Rabu, 07 Januari 2009

BANJIR DAN INFORMASI YANG MENDUKUNG UNTUK PENANGGULANGANNYA

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk menyebabkan peningkatan kebutuhan pokoknya. Hal ini berlanjut dengan peningkatan aktivitas dan peningkatan infrastruktur yang akan menyebabkan banyaknya alih guna lahan. Dilihat dari dimensi ekonomi dan sosial eksploitasi alam berlebihan dan pemanfaatannya meningkat, akan tetapi dalam dimensi lingkungan terjadi degradasi karena cenderung terabaikan. Masalah ini adalah akar dari bencana terutama adalah bencana banjir. Daerah Kalimantan Selatan bencana yang dominan adalah banjir yang terjadi dari tahun ke tahun. Pengertian banjir adalah aliran sungai yang tingginya melebihi muka air normal sehingga melimpas dari palung sungai. Penyebab banjir dikarenakan faktor alam dan manusia. Perubahan penggunaan lahan, erosi dan sedimentasi, sampah, bangunan di bantaran sungai/drainase, curah hujan yang tinggi, perubahan fisiografi sungai, kapasitas sungai/drainase yang tak memadai, pengaruh air pasang (rob), penurunan tanah, drainase lahan yang menurun, kerusakan bangunan pengendali banjir dan perencanaan sistem pengendali banjir yang tak tepat adalah diantara faktor-faktor penyebabnya. Diakui degradasi akibat ulah manusia memang diakui adalah faktor terbesar. Gejala-gejala banjir adalah curah hujan tinggi dalam waktu yang lama dan pasang laut yang tinggi disertai adanya badai. Kita masih ingat terjadinya rekor curah hujan yang terjadi pada 5 Maret 2008 mencapai 182 milimeter dengan durasi lebih dari 12 jam dalam pencatatan kami di Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ukuran ini adalah yang terbesar sejak tahun 1974 yang mengakibatkan banjir terjadi di sejumlah kabupaten dan kota di Kalimantan Selatan. Contoh untuk kejadian pasang naik adalah banjir di daerah Aluh-Aluh terjadi dimulai pada tanggal 15 Desember 2008 ketika itu dua hari dari bulan purnama 15 Dzulhijjah tanggal 13/14 Desember. Bulan baru dan Bulan purnama adalah posisi Matahari, Bulan dan Bumi berada pada satu posisi garis lurus. Saat itu terjadi pasang naik tertinggi disebut sebagai pasang purnama (spring tides). Banjir ini didukung dengan catatan hujan dari alat ARG (Automatic Rain Gauge) di Pelaihari Tala menunjuk angka 52 mm dan 73 mm untuk tgl 15 dan 16 Desember 2008, termasuk kategori lebat. 

 Berdasarkan beberapa kejadian bencana banjir semestinya pemberian informasi yang tepat adalah solusi untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan. Informasi yang tidak tepat dapat memberikan ekses yang negatif bagi masyarakat kita. Informasi yang menyatakan terjadi air pasang ‘tsunami’ di daerah Aluh-Aluh dan gosip adanya tsunami di Tabanio adalah contoh informasi tidak tepat yang dapat memberi kecemasan masyarakat berlebihan. Kesiagaan bencana harus dimulai dari pra bencana bukan cuma setelah terjadi kejadian bencana banjir. Kajian bahaya banjir dapat dilakukan dengan menggunakan catatan kejadian banjir, pemetaan topografi wilayah data banjir, data hujan (kejadian hujan yang ekstrim dan periode ulang), peta penggunaan lahan dan peta sebaran penduduk. Sehingga pada akhirnya pemerintah punya peta wilayah rawan banjir yang dapat digunakan dalam mitigasi bencana.

Kami menggunakan informasi iklim untuk membantu memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat dan pemerintah. Unsur-unsur cuaca cuaca yang diamati (radiasi matahari, suhu udara, tekanan udara, kelembapan nisbi udara, perawanan, curah hujan, penguapan dan pengembunan) datanya dikumpulkan dan dibuat menjadi informasi, kumpulan data cuaca dalam kurun waktu yang panjang itu akhirnya menjadi data iklim.Informasi iklim ini dapat digunakan untuk penanggulangan bencana. Pemanfaatan informasi iklim dalam penanggulangan bencana adalah dilihat dari penggunaan jenis informasinya. Jenis informasi iklim meliputi informasi karakteristik iklim dan informasi prakiraan. Karakteristik iklim terdiri dari keadaan rata-rata, maksimum/minimum, variasibilitas dan tendensinya. Pemanfaatannya dengan memahami karakteristik unsur-unsur iklim dapat digunakan sebagai parameter perencanaan. Batas ambang dan informasi iklim dan cuaca bagaimana yang dapat menyebabkan bencana. Informasi prakiraan dalam klimatologi meliputi prakiraan musim, prakiraan hujan bulanan dan prakiraan fenomena tertentu yang bisa digunakan sebagai peringatan dini. 

Adapun indikator yang dapat dilihat untuk kesiagaan bencana alam banjir adalah melalui curah hujan harian. Pengamatan curah hujan yang telah terjadi dilakukan secara manual pada pos-pos hujan di seluruh Kalimantan Selatan dan dikirim secara periodik kepada kami. Informasi ini didukung dengan alat pengukur otomatis yang dapat dilihat secara up to date. Saat ini di Kalimantan Selatan baru terdapat alat pengukur hujan otomatis (Automatic Rain Gauge) di Pleihari (SMPK Pleihari) dan di HST (SMPK Pantai Hambawang) dan Automatic Weather Sistem (AWS) di Banjarbaru (Stasiun Klimatologi Banjarbaru). Peralatan otomatis tersebut tidaklah memadai untuk wilayah seluas Kalimantan Selatan idealnya tiap kabupaten mempunyai satu alat otomatis.Informasi-informasi iklim Kalimantan Selatan dan pencatatan ARG ini dapat dilihat secara on line melalui situs kami http://klimatologibanjarbaru.com.

Apabila curah hujan di atas 50 mm/hari katagorinya lebat (siaga), bila curah hujan di atas 100 mm/hari katagorinya sangat lebat (waspada) dan bila di atas 150 mm/hari katagorinya amat sangat lebat (awas). Apabila terjadi curah hujan di atas 50 milimeter maka kami langsung berkoordinasi dengan Satkorlak Kalimantan Selatan dan pemerintah daerah terkait untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat. Selain itu kami selalu memberikan informasi tentang prakiraan dan peringatan dini pada media. 

Yang paling penting dalam penanggulangan bencana banjir adalah partisipasi seluruh masyarakat. Kesadaran penduduk dalam menjaga lingkungan adalah kunci semuanya. Upaya penghijauan, pembuatan saluran air, pendidikan dan sosialisasi pentingnya memelihara lingkungan hidup dari skala terkecil adalah beberapa solusi yang dapat dilakukan tiap orang. Mulailah dari hal yang kecil, mulailah dari diri anda sendiri.

Khairullah, CPNS Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Banjarbaru