Selasa, 14 Juli 2009

KLASIFIKASI IKLIM OLDEMAN : TEORI DAN PENERAPANNYA

Klasifikasi iklim Oldeman tergolong klasifikasi yang baru di Indonesia dan pada beberapa hal masih mengundang diskusi mengenai batasan atau kriteria yang digunakan. Namun demikian untuk keperluan praktis klasifikasi ini cukup berguna terutama dalam klasifikasi lahan pertanian tanaman pangan di Indonesia.

Klasifikasi iklim ini diarahkan kepada tanaman pangan seperti padi dan palawija. Dibandingkan dengan metode lain, metode ini sudah lebih maju karena sekaligus memperhitungkan unsur cuaca lain seperti radiasi matahari dikaitkan dengan kebutuhan air tanaman.

Oldeman membuat sistem baru dalam klasifikasi iklim yang dihubungkan dengan pertanian menggunakan unsur iklim hujan. Ia membuat dan menggolongkan tipe-tipe iklim di Indonesia berdasarkan pada kriteria bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering secara berturut-turut. Kriteria dalam klasifikasi iklim didasarkan pada perhitungan bulan basah (BB), bulan lembab (BL) dan bulan kering (BK) dengan batasan memperhatikan peluang hujan, hujan efektif dan kebutuhan air tanaman.

Konsepnya adalah:
  1. Padi sawah membutuhkan air rata-rata per bulan 145 mm dalam musim hujan.
  2. Palawija membutuhkan air rata-rata per bulan 50 mm dalam musim kemarau.
  3. Hujan bulanan yang diharapkan mempunyai peluang kejadian 75% sama dengan 0,82 kali hujan rata-rata bulanan dikurangi 30.
  4. Hujan efektif untuk sawah adalah 100%.
  5. Hujan efektif untuk palawija dengan tajuk tanaman tertutup rapat adalah 75%.
Dapat dihitung hujan bulanan yang diperlukan untuk padi atau palawija (X) dengan menggunakan data jangka panjang yaitu:

Padi sawah:
145 = 1,0 (0,82 X -30)
X = 213 mm/bulan

Palawija:
50 = 0,75 (0,82 X - 30)
X = 118 mm/ bulan.

213 dan 118 dibulatkan menjadi 200 dan 100 mm/bulan yang digunakan sebagai batas penentuan bulan basah dan kering.

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan rata-rata curah hujan lebih dari 200 mm
Bulan Lembab (BL) : Bulan dengan rata-rata curah hujan 100-200 mm
Bulan Kering (BK) : Bulan dengan rata-rata curah hujan kurang dari 100 mm

Selanjutnya dalam penentuan klasifikasi iklim Oldeman menggunakan ketentuan panjang periode bulan basah dan bulan kering berturut-turut.

Tipe utama klasifikasi Oldeman dibagi menjadi 5 tipe yang didasarkan pada jumlah pada jumlah bulan basah berturut-turut. Sedangkan sub divisinya dibagi menjadi 4 yang didasarkan pada jumlah bulan kering berturut-turut.

Oldeman membagi tipe iklim menjadi 5 katagori yaitu A, B, C, D dan E.

Tipe A : Bulan-bulan basah secara berturut-turut lebih dari 9 bulan.
Tipe B : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 7 sampai 9 bulan.
Tipe C : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 5 sampai 6 bulan.
Tipe D : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 3 sampai 4 bulan.
Tipe E : Bulan-bulan basah secara berturut-turut kurang dari 3 bulan.

Tabel 1. Tipe Utama

NO. TIPE UTAMA PANJANG BULAN BASAH (BULAN)
1. A > 9
2. B 7 - 9
3. C 5 - 6
4. D 3 - 4
5. E <3 td="">


Tabel 2. Sub Tipe

NO. SUB TIPE PANJANG BULAN KERING (BULAN)
1. 1 <= 1
2. 2 2 - 3
3. 3 4 - 6
4. 4 > 6


Berdasarkan kriteria di atas kita dapat membuat klasifikasi tipe iklim Oldeman untuk suatu daerah tertentu yang mempunyai cukup banyak stasiun/pos hujan. Data yang dipergunakan adalah data curah hujan bulanan selama 10 tahun atau lebih yang diperoleh dari sejumlah stasiun/pos hujan yang kemudian dihitung rata-ratanya.

Gambar 1. Segitiga Oldeman


Berdasarkan 5 tipe utama dan 4 sub divisi tersebut, maka tipe iklim dapat dikelompokkan menjadi 17 wilayah agroklimat Oldeman mulai dari A1 sampai E4 sebagaimana tersaji pada gambar segitiga Oldeman. Oldeman mengeluarkan penjabaran tiap-tiap tipe agroklimat sebagai berikut.

Tabel 3. Penjabaran Tipe-tipe Agroklimat


Hasil klasifikasi Oldeman dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan pertanian, seperti penentuan permulaan masa tanam, penentuan pola tanam dan intensitas penanaman.

Langkah pengerjaannya:
  • Buat dahulu tabel curah hujan bulanan rata-rata suatu daerah. Paling tidak data yang kita perlukan untuk tiap lokasi adalah data hujan bulanan selama 10 tahun.
Tabel 4. Curah hujan rata-rata bulanan

Nama Daerah :....
Luas area: ......km2
Letak wilayah: ... LS dan .....BT

  • Tentukan jumlah Bulan basah atau bulan kering berturut-turut berdasarkan metode Oldeman dan tentukan klas oldemannya (tipe utama serta subdivisinya) tiap-tiap stasiun/pos hujan. Misalnya:
Tabel 5. Tipe iklim Oldeman Kalimantan selatan

  • Buatlah peta klasifikasi tipe iklim Oldemannya, contoh:


Gambar 2. Klasifikasi Oldeman di Kalsel
  • Dari peta tersebut dapat kita tentukan Luasan (dalam Ha) dan persentasenya, serta penjabarannya seperti yang ada di dalam tabel 3. sehingga dapat diketahui rekomendasi pola tanamnya.
Sumber :

http://www.klimatologibanjarbaru.com/pages/publikasi/keterangan-oldeman.php

Ance Gunarsih Kartasapoetra. 2004. Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.

Gusti Rusmayadi. 2002. Klimatologi Pertanian. Jurusan Budidaya Pertanian Faperta UNLAM. Banjarbaru.

Sukardi Wisnubroto. 1999. Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitra Gama Widya. Yogyakarta.


7 komentar:

Dody NV mengatakan...

trima kasih postingannya, cukup mmbantu kami di perkuliahan :)
tapi saya masih bingung dengan cara menentukan bulan basah dan bulan keringnya. trmasuk pada cara klasifikasi iklim menurut lainnya seperti mohr, schmidt dan ferguson.

Budidaya Singkong mengatakan...

keren artikel nya
dan sangat menarik untuk dibaca
terimakasih info kitela nya
terus berkreasi gan

Setiono mengatakan...

Terimakasih bermanfaat...

Unknown mengatakan...

Syukron jiddan

Unknown mengatakan...

Trimakasi atas penjelasan nya

Unknown mengatakan...

Kenapa butuh data min 10 tahun min?

Anonim mengatakan...

Makasih, artikelnya sangat membantu