Minggu, 18 Januari 2015

SEKOLAH LAPANG IKLIM BMKG DI INDONESIA DAN KALIMANTAN SELATAN



Pentingnya SLI

Curah hujan adalah merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi menurut waktu maupun tempat. Kejadian iklim ekstrim di Indonesia semakin meningkat dan semakin sering terjadi di Indonesia. Kejadian iklim ekstrim terkait erat dengan curah hujan, misalnya kekeringan dan kejadian banjir. Dampaknya berupa kegagalan panen petani yang diakibatkan iklim ekstrim juga semakin sering baik dari segi kualitas ataupun kuantitas. Dikarenakan itu maka perlu dilakukan berbagai upaya dan tindakan untuk menekan dampak negatif tersebut seminimal mungkin.

Pakar Iklim Pertanian IPB, Prof. Dr. Rizaldi Boer mengatakan, kerugian sulit diprakirakan lantaran petani dan pemerintah daerah tidak paham akan pentingnya informasi iklim. Selain sulit dimengerti, informasi iklim masih bersifat umum dan tidak cepat tersedia, sehingga petani sulit mempertimbangkan berbagai persoalan iklim. Baik petani dan pemda belum peduli pentingnya informasi iklim. Selama ini pemerintah daerah belum menganggap informasi iklim penting apalagi petaninya sendiri.

Salah satu upaya yang dapat ditempuh dalam rangka penanggulangan dampak iklim ekstrim adalah dengan melaksanakan Sekolah Lapang Iklim (SLI). Melalui SLI para petani diharapkan mampu mengaplikasikan informasi prakiraan iklim dan mampu melakukan adaptasi dalam pengelolaan usaha tani mereka apabila terjadi banjir, kekeringan maupun bencana lainnya.

Konsep Sekolah lapang iklim awalnya diadopsi dari Sekolah Lapangan Petani yang didesain untuk pengelolaan hama terpadu (SLPHT). Sekolah Lapang Iklim (SLI) bertujuan untuk menerjemahkan informasi iklim melalui suatu proses pelatihan. SLI juga dapat dikatagorikan sebagai suatu sosialisasi pemahaman informasi iklim pada tingkat petani, penyuluh dan dinas pertanian daerah setempat. SLI dititikberatkan di daerah yang rentan dan berpotensi terhadap kejadian ekstrim ataupun di daerah yang merupakan sentra pangan. Sehingga ringkasnya tujuan SLI adalah : a) meningkatkan pengetahuan petani tentang iklim dan kemampuannya b) membantu petani mengamati unsur iklim dan menggunakannya dalam rangka mendukung usaha tani mereka dan c) membantu petani menerjemahkan informasi prakiraan iklim untuk strategi budidaya yang lebih tepat.

Dalam rangka SLI dititikberatkan pada daerah yang rentan dan berpotensi terhadap kejadian ekstrim atau daerah yang menjadi sentra produksi pangan. SLI juga dapat memotivasi kelompok tani untuk lebih meningkatkan kerjasama dan saling bertukar informasi dalam menyusun strategi pertanian.

Program SLI ini pertama kali didesain pada tahun 2003 oleh IPB (Institut Pertanian Bogor)  bekerja sama dengan pemerintah Daerah Indramayu, Departemen Pertanian, Badan Meteorologi dan Geofisika (sekarang BMKG : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) dengan dukungan Asian Disaster Preparedness Centre (ADPC) dan kemudian oleh International Research Institute for Climate and Society (IRI)-University of Columbia.
Kurikulum SLI

Kegiatan SLI dilakukan dengan konsep berjenjang. SLI dilakukan dengan tiga tahap. Tiap tahapan memiliki metode pengajaran yang berbeda.

Tahap satu (SLI-1) menjelaskan istilah yang sering dipakai pada informasi iklim dan bentuk penjelasannya lebih banyak pada penjabaran informasi. Teknik pengajarannya tanpa alat bantu serta memasukkan unsur analitis sehingga peserta SLI diharapkan mampu menjelaskan kembali informasi iklim yang didapatkan pada orang lain. Metode pengajaran ini ditujukan kepada peserta dari dinas pertanian daerah sebagai pemandu petani dengan lama pelatihan 4 hari.

Tahap dua (SLI-2) selain menjelaskan istilah yang dipakai dalam informasi iklim juga memasukkan jenis permainan sehingga pengajarannya lebih banyak pada ilustrasi. Teknik pengajaran menggunakan alat bantu selama 4 hari. Peserta diharapkan mampu membedakan jenis informasi iklim yang didapatkan berdasarkan proses kejadiannya. Metode ini ditujukan kepada peserta penyuluh pertanian.




Gambar 1. peserta SLI Tahap 2 di Kalimantan Selatan

Tahap tiga (SLI-3) menjelaskan istilah yang sering dipakai pada informasi iklim dengan cara melibatkan langsung peserta melakukan pengukuran unsur iklim di lapangan. Metode pengajarannya lebih banyak pada praktikum pengumpulan data lapang. Teknik pembelajarannya menggunakan alat bantu pencatatan dan penanaman benih sehingga membutuhkan waktu 4 bulan. Peserta diharapkan membuktikan langsung pengaruh iklim terhadap hasil tanaman. Peserta dari kelompok tani beberapa kabupaten.


Gambar 2. Peserta SLI tahap 3 di NTB 


Program SLI oleh BMKG

Sesuai dengan amanat UU RI No. 31 Tahun 2009, BMKG memiliki peran yang sangat strategis dalam memberikan informasi untuk meningkatkan keselamatan jiwa dan harta, serta pertahanan keamanan. Sebagian dari tugas pokok tersebut adalah menyampaikan informasi prakiraan musim hujan/ kemarau, evaluasi dan prakiraan hujan bulanan serta ketersediaan tanah tiap bulan untuk kegiatan pertanian.

BMKG bekerjasama dengan Kementerian Pertanian telah mengembangkan Sekolah Lapang Iklim (SLI) di 25 provinsi sebagai upaya untuk mengantisipasi iklim ekstrim yang bisa mengancam ketahanan pangan.

"Sekolah lapangan tersebut kami kembangkan di beberapa provinsi yang selama ini dikenal sebagai sentra-sentra produksi pangan. Tentunya kami bekerjasama dengan penyuluh pertanian lapangan agar program berjalan efektif,"kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya saat testimoni Sekolah Lapang Iklim di Jakarta, Rabu (23/4/2014).

Dari 25 propinsi tersebut lebih difokuskan lagi pada 11 propinsi yang jadi sentra produksi padi yakni di seluruh Jawa kecuali Jakarta, Bandar Lampung, Aceh, NTB, Bali, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan.

Di Kalimantan Selatan, BMKG Stasiun Klimatologi Banjarbaru telah mengadakan program SLI tahap 2 ini sejak tahun 2011. Acara ini pesertanya antara lain : para petugas pengamat hama penyakit tanaman (PHP), penyuluh pertanian (PPL) dan petugas di Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota di Propinsi Kalimantan Selatan. Diharapkan beliau-beliau ini dapat menjadi penyambung lidah, penerjemah bahasa teknis informasi iklim BMKG menjadi bahasa yang mudah dipahami oleh petani.

Hal ini sangatlah penting bagi pertanian di daerah Kalimantan Selatan. Potensi pengembangan sentra tanaman pangan di Kalimantan Selatan sangat terbuka luas. Lahan pertanian rawa lebak yang berada di sebagian daerah Banua Enam dan sekitarnya, lahan pertanian rawa pasang surut di sebagian Kabupaten Banjar dan Barito Kuala serta lahan kering di Kabupaten Tanah Laut adalah beberapa contoh potensi yang dapat digali.

Proses pendidikan singkat bagi peserta ini adalah dibekali dengan mengenal unsur cuaca dan iklim, mengetahui bagaimana pembentukan awan dan hujan, hubungan iklim dan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Peserta juga diajari memahami prakiraan hujan bulanan dan musim dari BMKG dan istilah informasi iklim. Mereka juga ditunjukkan bagaimana iklim ekstrim dan bagaimana menghadapinya dari sisi pertanian. Pengenalan alat ukur cuaca dan membuat alat penakar hujan sederhana serta kalibrasinya juga diajarkan. Peserta juga diberikan pemahaman yang benar tentang pola hujan, tipe iklim dan neraca air lahan. Diharapkan mereka dapat mengembangkan ketrampilannya dan menampilan output yang nyata kepada para petani dan berbagai pemangku kepentingan pertanian.

Di sini peserta juga diajarkan bagaimana memahami kearifan lokal di Kalimantan Selatan dan menentukan kalender tanam (KATAM) di daerah mereka masing-masing. Stasiun Klimatologi Banjarbaru dalam acara ini menggandeng BMKG Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor, BPTPH (Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura) Kalimantan Selatan, Balittra (Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa) dan BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Kalimantan Selatan.


Gambar 3. Pembukaan Sekolah Lapang Iklim di Kelompok Tani Mufakat Kec. Bungur Kab. Tapin (Sumber : http://bpkbungur.blogspot.com/)

SLI BMKG Go International

Perkembangan akhir-akhir ini BMKG mendapatkan kepercayaan untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan Training of Trainers of Climate Field School (TOT CFS) Asia Pacific yang bertempat di Bogor dan disertai kunjungan ke lokasi SLI-3 Kabupaten Banten (26-29/08/2014). Acara ini diikuti 18 orang peserta, 8 peserta dari Laos, Filipina, Myanmar, Thailand, Malaysia dan Vanuatu serta 10 peserta dari Indonesia. Tujuan acara tersebut adalah untuk berbagi pengalaman dari Indonesia dalam mengimplentasikan program CFS kepada negara di Asia pasifik yang mempunyai prioritas mendukung ketahanan pangan di negaranya.



Gambar 4. Kegiatan TOT CFS Asia Pacific (diikuti juga oleh penulis)

Pada Kamis (11/12/2014) Inovasi Sekolah Lapang Iklim (Climate Field School) di Busan Korea Selatan dari BMKG menjadi salah satu dari 4 Top Inovasi Pelayanan Publik 2014 dalam acara Asean - Republic of Korea Exhibition on Public Governance).



Gambar 5. Berita TOT CFS Asia Pasific di situs WMO (Sumber : http://www.wmo.int/)

Gambar 6. Berita Pameran Inovasi SLI BMKG di Korea Selatan (Sumber : http://www.bmkg.go.id/)

Sumber :

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2011. Buku Ekspose Sekolah Lapang Iklim (Climate Field Schools at District Level in Eastern Indonesia). Jakarta.

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen Pertanian. 2009. Modul Pengantar Sekolah Lapangan Iklim. Jakarta.

http://banjarmasin.tribunnews.com/2013/06/15/saatnya-petani-membaca-fenomena-iklim diakses 16 Januari 2015.

http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Sestama/Humas/BMKG_PAMERKAN_INOVASI_SLI_DI_KOREA_SELATAN.bmkg diakses 16 Januari 2015.

http://bpkbungur.blogspot.com/2013/06/pembukaan-sekolah-lapang-iklim-di.html diakses 16 Januari 2015.

https://mediatani.wordpress.com/2007/11/29/dampak-perubahan-iklim-bagi-petani-indonesia/ diakses 16 Januari 2015.

http://www.agriculturesnetwork.org/magazines/indonesia/26-bertahan-menghadapi-perubahan-iklim/sekolah-lapan-iklim-antisipasi-risiko-perubahan/at_download/article_pdf diakses 16 Januari 2015.

http://www.staklimpondokbetung.net/berita.php?action=view&newsID=92 diakses 16 Januari 2015.

http://www.tribunnews.com/iptek/2014/04/23/bmkg-kembangkan-sekolah-lapang-iklim diakses 16 Januari 2015.

http://yanamasliyana.blogspot.com/2012/03/sli-solusi-dalam-menekan-dampak.html diakses 16 Januari 2015.










5 komentar:

Richard mengatakan...

Blognya bagus sekali pak.. Saya juga sedang senang nge-blog mengenai meteorologi pak.. mohon bimbingannya.. blog saya ini pak.. www.bagiankecilmeteorologi.blogspot.com

Irul mengatakan...

Trims, aq juga numpang nebeng mengambil tulisanmu buat tugas kuliah q

nonton flim online mengatakan...

blognya mantap gan..
artikelnya sangat menarik dan sangat bermanfaat..
makasih banyak atas infonya...
salam kenal..

Cara Mengatasi sulit nya Mengatasi pakan Saat Kemarau mengatakan...

bagus gan artikel nya menambah wawsan
terimakasih

Penyebab WC Mampet mengatakan...

sip deh info nya terbaik
nice post