: black; mso-ansi-language: ES;"> (Moderate El Nino) yaitu jika anomali suhu muka laut di Pasifik Ekuator positif antara +1.1<sup>o</sup>C sampai dengan +1.5<sup>o</sup>C yang berlangsung selama tiga bulan berturut-turut atau lebih</span></li>
</ul>
<ul>
<li> <span lang="ES" style="color: black; mso-ansi-language: ES; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';"><span style="mso-list: Ignore;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"></span></span></span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="ES" style="color: black; mso-ansi-language: ES;">El Nino</span></b><span lang="ES" style="color: black; mso-ansi-language: ES;"> <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">kuat</b> (Strong El Nino) yaitu jika anomali suhu muka laut di Pasifik Ekuator positif antara >1.5<sup>0</sup>C yang berlangsung selama tiga bulan berturut-turut atau lebih.</span></li>
</ul>
Sehingga dapat dikatakan <span lang="ES" style="color: black; mso-ansi-language: ES;">El Nino merupakan fenomena global dari system interaksi lautan atmosfer yang ditandai <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">memanasnya suhu muka laut</b> di Ekuator Pasifik Tengah (<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Nino 3.4</b>) atau anomali suhu muka laut di daerah tersebut <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">positif</b> (lebih panas dari rata-ratanya). </span><span lang="ES" style="color: black; mso-ansi-language: ES;">Sedangkan <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">La Nina</b> adalah fenomena <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">mendinginnya suhu muka laut</b> <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">di pasifik ekuator (Nino 3.4).</b></span><br />
<br />
Perbedaan tekanan udara muka laut rata-rata antara bagian timur Pasifik (Tahiti) dengan bagian baratnya (Darwin, Australia) setiap bulan adalah merupakan nilai dari SOI (Southern Oscillation Index) juga dapat digunakan sebagai salah satu indikator terjadinya ENSO.</div><span><!--more--></span>
<br />
<span style="font-weight: bold;">B. Dipole Mode</span><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dipole Mode adalah fenomena interaksi laut-atmosfer di Samudera Hindia yang dihitung berdasarkan perbedaan/ selisih antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera. Perbedaan anomali suhu muka laut tersebut disebut sebagai Dipole Mode Indeks (DMI). DMI positif akan berakibat kurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, sebaliknya bila nilai DMI negatif berdampak meningkatkan curah hujan di Indonesia bagian barat.<br />
<br />
Dipole Mode berkaitan dengan osilasi apriodik dari suhu muka laut (Sea Surface Temperature/SST) antara fase positif dan fase negatif. Fase positif ditandai dengan SST yang lebih besar dan presipitasi yang lebih besar di bagian Samudera Hindia Barat yang menyebabkan mendinginnya Samudera Hindia sebelah timur, sehingga kekeringan di wilayah Indonesia dan Australia. Sedangkan fase negatif adalah kebalikan fase positif dengan hujan lebih besar di Samudera Hindia sebelah timur sehingga menyebabkan kekeringan di wilayah barat. Dipole Mode dianggap normal ketika nilainya +-0.4.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dipole Mode juga mempengaruhi kekuatan monsoon di sub benua India. Dipole Mode adalah siklus umum dari iklim global yang berinteraksi dengan lautan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<img src="http://2.bp.blogspot.com/-Xal8UOAOlvE/TsEhIpaUofI/AAAAAAAAA_g/ObZIo6L4Czo/s400/untitled.JPG" /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-j6Qx9ExhbM4/TWKMvaeDnxI/AAAAAAAAA5k/2y5dalPunQo/s1600/dm-dm1.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5576174034825223954" src="http://1.bp.blogspot.com/-j6Qx9ExhbM4/TWKMvaeDnxI/AAAAAAAAA5k/2y5dalPunQo/s400/dm-dm1.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 186px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><span style="font-weight: bold;">C. Madden Julian Oscillation (MJO)</span><br />
<span style="font-weight: bold;"><br /></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Madden Julian Oscillation (MJO) merupakan isolasi gerakan angin yang panjang gelombangnya relatif pendek sekitar 40 hari (intra seasonal). Dalam beberapa kasus bisa melebar menjadi 30-60 hari.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Madden Julian Oscillation mengindikasikan osilasi aktivitas pertumbuhan awan-awan sepanjang jalur dimulai dari atas perairan Afrika Timur hingga perairan Pasifik bagian barat (utara Papua). </span><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">MJO berhubungan sangat erat dengan besarnya anomali curah hujan di kawasan Timur Lautan Hindia</span><span lang="IN" style="font-weight: normal; text-align: justify;">.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 28.35pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; margin: 0in 0in 0.0001pt 28.35pt; text-align: justify;">
<span lang="IN"> </span><span lang="IN"><o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: center;">
<img alt="http://www.bom.gov.au/climate/mjo/graphics/rmm.phase.Last40days.gif" class="decoded" height="320" src="http://www.bom.gov.au/climate/mjo/graphics/rmm.phase.Last40days.gif" width="300" /></div>
<div>
<div style="text-align: center;">
Sumber : http://www.bom.gov.au</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Diagram fase MJO menggambarkan pergerakan dari MJO melewati fase yang berbeda. Umumnya bersamaan dengan lokasi di sepanjang ekuator di seluruh dunia.</div>
<br />
<span style="font-weight: bold;">Fenomena Regional<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Sirkulasi Monsun Asia-Australia<br /><span style="font-weight: bold;"><br /></span></span></span><a href="http://1.bp.blogspot.com/-a8FmO4nkeGc/Tk36cU7sY_I/AAAAAAAAA-4/EegusDQDFSg/s1600/imagesq.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5642441272727462898" src="http://1.bp.blogspot.com/-a8FmO4nkeGc/Tk36cU7sY_I/AAAAAAAAA-4/EegusDQDFSg/s400/imagesq.jpg" style="display: block; height: 246px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 205px;" /></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Sirkulasi angin di Indonesia ditentukan pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun yang menyebabkan sirkulasi angin di Indonesia umumnya adalah pola monsun, yaitu sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah setiap setengah tahun sekali. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan tinggi di Asia yang berkaitan musim penghujan di Indonesia. Pola angin timuran karena adanya angin timuran karena tekanan udara yang tinggi di Australia yang berkaitan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia. Sehingga angin baratan bersifat basah dan angin timuran bersifat kering.</div>
</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 24px;"><b>Suhu Muka Laut (Sea Surface Temperature ) di Indonesia</b></span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 24px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 24px;">Kondisi suhu permukaan laut di wilayah perairan </span><st1:country -region="-region" st="on" style="line-height: 24px; text-align: justify;">Indonesia</st1:country><span class="Apple-style-span" style="line-height: 24px; text-align: justify;"> dapat digunakan sebagai salah satu indikator banyak-sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, dan erat kaitannya dengan proses pembentukan awan di atas wilayah </span><st1:place st="on" style="line-height: 24px; text-align: justify;"><st1:country -region="-region" st="on">Indonesia</st1:country></st1:place><span class="Apple-style-span" style="line-height: 24px; text-align: justify;">. Jika suhu muka laut dingin berpotensi sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, sebaliknya panasnya suhu permukaan laut berpotensi cukup banyaknya uap air di atmosfer. Kondisi suhu permukaan laut yang hangat menyebabkan peluang terbentuknya awan-awan hujan potensial.</span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-2GOe78jZzu0/U7D2EDXDEeI/AAAAAAAABbM/-Fwdliq0rNk/s1600/sml.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="152" src="http://3.bp.blogspot.com/-2GOe78jZzu0/U7D2EDXDEeI/AAAAAAAABbM/-Fwdliq0rNk/s1600/sml.png" width="200" /></a></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: center;">
(sumber : www.bmkg.go.id)</div>
<br />
<span style="font-weight: bold;">Bagaimana dengan Kalimantan Selatan?</span><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Fenomena global yang berpengaruh terhadap musim di Kalimantan Selatan adalah ENSO (El Nino Southern Oscilation)/ El Nino dan La Nina, Madden Julian Oscillation (MJO) serta Dipole Mode. Khusus fenomena Dipole Mode di Kalimantan Selatan, cenderung lebih berpengaruh di Indonesia bagian Barat. Sedangkan fenomena regional yang berpengaruh adalah Sirkulasi Monsun Asia-Australia dan Suhu Muka Laut.</div>
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-Ku7mwWbMoPI/TbQWYezgAZI/AAAAAAAAA80/rFVmf-zAOxk/s1600/PETA%2BKALSEL.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5599124846570111378" src="http://4.bp.blogspot.com/-Ku7mwWbMoPI/TbQWYezgAZI/AAAAAAAAA80/rFVmf-zAOxk/s400/PETA%2BKALSEL.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 400px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 395px;" /></a></div>
<span><!--more--></span><span><!--more--></span><span><!--more--></span>ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-54999233147383510.post-60014269122134978942014-08-31T13:39:00.001+08:002023-03-30T18:03:06.327+08:00PETA KLASIFIKASI IKLIM OLDEMAN KALIMANTAN SELATAN YANG BARU<div style="text-align: justify;">
<span>Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada
jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi.
Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlangsung
secara berturut-turut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<div style="text-align: justify;">
Walaupun Oldeman tidak menginformasikan faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya, penggolongan iklimnya lebih praktis, terapan, dan dapat
memberi petunjuk untuk mencari kemungkinan-kemungkinan pemanfaatan
lahan pertanian yang lebih produktif.</div>
</div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI">Kriteria bulan basah (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">wet month</i>), bulan lembab (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">humid month</i>) dan bulan kering (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">dry month</i>) menurut Oldeman adalah sebagai berikut :</span></span></div>
<span style="font-family: inherit;">
</span><div class="MsoNormal" style="color: black; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI"></span></span></div>
<span style="font-family: inherit;">
</span><div style="color: black;">
</div>
<span style="font-family: inherit;">
</span><div class="MsoNormal" style="color: black; line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI">1. Bulan Basah (BB)</span></span></div>
<span style="font-family: inherit;">
</span><div class="MsoNormal" style="color: black; line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: inherit;">
<span lang="FI"> Bulan dengan rata-rata curah hujan > 200 mm</span></span></div>
<span style="font-family: inherit;">
</span><div style="color: black;">
</div>
<span style="font-family: inherit;">
</span><div class="MsoNormal" style="color: black; line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI">2. Bulan Lembab (BL)</span></span></div>
<span style="font-family: inherit;">
</span><div class="MsoNormal" style="color: black; line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: inherit;">
<span lang="FI"> Bulan dengan rata-rata curah hujan 100 mm – 200 mm</span></span></div>
<span style="font-family: inherit;">
</span><div style="color: black;">
</div>
<span style="font-family: inherit;">
</span><div class="MsoNormal" style="color: black; line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI">3. Bulan Kering (BK)</span></span></div>
<span style="font-family: inherit;">
</span><div class="MsoNormal" style="color: black; line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: inherit;">
<span lang="FI"> Bulan dengan rata-rata curah hujan < 100 mm</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: black; font-family: Times, "Times New Roman", serif; line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="FI"> </span></div>
<div style="color: black;">
<span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="FI">Dalam penentuan klasifikasi iklimnya, Oldeman
menggunakan panjang periode bulan basah dan bulan kering
”berturut-turut”. Bulan lembab tidak digunakan dalam penentuan
klasifikasi iklimnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="FI"> <span><a name='more'></a></span></span></div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="FI">Tipe Utama klasifikasi Oldeman dikelompokkan menjadi 5
tipe yang didasarkan pada jumlah bulan basah (BB) berturut-turut,
sedangkan sub divisinya dikelompokkan menjadi 4 yang didasarkan pada
jumlah bulan kering (BK) berturut-turut.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
<table align="center" border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="width: 480px;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><strong>NO.</strong></td>
<td style="text-align: center;">
<strong>TIPE UTAMA</strong></td>
<td style="text-align: center;">
<strong>PANJANG BULAN BASAH (BULAN)</strong></td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
1.</td>
<td align="center">
A</td>
<td align="center">
> 9</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
2.</td>
<td align="center">
B</td>
<td align="center">
7 - 9</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
3.</td>
<td align="center">
C</td>
<td align="center">
5 - 6</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
4.</td>
<td align="center">
D</td>
<td align="center">
3 - 4</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
5.</td>
<td align="center">
E</td>
<td align="center">
< 3</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
<table align="center" border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="width: 480px;"><tbody>
<tr><td align="center"><strong>NO.</strong></td>
<td align="center">
<strong>SUB TIPE</strong></td>
<td align="center">
<strong>PANJANG BULAN KERING (BULAN)</strong></td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
1.</td>
<td align="center">
1</td>
<td align="center">
<= 1</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
2.</td>
<td align="center">
2</td>
<td align="center">
2 - 3</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
3.</td>
<td align="center">
3</td>
<td align="center">
4 - 6</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
4.</td>
<td align="center">
4</td>
<td align="center">
> 6</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
<span lang="FI">Tipe Iklim Oldeman juga menjelaskan hubungan antara klasifikasi iklim dengan pertanian khususnya tanaman pangan, yakni :</span></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
<b>
</b><b>
</b><b>
</b><b>
</b><b>
</b><b>
</b><b>
</b><b>
</b><b> </b><b> </b><b> </b><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: medium none; color: black; font-family: Times, "Times New Roman", serif; margin-left: 5.4pt;"><tbody>
<tr style="mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;"><td style="border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 90pt;" valign="top" width="120"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><b><span style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV">Tipe Iklim</span></span></b></span></div>
</td> <td style="border-left: none; border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 252pt;" valign="top" width="336"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><b><span style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV">Penjabaran Kegiatan</span></span></b></span></div>
</td> <td style="border-left: none; border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 153pt;" valign="top" width="204"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><b><span style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV">Keterangan</span></span></b></span></div>
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 1;"> <td style="border-top: none; border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 90pt;" valign="top" width="120"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="SV">A1</span></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="SV">A2</span></span></div>
</td> <td style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid windowtext; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 252pt;" valign="top" width="336"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="SV">Sesuai untuk padi terus-menerus, produksi kurang, karena fluks radiasi surya rendah</span></span></div>
</td> <td style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid windowtext; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 153pt;" valign="top" width="204"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="SV">3 PS umur pendek atau 2 PS + 1 PL</span></span></div>
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 2;"> <td style="border-top: none; border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 90pt;" valign="top" width="120"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="SV">B1</span></span></div>
</td> <td style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid windowtext; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 252pt;" valign="top" width="336"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="SV">Sesuai untuk padi terus-menerus, dengan perencanaan yang baik, produksi tinggi bila panen musim kemarau</span></span></div>
</td> <td style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid windowtext; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 153pt;" valign="top" width="204"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="SV">3 PS umur pendek atau 2 PS + 1 PL</span></span></div>
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 3;"> <td style="border-top: none; border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 90pt;" valign="top" width="120"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="SV">B2</span></span></div>
</td> <td style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid windowtext; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 252pt;" valign="top" width="336"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="SV">Dua kali padi varietas umur pendek, musim kemarau yang pendek cukup untuk palawija</span></span></div>
</td> <td style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid windowtext; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 153pt;" valign="top" width="204"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="SV">2 PS + 1 PL</span></span></div>
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 4;"> <td style="border-top: none; border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 90pt;" valign="top" width="120"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="SV">C1</span></span></div>
</td> <td style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid windowtext; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 252pt;" valign="top" width="336"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI">Tanam Padi sekali dan palawija dua kali</span></span></div>
</td> <td style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid windowtext; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 153pt;" valign="top" width="204"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI">1 PS + 2 PL</span></span></div>
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 5;"> <td style="border-top: none; border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 90pt;" valign="top" width="120"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI">C2</span></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI">C3</span></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI">C4</span></span></div>
</td> <td style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid windowtext; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 252pt;" valign="top" width="336"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI">Tanam padi sekali, palawija kedua jangan jatuh pada musim kemarau</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
</td> <td style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid windowtext; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 153pt;" valign="top" width="204"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI">1 PS + 1 PL + 1 SK</span></span></div>
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 6;"> <td style="border-top: none; border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 90pt;" valign="top" width="120"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI">D1</span></span></div>
</td> <td style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid windowtext; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 252pt;" valign="top" width="336"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI">Padi umur pendek satu kali, produksi tinggi, palawija</span></span></div>
</td> <td style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid windowtext; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 153pt;" valign="top" width="204"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI">1 PS + 1 PL</span></span></div>
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 7;"> <td style="border-top: none; border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 90pt;" valign="top" width="120"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI">D2</span></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI">D3</span></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI">D4</span></span></div>
</td> <td style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid windowtext; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 252pt;" valign="top" width="336"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI">Hanya mungkin satu kali padi atau satu kali palawija</span></span></div>
</td> <td style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid windowtext; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 153pt;" valign="top" width="204"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI">1 PS atau 1 PL</span></span></div>
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 8; mso-yfti-lastrow: yes;"><td style="border-top: none; border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 90pt;" valign="top" width="120"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI">E</span></span></div>
</td><td style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid windowtext; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 252pt;" valign="top" width="336"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI">Terlalu kering, hanya mungkin satu kali palawija</span></span></div>
</td><td style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid windowtext; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 153pt;" valign="top" width="204"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="FI">1 PL</span></span></div>
</td> </tr>
</tbody></table>
<div style="color: black;">
<span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"> </span></div>
<span class="post-author vcard">
</span>
<span class="post-timestamp">
</span></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
Tipe Iklim Oldeman di Kalimantan Selatan (data curah hujan s/d tahun 2013)</div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
<table align="center" border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="height: 3322px; width: 648px;"><tbody>
<tr><td align="center"><strong>NO</strong></td>
<td align="center">
<strong>KABUPATEN/LOKASI</strong></td>
<td align="center">
<strong>KLAS OLDEMAN</strong></td>
<td align="center">
<strong>RANGKING KEBASAHAN</strong></td>
</tr>
<tr>
<td>
</td>
<td colspan="3">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="Tabalong"><strong>KAB. TABALONG</strong></a></td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
1.</td>
<td>
BANUA LAWAS</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
2.</td>
<td>
HARUAI</td>
<td align="center">
D2</td>
<td align="center">
4</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
3.</td>
<td>
KELUA</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
7</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
4.</td>
<td>
MUARA HARUS</td>
<td align="center">
D1</td>
<td align="center">
6</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
5.</td>
<td>
MUARA UYA</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
6.</td>
<td>
MURUNG PUDAK/ MABURAI</td>
<td align="center">
C1</td>
<td align="center">
4</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
7.</td>
<td>
MURUNG PUDAK/ PEMBATAAN</td>
<td align="center">
C1</td>
<td align="center">
4</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
8.</td>
<td>
TANJUNG</td>
<td align="center">
C1</td>
<td align="center">
4</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
9.</td>
<td>
UPAU</td>
<td align="center">
D2</td>
<td align="center">
7</td>
</tr>
<tr>
<td>
</td>
<td colspan="3">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="Balangan"><strong>KAB. BALANGAN</strong></a></td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
1.</td>
<td>
BATUMANDI</td>
<td align="center">
C1</td>
<td align="center">
4</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
2.</td>
<td>
JUAI</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
3.</td>
<td>
PARINGIN SELATAN</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td>
</td>
<td colspan="3">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="HST"><strong>KAB. HULU SUNGAI UTARA</strong></a></td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
1.</td>
<td>
AMUNTAI TENGAH</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
2.</td>
<td>
AMUNTAI UTARA</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
3.</td>
<td>
BABIRIK</td>
<td align="center">
D3</td>
<td align="center">
8</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
4.</td>
<td>
BANJANG</td>
<td align="center">
C3</td>
<td align="center">
6</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
5.</td>
<td>
SEI PANDAN</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td>
</td>
<td colspan="3">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="HSU"><strong>KAB. HULU SUNGAI TENGAH</strong></a></td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
1.</td>
<td>
BARABAI</td>
<td align="center">
C1</td>
<td align="center">
4</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
2.</td>
<td>
BATANG ALAI SELATAN</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
3.</td>
<td>
BATANG ALAI UTARA</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
4.</td>
<td>
BATU BENAWA</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
5.</td>
<td>
HANTAKAN</td>
<td align="center">
B2</td>
<td align="center">
3</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
6.</td>
<td>
LABUAN AMAS UTARA</td>
<td align="center">
C3</td>
<td align="center">
6</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
7.</td>
<td>
PANDAWAN</td>
<td align="center">
D2</td>
<td align="center">
7</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
8.</td>
<td>
SMPK PANTAI HAMBAWANG/ LABUAN AMAS SELATAN</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td>
</td>
<td colspan="3">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="HSS"><strong>KAB. HULU SUNGAI SELATAN</strong></a></td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
1.</td>
<td>
ANGKINANG</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
2.</td>
<td>
DAHA SELATAN</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
3.</td>
<td>
KALUMPANG</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
4.</td>
<td>
KANDANGAN</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
5.</td>
<td>
PADANG BATUNG</td>
<td align="center">
C1</td>
<td align="center">
4</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
6.</td>
<td>
SIMPUR</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
7.</td>
<td>
SMPK SUNGAI RAYA</td>
<td align="center">
B2</td>
<td align="center">
3</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
8.</td>
<td>
TELAGA LANGSAT</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td>
</td>
<td colspan="3">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="Tapin"><strong>Kab. TAPIN</strong> </a></td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
1.</td>
<td>
BAKARANGAN</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
2.</td>
<td>
BINUANG</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
3.</td>
<td>
BUNGUR</td>
<td align="center">
C3</td>
<td align="center">
6</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
4.</td>
<td>
CANDI LARAS SELATAN</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
5.</td>
<td>
LOK PAIKAT</td>
<td align="center">
D2</td>
<td align="center">
7</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
6.</td>
<td>
TAPIN SELATAN</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
7.</td>
<td>
TAPIN TENGAH</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
8.</td>
<td>
TAPIN UTARA</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td>
</td>
<td align="left" colspan="3">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="Banjarmasin"><strong>KOTA BANJARMASIN</strong> </a></td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
1.</td>
<td>
BANJARMASIN UTARA</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td>
</td>
<td colspan="3">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="Banjarbaru"><strong>KOTA BANJARBARU</strong> </a></td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
1.</td>
<td>
LANDASAN ULIN</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
2.</td>
<td>
STAKLIM BANJARBARU</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
3.</td>
<td>
STAMET SYAMSUDIN NOOR</td>
<td align="center">
B2</td>
<td align="center">
3</td>
</tr>
<tr>
<td>
</td>
<td colspan="3">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="Banjar"><strong>KAB. BANJAR</strong> </a></td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
1.</td>
<td>
BERUNTUNG BARU</td>
<td align="center">
C3</td>
<td align="center">
6</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
2.</td>
<td>
DANAU SALAK/ ATANIK</td>
<td align="center">
C1</td>
<td align="center">
4</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
3.</td>
<td>
DANAU SALAK/ ATAYO</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
4.</td>
<td>
DANAU SALAK/ C.KANTOR</td>
<td align="center">
C1</td>
<td align="center">
4</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
5.</td>
<td>
DANAU SALAK/ GN. SARI</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
6.</td>
<td>
DANAU SALAK/ LAWA</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
7.</td>
<td>
DANAU SALAK/ LAWA BARU</td>
<td align="center">
C1</td>
<td align="center">
4</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
8.</td>
<td>
DANAU SALAK/ SALAM</td>
<td style="text-align: center;">
C1</td>
<td style="text-align: center;">
4</td>
</tr>
<tr>
<td>
9.</td>
<td>
DANAU SALAK/ UMBUL</td>
<td style="text-align: center;">
C2</td>
<td style="text-align: center;">
5</td>
</tr>
<tr>
<td>
10.</td>
<td>
GAMBUT</td>
<td style="text-align: center;">
C2</td>
<td style="text-align: center;">
5</td>
</tr>
<tr>
<td>
11.</td>
<td>
KERTAK HANYAR</td>
<td style="text-align: center;">
C2</td>
<td style="text-align: center;">
5</td>
</tr>
<tr>
<td>
12.</td>
<td>
MARTAPURA KOTA</td>
<td style="text-align: center;">
C2</td>
<td style="text-align: center;">
5</td>
</tr>
<tr>
<td>
13.</td>
<td>
MATARAMAN</td>
<td style="text-align: center;">
C1</td>
<td style="text-align: center;">
4</td>
</tr>
<tr>
<td>
14.</td>
<td>
PENGARON</td>
<td style="text-align: center;">
C2</td>
<td style="text-align: center;">
5</td>
</tr>
<tr>
<td>
15.</td>
<td>
SIMPANG EMPAT</td>
<td style="text-align: center;">
C2</td>
<td style="text-align: center;">
5</td>
</tr>
<tr>
<td>
16.</td>
<td>
SMPK SEI TABUK</td>
<td style="text-align: center;">
C3</td>
<td style="text-align: center;">
6</td>
</tr>
<tr>
<td>
</td>
<td colspan="3">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="Batola"><strong>KAB. BARITO KUALA</strong> </a></td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
1.</td>
<td>
ANJIR MUARA</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
2.</td>
<td>
ANJIR PASAR</td>
<td align="center">
C2</td>
<td align="center">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
3.</td>
<td>
BARAMBAI</td>
<td align="center">
D2</td>
<td align="center">
7</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
4.</td>
<td>
MANDASTANA</td>
<td align="center">
C3</td>
<td align="center">
6</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
5.</td>
<td>
MARABAHAN</td>
<td align="center">
C3</td>
<td align="center">
6</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
6.</td>
<td>
RANTAU BADAUH</td>
<td style="text-align: center;">
C3</td>
<td style="text-align: center;">
6</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
7.</td>
<td>
TABUNGANEN</td>
<td style="text-align: center;">
C2</td>
<td style="text-align: center;">
5</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
8.</td>
<td>
TAMBAN</td>
<td style="text-align: center;">
C3</td>
<td style="text-align: center;">
6</td>
</tr>
<tr>
<td align="center">
9.</td>
<td>
WANARAYA</td>
<td style="text-align: center;">
C2</td>
<td style="text-align: center;">
5</td>
</tr>
<tr>
<td>
</td>
<td colspan="3">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="Tala"><strong>KAB. TANAH LAUT</strong></a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: center;">
1.</td>
<td>
JORONG</td>
<td style="text-align: center;">
B1</td>
<td style="text-align: center;">
2</td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: center;">
2.</td>
<td>
KINTAP</td>
<td style="text-align: center;">
D1</td>
<td style="text-align: center;">
6</td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: center;">
3.</td>
<td>
KURAU</td>
<td style="text-align: center;">
C2</td>
<td style="text-align: center;">
5</td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: center;">
4.</td>
<td>
PANYIPATAN</td>
<td style="text-align: center;">
B1</td>
<td style="text-align: center;">
2</td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: center;">
5.</td>
<td>
SMPK PELAIHARI</td>
<td style="text-align: center;">
C2</td>
<td style="text-align: center;">
5</td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: center;">
6.</td>
<td>
TAKISUNG</td>
<td style="text-align: center;">
C1</td>
<td style="text-align: center;">
4</td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: center;">
7.</td>
<td>
TAMBANG ULANG</td>
<td style="text-align: center;">
C2</td>
<td style="text-align: center;">
5</td>
</tr>
<tr>
<td>
</td>
<td colspan="3">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="Kotabaru"><strong>KAB. KOTABARU</strong></a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: center;">
1.</td>
<td>
KELUMPANG HILIR</td>
<td style="text-align: center;">
C1</td>
<td style="text-align: center;">
4</td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: center;">
2.</td>
<td>
KELUMPANG HULU</td>
<td style="text-align: center;">
B1</td>
<td style="text-align: center;">
2</td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: center;">
3.</td>
<td>
KELUMPANG SELATAN</td>
<td style="text-align: center;">
C1</td>
<td style="text-align: center;">
4</td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: center;">
4.</td>
<td>
PULAU LAUT TIMUR</td>
<td style="text-align: center;">
C1</td>
<td style="text-align: center;">
4</td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: center;">
5.</td>
<td>
PULAU LAUT UTARA</td>
<td style="text-align: center;">
B1</td>
<td style="text-align: center;">
2</td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: center;">
6.</td>
<td>
STAMET STAGEN</td>
<td style="text-align: center;">
B1</td>
<td style="text-align: center;">
2</td>
</tr>
<tr>
<td>
</td>
<td colspan="3">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="Tanbu"><strong>KAB. TANAH BUMBU</strong> </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: center;">
1.</td>
<td>
ANGSANA</td>
<td style="text-align: center;">
C1</td>
<td style="text-align: center;">
4</td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: center;">
2.</td>
<td>
KARANG BINTANG</td>
<td style="text-align: center;">
A1</td>
<td style="text-align: center;">
1</td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: center;">
3.</td>
<td>
KUSAN HILIR</td>
<td style="text-align: center;">
D1</td>
<td style="text-align: center;">
6</td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: center;">
4.</td>
<td>
KUSAN HULU</td>
<td style="text-align: center;">
B1</td>
<td style="text-align: center;">
2</td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: center;">
5.</td>
<td>
SEI LOBAN</td>
<td style="text-align: center;">
C1</td>
<td style="text-align: center;">
4</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<br />
<div style="text-align: center;">
<img alt="http://www.klimatologibanjarbaru.com/media/mygallery/Peta%20Normal%20CH%20KalSel/KALIMANTAN_OLDEMAN2.jpg" class="shrinkToFit decoded" height="640" src="http://www.klimatologibanjarbaru.com/media/mygallery/Peta%20Normal%20CH%20KalSel/KALIMANTAN_OLDEMAN2.jpg" width="426" /></div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sumber :</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
http://www.klimatologibanjarbaru.com/klimatologi/publikasi/keterangan-oldeman/ diakses 31 Agustus 2014</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
http://ssbelajar.blogspot.com/2013/07/klasifikasi-iklim.html diakses 31Agustus 2014</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
http://staklimlasiana.blogspot.com/2011/05/klasifikasi-iklim-oldeman.html diakses 31 Agustus 2014</div>
</div>
<span class="fullpost">
</span>ustadzklimathttp://www.blogger.com/profile/13039936163741682797noreply@blogger.com0